Rabu, 26 Februari 2014

Surat Untuk Bayangan Semu

Hay, kamu apa kabar? sudah lama ya kita tidak pernah beradu dalam aksara, dan sore ketika aku menulis surat ini ditempatku turun hujan. Bagaimana ditempatmu? Disini wangi tanah basah yang menyeruak dibatang hidungku dan tiba-tiba aku ingat kamu. Semacam rindu...
Rindu yang tak pernah tersampaikan seperti rindu-rindu sebelumnya. Seperti pertemuan kita yang tak pernah ada dalam tatapan kedua pasang mata. Kamu bilang kamu mengenalku lebih dari aku mengenal diriku sendiri, kamu  bilang kamu suka dengan senyumanku, kamu bilang caraku berbicara membuat tawa dibibirmu, kamu bilang tatapanku sendu membuat candu, lalu kamu bilang kamu suka aku, namun kamu tak pernah bilang jika kamu ingin melihatku.
Aku bahagia ketika melihat setiap tulisanmu mampir di beranda blog pribadiku isinya hampir semua mirip tentang aku. Wajahku memerah tersipu dan jantungku seperti ingin meloncat keluar. Jika kamu ada disampingku ketika itu kamu akan tau betapa kekanak-kanakannya aku hanya dengan membaca tulisanmu. Kamu ingat terakhir kali kamu memposting sebuah tulisan yang dimana karena tulisan itu aku memberanikan diri untuk mengajakmu bertemu. Aku sekuat tenaga mebunuh perasaan maluku hingga aku bersedia menunggu kamu. Di sebuah taman samping sungai besar di tengah kota namun memandangan disana menabjukan katamu senja terlihat sempurna awan-awan yang mengelantung terlihat seperti gulali merah jingga, udara yang segar sehabis hujan pun rumput ilalang yang saling beradu ketika angin menerjang menambah ke indahan tempat itu. Namun hingga saat ini kamu tak pernah datang.
Dan hingga saat ini pula tulisan-tulisanmu itu tak pernah datang lagi. Mungkin seharusnya sejak awal pertemuan kita tak usah aku hiraukan dan juga tulisan-tulisanmu itu tak perlu aku pikirkan sebab apa yang aku baca adalah apa yang aku pikirkan lalu aku ketik dengan kedua jariku sendiri sebab aku sadar bahwa kamu memang tak pernah ada.