Senin, 29 Juli 2013

?????????

Rasaku mengejar pada setiap lirikan angin
mataku beralih pada setiap sentuhan dingin
disana ada kamu yang menjadi cahaya dalam rasa dan mataku
mungkin kamu energi setiap inspirasiku
dan kamu yang akan tetap menjadi tanda tanyaku

Sabtu, 20 Juli 2013

Surat Terakhir


Aku mulai merasa resah setelah kamu pergi, lebih tepatnya setelah kamu memutuskan tidak meraih aku kembali. Tapi apakah kamu ingat satu hal? Tidak semua hal dapat berjalan instan contohnya saja perasaan aku yang butuh waktu untuk menerima keberadaan kamu dalam keseharianku. Terlalu bodoh mungkin untuk aku yang terlalu sering abaikan kamu. Hingga kamu memutuskan untuk mundur. Tidak masalah bagiku, bukankah hidup itu adil??? Mungkin Tuhan sedang mengajarkan aku makna keadilan.

Aku mengenal kamu dari seorang sahabat baik, bahkan sudah seperti sodara sendiri. Perkenalan kita ketika itu sama sekali tidak meninggalkan jejak mendalam bagiku semua terasa biasa saja tapi ternyata itu berbeda dengan kamu. Yang aku tau setelah pertemuan kita itu kamu perjuang untuk mencapai titik dimana hati aku menjurus ke kamu. Namun aku tau tidak semua orang cukup kuat untuk terus menerus diabaikan bukan??? Ketika aku mulai bisa menerima keberadaan kamu, ketika aku mulai ingin menata hati aku dengan kamu, ketika kehadiran kamu mulai menjadi candu tapi kamu pergi tanpa ada kata perlahan mundur.

Kamu tau ketika itu perasaanku seperti apa??? Aaahh mungkin tidak seserius kamu yang aku acuhkan berkali-kali hingga titik muakmu. Tapi sungguh aku merasa kehilangan kamu, aku sempat geram terhadap diriku sendiri mengecam sikap dan perasaan ku yang terlalu menuntut hati untuk menunggu dia yang telah lebih dulu hadir namun tak mungkin bagiku hingga akhirnya aku sadar setelah kehilangan kamu. Perubahan kamu terlihat kentara hingga rasanya aku ingin sebut kamu pemberi harapan palsu, kemarin kamu berikan beribu rasa dan perhatian lalu sekarang kamu seolah tidak ingat atau bahkan mungkin aku tidak pernah ada dalam list orang yang pernah kamu tau. Perlahan aku harus bisa menyeimbangkan perasaan aku kembali, seperti sebelumnya. Mungkin tanpa kamu lebih baik itu yang ada dalam pikiran aku. Egosi bukan??? Hahahaha lucu, marah pada diri sendiri. Entahlah  aku sempat berpikir perasaan ini sebagai obsesi belaka, lalu penasaran. Tapi aku telaah kembali perasaan ini benar-benar perasaan yang tulus, aku kehilangan kamu dan aku sayang kamu itu yang ingin aku katakan. 

Aku seperti sedang mengalami patah hati, rasanya napas ini sedikit tersendat bahkan aku merasa melayang ketika berjalan. Aaaaaahhh mungkin perasaan aku juga dicampur oleh dramatisir yang terkadang dipadupadankan dengan mood yang sering kali terkontaminasi berbagai macam hal tidak penting kemudian membuahkan perasaan yang tidak begitu baik. Mungkin seiring berjalannya waktu semua akan kembali normal perasaan aku pada kamu akan berkurang. Aku juga menanamkan satu hal "Nikmati hidup ini. Dengan perasaan apapun, ikuti semua seperti arus air, jika semesta mengizinkan pada sebuah muara kita akan dipertemukan" aku mencoba untuk itu menjalani hidup seperti hari-hari biasanya menyenangkan dengan hiasan harap terhadap kehadiran kamu, harap itu hanya sedikit. Hanya sedikit saja aku tanamkan. Dan kita seolah sepasang manusia yang kaku, seolah tak tau pernah ada keinginan dari aku dan kamu untuk menjadi kita. Sebetulnya aku pun ingin rasanya mengaku pada semesta tentang rasa ini tapi aku bukan seseorang yang cukup berani untuk itu. Memilih untuk diam sepertinya memang keputusan yang tepat.

Dan ternyata menyimpan perasaan diam-diam juga bukan perkara mudah. Kamu pasti paham dengan maksud yang ingin aku tuju. Tapi aku tidak pernah merasa menyesal, bahkan sebaliknya aku adalah seseorang yang beruntung pernah menjadi sosok yang diinginkan oleh seseorang seperti kamu yang akhirnya dibahagiakan dengan seseorang yang tepat. Selamat untuk kamu :)
                                                                          
                                                                                  ***

"iyaa. maaf ya bikin kamu nunggu. ini ada kepentingan mendadak, sebentar lagi aku kesana"

Aku pun menutup panggilan dari seseorang yang tak lain adalah sahabatku sendiri dengan jari yang masih menggenggam selembar kertas surat yang kemudian aku masukan dalam botol kaca lalu meleparkannya jauh-jauh dengan perasaan yang sulit aku gambarkan lalu pipiku basah tiba-tiba, bulir-bulir air mata itu meluncur tanpa meminta izin terlebih dahulu memaksa untuk keluar ikut mengantarkan rasa belum tersampaikan. Aku melepaskan pandanganku lurus kedepan mencapai titik akhir pantai yang menjadi tempat pertama pertemuan ku dengan sosok yang besok akan menjadi suami dari sahabatku sendiri.

Rabu, 17 Juli 2013

Hanya Sekedar ....

Aku pernah merasakan gengaman hangat seseorang yang nyata dalam anganku meski itu hanya singkat
Aku pernah melihat matanya yang berbinar walaupun itu hanya sesaat
Aku pernah mencuri tatapannya lekat-lekat meskipun itu berbatas jarak
Aku pernah mendengar parau suaranya meskipun itu samar-samar

Hanya sekedar,,
Aku pernah menyimpan harap, meskipun tak akan pernah terbalas

Lewat Tengah Malam

"jangan dulu matiin lampunya !"
"kenapa? ini udah lewat tengah malem, kamu masih aja belum tidur, aku udah mulai ngantuk nih"
"aku masih nunggu, kayanya ia juga belum tidur, kamu tidur duluan aja"
"aaaaahh asas praduga!!! siapa tau ia  udah terbang ke negeri mimpi, lagi pula dari mana kamu tau kalau ia belum tidur"
"feeling !"
"sejak kapan kamu mulai  main-main sama feeling, bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau feeling kamu itu dibawah rata-rata"
"aaahhh biarin yang jelas aku tetep mau nunggu ia sampai ia tidur"
"aneh ! kenapa ga coba kamu sms atau bbm ia aja sih"
"itu karena kita udah ga kaya dulu lagi. kamu juga lebih tau itu kan?"
"yaaah, sekedar membuktikan penasaran sama feeling kamu aja, tiap malem bela-belain begadang cuman buat nunggu orang yang belum tentu juga nunggu kamu, berharap dia ngasih kabar tanpa ada sebab. Kamu ga cape?"
"ya nikmatin aja, kamu juga ga cape berantem tiap malem sama pacar kamu?"
"hahahahha iyaa nikmatin aja juga"

Percakapan seperti ini sering kali terjadi pada pukul 12 malam lewat di dalam sebuah kamar kost yang sempit antara aku dan sahabatku. Dia dengan pacarnya memang sering kali terlibat sebuah konspirasi huru hara yang ga pernah ketemu titik akhirnya, sedangkan aku sendiri malah menjadi seorang pengharap yang tingkat harapannya mencapai titik puncak selama hampir 1th. Berharap pada seseorang yang sebelumnya pernah aku abaikan. Mungkin ini lah kuasa Tuhan akan sebuah keadilan. Hanya sekedar berharap setiap malam ia kirim sms atau bbm ga penting itu rasanya udah kaya terbang sejauh-jauhnya. Membolak-balikan halaman twiiternya atau sosial media yang lain  itu udah kaya rutinitas yang ga boleh kelewat setiap harinya. Sebelum tidur dan ketika bangun. Atau mendadak bikin personal message di bbm tengah malem karena liat ia recent semata-mata itu buat mancing ia agar bbm. Dan ga tau kenapa feeling yang buruk ini bilang ia masih sama seperti dulu, masih berharap adanya kita diantara aku dan ia meskipun itu ga sebesar dulu. Ia kecewa ya! aku tau itu.

Kila sepertinya sudah tertidur lelap. Ya bagaimana tidak dia baru saja menyelesaikan perdebatan rutinnya dengan seseorang yang disebut pacar yang sudah 6th tahun lamanya. Terkadang aku yang menyaksikan perdebatan itu merasa jengkel dan cape sendiri apalagi dia yang mengalaminya. Tapi inilah kenikmatan hidup yang sering kali kami sebutkan. Aku mengenal Kila sejak kami kuliah, 3tahun lebih. Kami dipertemukan ketika ospek, dia orang pertama yang aku lihat ketika masuk ke dalam kelas. Waktu itu Kila sembalas senyumku dengan ramah, kami pun mulai akrab lalu memutuskan untuk tinggal satu kamar kost karena kami adalah sama-sama pendatang ke kota tempat kami kuliah ini. Aku hanya memperhatikan raut lelah yang tersirat diwajah Kila. Perempuan yang kuat dan sabar :)

Handphoneku tetap saja tidak menunjukan kehadiran sms bbm atau pun yang lainnya, padahal ini sudah hampir pukul 01:30 malam. Mungkin memang sepertinya ia sudah tidur, apa sebaikanya aku juga tidur? pertanyaan itu menghampiri pikiranku. Tapi rasa penasaranku tetap tidak hilang juga.

"Ya sudahlah tidur mungkin lebih baik, siapa tau ketika bangun ada sms, bbm, atau panggilan tak terjawab dari ia. heemmm Selamat Malam"

Mematikan lampu kamar, kemudian meletakan ponsel di samping kepalaku yang bersejajar dengan kepala Kila dan ponselnya lalu pejamkan mata.

"Selamat Tidur"

Dddrrrrrrrtttttttt dddrrrrrrttttt ddrrrrttttttt dddrrrrrttttttt

Aku memaksakan bangun dari setengah alam sadarku, memaksakan bangun dari rasa kantun yang datang setelah dipejamkan. Aku meraih handphone  yang ada disamping kepalaku, ada panggilan masuk. Mataku kontan membelalak seperti akan keluar, nama yang tertera dia layar handphone itu nama ia. 3 panggilan tak terjawab. Kemudian handphone tersebut bergetar kembali ketika aku akan menekan tombol hijau panggilan itu tiba-tiba mati, kemudian LED ponsel menujukan ada sebuah pesan masuk. Tak perlu pikir panjang aku pun  membukanya.

" sayang maaf ya, tadi aku ketiduran. kamu ga apa-apa kan? pasti udah tidur ya, ya udah salamat malam :* "

Aku mulai menerka-nerka isi pesan singkat ini. Sayang??? kamu ga apa-apa??? tanda titik dua bintang???
Aku hanya diam, memperhatikan nya. Ini sms tertuju kepadaku atau salah kirim???
Aku mulai lebih seksama memperhatikan pesan itu, kemudian tersadar satu hal yang aku gengam bukan handphone milikku sendiri tapi milik Kila. Karena handphone kami sama itu membuat kami sering salah mengambil handphone masing-masing. Lalu kenapa yang keluar namanya dari handphone ini nama ia bukan nama pacarnya???

Perasaan tidak karuan mulai menderaku. Aku meraih handphone satunya lagi untuk lebih memastikannya kemudian menuju phone book untuk menyamakan no yang tertera dan ternyata. SAMA.

Aku hanya menatap pasif kedua handphone lalu melihat Kila yang lelap dalam tidurnya.

Rabu, 03 Juli 2013

Diatas Sehelai Daun Kering

Hay, aku menyukaimu.
aku sudah menyukaimu kali pertama kita bertemu, eh tidak kali pertama aku melihatmu sebagai kamu yang tak pernah kamu tunjukan pada berjuta pasang mata dimuka bumi ini.
Pertemuan kita ini takdir, atau hanya kebetulan yang menyimpan alasan untuk selalu bersama setiap waktu?
Aaaahh aku rasa, aku tak peduli tentang itu.
Aku hanya ingin menjadi bagian terkecil dalam hidupmu, tidak ingin kamu lihat dengan sepasang mata genitmu. Atau kau pikir dalam memori pikirmu yang mungkin nanti akan hilang karena serangan pikun  dikemudian hari. Tapi cukup pahami dan tersenyum namun jika kamu berkenan, bisakah kau jadikan aku ilusi dalam satu tulisan magismu. Hanya itu. Kamu boleh menggunakan daun kering untuk alasnya kemudian daun itu bisa kamu simpan dalam sebuah kotak lusuh yang kamu tumpuk dengan kenangan-kenangan manismu. Lalu pada kemudian hari kamu menemukan kotak itu, membukanya dan menemukan aku kembali disana sebagai zat yang pernah menjadi diam untuk beberapa alasan klasikmu.
                                                                                 
                                                                               ***

Aku menemukan sehelai daun kering didalam kotak kayu  disudut atas lemari bajuku setelah 8th berlalu. Aku tersenyum sendiri ketika aku membaca bait demi bait kata yang tertulis tak karuan diatas daun itu.

diam itu suara kita
diam itu bahasa kita
diam itu cara kita
diam yang mempertemukan kita

                         *
rinai hujan menyambut angin dengan suka cita
aku melihatmu tersenyum dlm kabut rintik
kita menari dengan hujan berjarak kabut
kita lekat tapi seolah enggan menjadi pekat
kita jeda yang ingkar terhadap jarak
aku menyukaimu dalam diamku.


Ingatanku melesat jauh kembali pada 8th yang lalu ketika aku tidak sengaja menemukan selembar kertas coklat bertuliskan sebuah kalimat dalam buku temanku yang membuat aku ingin menulis di atas sehalai daun kering.