Minggu, 24 November 2013

Sebuah percakapan tentang rindu pada malam rindu

Apakah aku akan tetap menjadi aku ketika kamu lupa tentang segalaku?
Apakah kamu akan tetap menjadi kamu meskipun senja hadir tanpa jingganya?
Apakah aku akan tetap menjadi aku ketika rindu mengendap membatu?
Ketika rindu tak bersisian dengan rasa mungkinkah itu rindu?
Tidak! rindu hadir karena rasa, rindu datang karena terbiasa
Lalu, apakah kamu akan tetap menjadi kamu ?
Mungkin, ketika ia tetap membuat aku merasa menjadi aku tanpa membuat apa itu rasa rindu
Bagaimana jika rindu itu tetap diam ditempat rasa yang tak terucap?
Sepertinya rindu itu harus lebih melebarkan sayap sabarnya, karena menahan rindu bukan perkara mudah 
Dari pada menahan, lalu kenapa tak diungkapkan saja, aku rindu kamu misalnya
Seandainya  bisa rindu itu sudah bersarang pada empunya
Ah tanpa bersarang pada empunya pun rindu sudah tau kemana dia pergi
Dia pergi namun tak kembali membawa separuh rindunya lagi. Dia tetap rindu sendiri
Tetap jaga separuh rindu itu, kelak akan ada separuh lagi yang menggenapkan rindumu menjadi utuh
Hingga kapan? hingga rindu separuh itu bergemuruh kemudian menyemburkan isinya hingga rindu berubah menjadi kecam yang sesal
Hingga rindu bercinta dengan rasa, bahkan gemuruhnya bisa membisukan debur ombak
Apakah rindu tak karam ketika ombak yang bergemuruh mengikisnya perlahan?
Meskipun rindu karam dia akan menjelma menjadi buih bersama ombak
Lalu rindu hanyut, pergi hilang tanpa tersampaikan
Tidak, tidak ia tidak tersampaikan, ia hanya terendap dalam pasir
Lalu haruskan rindu itu dikubur dalam-dalam hingga tak ada luka yang menggenapkan?
Biarkan rindu tersimpan rapi dijari penyair
Dan pada akhirnya dia tetap rindu sendiri

Kita???

Kita seolah fatamorgana yang fana, semu dan tak pernah ada. Hanya membubuhkan segumpal harap yang diberi pupuk terus menerus. Bahkan kita tidak sadar di depan mata ada sembilah pisau panas yang siap dengan sigap menancap ke kedua belah sisi, pada akhirnya kita tetap melebur dan terhapus.......

Rabu, 23 Oktober 2013

Saya



"iyaa, aku ga janji ya nanti malam bisa dateng, aku cape mau tidur, nanti aku kabarin lagi ya sayang. bye"

Lalu kemudian saya menutup panggilan itu dari seorang pria, sebut saja Dimas. Kekasih saya saat ini. Dimas mengajak saya untuk merayakan hari jadi kami yang baru genap satu bulan. Tetapi karena perasaan saya sedang tidak mood hari ini maka saya memutuskan untuk tidur saja. Merebahkan diri pada tempat tidur lalu dinina bobokan angin sepoy-sepoy sepertinya akan membantu mengembalikan mood saya yang sering kali hancur tiba-tiba ini. 

Pikiran saya melayang tak karuan bersamaan dengan hati saya yang kian berbenturan. Ketika saya mencoba untuk memulai kenapa saya merasa terbentur dengan sebuah keraguan? Ini memang ragu yang muncul tiba-tiba atau karena sebab akibat? Dan kenapa disaat yang bersamaan perasaan yang tak saya inginkan datang bermunculan. Saya teringat kembali pada sosok yang saya tunggu dulu, ia. Lalu pada kamu yang sekarang, saya merasakan sebuah perasaan cemburu tapi sayangnya saya tak ingin berterus terang.

Rintik-rintik hujan menyadarkan saya dari lamunan yang sedang merajai pikiran dan perasaan saya, sesaat saya melirik jam dinding telah menunjukan pukul 20.00WIB. Seharusnya saat ini saya sedang berpegangan erat dengan kamu, mungkin juga seharusnya saat ini kita sedang menikmati makan malam romantis. Atau mungkin jika saya pergi saya tidak akan seragu ini. Saya merasakan sesal. Saya tiba-tiba menangis tersedu-sedu. Ada rasa sesak menjalar panas ke dada saya. Kenapa saya sering mengabaikan mereka yang mencintai saya, lalu larut dalam penyesalan yang saya ikat simpul yang kemudian saya sendiri sulit lepaskan jeratannya. Sesal itu selalu menghantui saya seolah-olah ikut kemanapun saya pergi. Mendampingi langkah saya, menyamar menjadi bayang-bayang tubuh saya, memayungi ketika panas, ikut menari bersama hujan saya, bahkan berbaring disamping saya ketika tidur. Lalu sekarang ia mengajak saya untuk bercermin meraih tangan saya menuntun tangan saya menghadap cermin besar yang ada dikamar. Berdiri dibelakang saya dan berkata banyak hal tentang kebodohan saya, telinga saya sakit mendengarkannya. Kepala saya pusing dicerca ingatan-ingatan yang terus menerus dia sebutkan. Tenggorokan saya perih terus berteriak menyuruh dia pergi. 

Saya sudah seperti manusia bodoh yang dipenuhi penyesalan. Saya benci perasaan saya sendiri. Saya ingin mengutuk rasa seperti ini lalu kemudian membuangnya jauh-jauh dari saya. Lalu kemudian saya lari kekamar mandi seketika membenamkan kepala saya pada bak mandi terus menerus sampai saya merasa kepala saya dingin. Trus dalam, semakin dalam sampai saya melihat kamu tersenyum rupawan. Lalu kemudian membangunkan saya dari tidur dan mimpi panjang saya mengecup kening saya dan berkata " Happy Aniversarry one month dear" dan menyerahkan sebuah bucket bunga. Seketika itu saya peluk kamu erat-erat sembari menangis karena rasa takut dan haru.


Dicintai Sosokmu

Dicintai sosokmu
Ku pikir ragu lalu sebuah cara melupakan

Dicintai sosokmu
Ku rasa tak akan bertahan lama lalu lenyap

Dicintai sosokmu
Aku mencoba membuka hati

Dicintai sosokmu
Aku seolah menjadi yang utama bagimu

Dicintai sosokmu
Menjaga hatiku itu keutamaanmu

Dicintai sosokmu
Kamu sabar akan aroganku

Dicintai sosokmu
Aku nyaman didekat kamu

Dicintai sosokmu
Aku takut jadi candu

Dicintai sosokmu
Aku suka dekapanmu

Dicintai sosokmu
Aku mencintaimu seperti kau mencintaiku

                                                                                                           Sukabumi, 23 Oktober 2013
                                                                                                                            NAI


Senin, 19 Agustus 2013

#ArisanBuku KlubBuku_SMI

Hay para sahabat klub buku *lambaikan tangan

Untuk para menggila buku pasti ga asingkan dengan nama KlubBuku. Nah aku mau cerita nih awal mulanya dibentuk KlubBuku_SMI itu sendiri. Mungkin untuk sebagian orang nama KlubBuku udah sering didengar. Karena followers dari akun twitter tersebut juga jumlahnya buka kapalang banyaknya, klub dimana isi nya para kutu buku, penikmat wangi buku, pencinta sastra, penyuka tulisan-tulisan dan tak sedikit para penulis luar biasa. 

so, kenapa aku pun beri nama KlubBuku_SMI untuk klub buku yang aku bentuk?

Sebenarnya ide ini muncul ketika disalah satu kota di Indonesia yaitu Jogjakarta lagi bikin acara pembacaan puisi judulnya Samudera10 . Iseng-iseng aku ngetweet ke akun twitter yang ngadain acara tersebut, kemudian aku sendiri dapat mention dari tweet kota kelahiran aku sendiri @sukabumiToday. Respon yang baik untuk awal yang baik, lalu kemudian salah satu temen aku nimbrung nih ceritanya karena ternyata dia juga setuju akhirnya dia ngajuin untuk buat klub buku yang mana bagian atau anak bawangnya @KlubBuku, dan berkat kerja sama para sahabat tercinta akhirnya terbentuklah @KlubBuku_SMI.

Klub buku ini sendiri baru dibentuk sekitar satu bulan yang lalu, bolehlah dikatakan newbe. Tapi insyaallah keahliannya ga newbe hehe. Dan ketika salah satu admin dari klub ini tau kalau gagasmedia lagi kerja sama dengan bukune dalam Arisan buku. Kami pun para tim ga mau ketinggalan, maka direkrutlah anggota-anggota #ArisanBuku KlubBuku_SMI dari para sahabat klub buku sukabumi. Senangnya para sahabat klub buku kami pun sangat antusias yuhuuuu.

                                           


Meskipun kami ini baru dipertemukan dengan para anggota KlubBuku_SMI, dengan orang-orang yang berbeda, dengan jenis buku yang digemari berbeda pula tapi satu kesama kami ialah melestarikan budaya membaca yang kini mulai jarang dilakukan para generasi penerus bangsa. Dan kami pun ingin menjaga para pencinta buku dikota tercinta ini untuk saling menyadarkan betapa pentingkan membaca buku. Membaca buku itu sama dengan membuka jendela dunia dan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa, akan sangat disayangkan sekali jika para penerasi muda kini banyak yang tidak sadar akan pentingnya membaca. Buku itu adalah barang yang sangat berharga. Dengan menyisihkan sebagian waktu kita untuk membaca itu sama artinya dengan menjelajah dan membuka mata untuk melihat jendela dunia. Jika bukan kita yang saling mengingatkan siapa lagi???

Cukup dulu ya perkenalan awal dari kami, di lain kesempatan nanti aku ceritakan lebih lengkap lagi. Terimakasih pada Gagasmedia dan Bukune juga para sahabat kami semua :) 


Senin, 29 Juli 2013

?????????

Rasaku mengejar pada setiap lirikan angin
mataku beralih pada setiap sentuhan dingin
disana ada kamu yang menjadi cahaya dalam rasa dan mataku
mungkin kamu energi setiap inspirasiku
dan kamu yang akan tetap menjadi tanda tanyaku

Sabtu, 20 Juli 2013

Surat Terakhir


Aku mulai merasa resah setelah kamu pergi, lebih tepatnya setelah kamu memutuskan tidak meraih aku kembali. Tapi apakah kamu ingat satu hal? Tidak semua hal dapat berjalan instan contohnya saja perasaan aku yang butuh waktu untuk menerima keberadaan kamu dalam keseharianku. Terlalu bodoh mungkin untuk aku yang terlalu sering abaikan kamu. Hingga kamu memutuskan untuk mundur. Tidak masalah bagiku, bukankah hidup itu adil??? Mungkin Tuhan sedang mengajarkan aku makna keadilan.

Aku mengenal kamu dari seorang sahabat baik, bahkan sudah seperti sodara sendiri. Perkenalan kita ketika itu sama sekali tidak meninggalkan jejak mendalam bagiku semua terasa biasa saja tapi ternyata itu berbeda dengan kamu. Yang aku tau setelah pertemuan kita itu kamu perjuang untuk mencapai titik dimana hati aku menjurus ke kamu. Namun aku tau tidak semua orang cukup kuat untuk terus menerus diabaikan bukan??? Ketika aku mulai bisa menerima keberadaan kamu, ketika aku mulai ingin menata hati aku dengan kamu, ketika kehadiran kamu mulai menjadi candu tapi kamu pergi tanpa ada kata perlahan mundur.

Kamu tau ketika itu perasaanku seperti apa??? Aaahh mungkin tidak seserius kamu yang aku acuhkan berkali-kali hingga titik muakmu. Tapi sungguh aku merasa kehilangan kamu, aku sempat geram terhadap diriku sendiri mengecam sikap dan perasaan ku yang terlalu menuntut hati untuk menunggu dia yang telah lebih dulu hadir namun tak mungkin bagiku hingga akhirnya aku sadar setelah kehilangan kamu. Perubahan kamu terlihat kentara hingga rasanya aku ingin sebut kamu pemberi harapan palsu, kemarin kamu berikan beribu rasa dan perhatian lalu sekarang kamu seolah tidak ingat atau bahkan mungkin aku tidak pernah ada dalam list orang yang pernah kamu tau. Perlahan aku harus bisa menyeimbangkan perasaan aku kembali, seperti sebelumnya. Mungkin tanpa kamu lebih baik itu yang ada dalam pikiran aku. Egosi bukan??? Hahahaha lucu, marah pada diri sendiri. Entahlah  aku sempat berpikir perasaan ini sebagai obsesi belaka, lalu penasaran. Tapi aku telaah kembali perasaan ini benar-benar perasaan yang tulus, aku kehilangan kamu dan aku sayang kamu itu yang ingin aku katakan. 

Aku seperti sedang mengalami patah hati, rasanya napas ini sedikit tersendat bahkan aku merasa melayang ketika berjalan. Aaaaaahhh mungkin perasaan aku juga dicampur oleh dramatisir yang terkadang dipadupadankan dengan mood yang sering kali terkontaminasi berbagai macam hal tidak penting kemudian membuahkan perasaan yang tidak begitu baik. Mungkin seiring berjalannya waktu semua akan kembali normal perasaan aku pada kamu akan berkurang. Aku juga menanamkan satu hal "Nikmati hidup ini. Dengan perasaan apapun, ikuti semua seperti arus air, jika semesta mengizinkan pada sebuah muara kita akan dipertemukan" aku mencoba untuk itu menjalani hidup seperti hari-hari biasanya menyenangkan dengan hiasan harap terhadap kehadiran kamu, harap itu hanya sedikit. Hanya sedikit saja aku tanamkan. Dan kita seolah sepasang manusia yang kaku, seolah tak tau pernah ada keinginan dari aku dan kamu untuk menjadi kita. Sebetulnya aku pun ingin rasanya mengaku pada semesta tentang rasa ini tapi aku bukan seseorang yang cukup berani untuk itu. Memilih untuk diam sepertinya memang keputusan yang tepat.

Dan ternyata menyimpan perasaan diam-diam juga bukan perkara mudah. Kamu pasti paham dengan maksud yang ingin aku tuju. Tapi aku tidak pernah merasa menyesal, bahkan sebaliknya aku adalah seseorang yang beruntung pernah menjadi sosok yang diinginkan oleh seseorang seperti kamu yang akhirnya dibahagiakan dengan seseorang yang tepat. Selamat untuk kamu :)
                                                                          
                                                                                  ***

"iyaa. maaf ya bikin kamu nunggu. ini ada kepentingan mendadak, sebentar lagi aku kesana"

Aku pun menutup panggilan dari seseorang yang tak lain adalah sahabatku sendiri dengan jari yang masih menggenggam selembar kertas surat yang kemudian aku masukan dalam botol kaca lalu meleparkannya jauh-jauh dengan perasaan yang sulit aku gambarkan lalu pipiku basah tiba-tiba, bulir-bulir air mata itu meluncur tanpa meminta izin terlebih dahulu memaksa untuk keluar ikut mengantarkan rasa belum tersampaikan. Aku melepaskan pandanganku lurus kedepan mencapai titik akhir pantai yang menjadi tempat pertama pertemuan ku dengan sosok yang besok akan menjadi suami dari sahabatku sendiri.

Rabu, 17 Juli 2013

Hanya Sekedar ....

Aku pernah merasakan gengaman hangat seseorang yang nyata dalam anganku meski itu hanya singkat
Aku pernah melihat matanya yang berbinar walaupun itu hanya sesaat
Aku pernah mencuri tatapannya lekat-lekat meskipun itu berbatas jarak
Aku pernah mendengar parau suaranya meskipun itu samar-samar

Hanya sekedar,,
Aku pernah menyimpan harap, meskipun tak akan pernah terbalas

Lewat Tengah Malam

"jangan dulu matiin lampunya !"
"kenapa? ini udah lewat tengah malem, kamu masih aja belum tidur, aku udah mulai ngantuk nih"
"aku masih nunggu, kayanya ia juga belum tidur, kamu tidur duluan aja"
"aaaaahh asas praduga!!! siapa tau ia  udah terbang ke negeri mimpi, lagi pula dari mana kamu tau kalau ia belum tidur"
"feeling !"
"sejak kapan kamu mulai  main-main sama feeling, bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau feeling kamu itu dibawah rata-rata"
"aaahhh biarin yang jelas aku tetep mau nunggu ia sampai ia tidur"
"aneh ! kenapa ga coba kamu sms atau bbm ia aja sih"
"itu karena kita udah ga kaya dulu lagi. kamu juga lebih tau itu kan?"
"yaaah, sekedar membuktikan penasaran sama feeling kamu aja, tiap malem bela-belain begadang cuman buat nunggu orang yang belum tentu juga nunggu kamu, berharap dia ngasih kabar tanpa ada sebab. Kamu ga cape?"
"ya nikmatin aja, kamu juga ga cape berantem tiap malem sama pacar kamu?"
"hahahahha iyaa nikmatin aja juga"

Percakapan seperti ini sering kali terjadi pada pukul 12 malam lewat di dalam sebuah kamar kost yang sempit antara aku dan sahabatku. Dia dengan pacarnya memang sering kali terlibat sebuah konspirasi huru hara yang ga pernah ketemu titik akhirnya, sedangkan aku sendiri malah menjadi seorang pengharap yang tingkat harapannya mencapai titik puncak selama hampir 1th. Berharap pada seseorang yang sebelumnya pernah aku abaikan. Mungkin ini lah kuasa Tuhan akan sebuah keadilan. Hanya sekedar berharap setiap malam ia kirim sms atau bbm ga penting itu rasanya udah kaya terbang sejauh-jauhnya. Membolak-balikan halaman twiiternya atau sosial media yang lain  itu udah kaya rutinitas yang ga boleh kelewat setiap harinya. Sebelum tidur dan ketika bangun. Atau mendadak bikin personal message di bbm tengah malem karena liat ia recent semata-mata itu buat mancing ia agar bbm. Dan ga tau kenapa feeling yang buruk ini bilang ia masih sama seperti dulu, masih berharap adanya kita diantara aku dan ia meskipun itu ga sebesar dulu. Ia kecewa ya! aku tau itu.

Kila sepertinya sudah tertidur lelap. Ya bagaimana tidak dia baru saja menyelesaikan perdebatan rutinnya dengan seseorang yang disebut pacar yang sudah 6th tahun lamanya. Terkadang aku yang menyaksikan perdebatan itu merasa jengkel dan cape sendiri apalagi dia yang mengalaminya. Tapi inilah kenikmatan hidup yang sering kali kami sebutkan. Aku mengenal Kila sejak kami kuliah, 3tahun lebih. Kami dipertemukan ketika ospek, dia orang pertama yang aku lihat ketika masuk ke dalam kelas. Waktu itu Kila sembalas senyumku dengan ramah, kami pun mulai akrab lalu memutuskan untuk tinggal satu kamar kost karena kami adalah sama-sama pendatang ke kota tempat kami kuliah ini. Aku hanya memperhatikan raut lelah yang tersirat diwajah Kila. Perempuan yang kuat dan sabar :)

Handphoneku tetap saja tidak menunjukan kehadiran sms bbm atau pun yang lainnya, padahal ini sudah hampir pukul 01:30 malam. Mungkin memang sepertinya ia sudah tidur, apa sebaikanya aku juga tidur? pertanyaan itu menghampiri pikiranku. Tapi rasa penasaranku tetap tidak hilang juga.

"Ya sudahlah tidur mungkin lebih baik, siapa tau ketika bangun ada sms, bbm, atau panggilan tak terjawab dari ia. heemmm Selamat Malam"

Mematikan lampu kamar, kemudian meletakan ponsel di samping kepalaku yang bersejajar dengan kepala Kila dan ponselnya lalu pejamkan mata.

"Selamat Tidur"

Dddrrrrrrrtttttttt dddrrrrrrttttt ddrrrrttttttt dddrrrrrttttttt

Aku memaksakan bangun dari setengah alam sadarku, memaksakan bangun dari rasa kantun yang datang setelah dipejamkan. Aku meraih handphone  yang ada disamping kepalaku, ada panggilan masuk. Mataku kontan membelalak seperti akan keluar, nama yang tertera dia layar handphone itu nama ia. 3 panggilan tak terjawab. Kemudian handphone tersebut bergetar kembali ketika aku akan menekan tombol hijau panggilan itu tiba-tiba mati, kemudian LED ponsel menujukan ada sebuah pesan masuk. Tak perlu pikir panjang aku pun  membukanya.

" sayang maaf ya, tadi aku ketiduran. kamu ga apa-apa kan? pasti udah tidur ya, ya udah salamat malam :* "

Aku mulai menerka-nerka isi pesan singkat ini. Sayang??? kamu ga apa-apa??? tanda titik dua bintang???
Aku hanya diam, memperhatikan nya. Ini sms tertuju kepadaku atau salah kirim???
Aku mulai lebih seksama memperhatikan pesan itu, kemudian tersadar satu hal yang aku gengam bukan handphone milikku sendiri tapi milik Kila. Karena handphone kami sama itu membuat kami sering salah mengambil handphone masing-masing. Lalu kenapa yang keluar namanya dari handphone ini nama ia bukan nama pacarnya???

Perasaan tidak karuan mulai menderaku. Aku meraih handphone satunya lagi untuk lebih memastikannya kemudian menuju phone book untuk menyamakan no yang tertera dan ternyata. SAMA.

Aku hanya menatap pasif kedua handphone lalu melihat Kila yang lelap dalam tidurnya.

Rabu, 03 Juli 2013

Diatas Sehelai Daun Kering

Hay, aku menyukaimu.
aku sudah menyukaimu kali pertama kita bertemu, eh tidak kali pertama aku melihatmu sebagai kamu yang tak pernah kamu tunjukan pada berjuta pasang mata dimuka bumi ini.
Pertemuan kita ini takdir, atau hanya kebetulan yang menyimpan alasan untuk selalu bersama setiap waktu?
Aaaahh aku rasa, aku tak peduli tentang itu.
Aku hanya ingin menjadi bagian terkecil dalam hidupmu, tidak ingin kamu lihat dengan sepasang mata genitmu. Atau kau pikir dalam memori pikirmu yang mungkin nanti akan hilang karena serangan pikun  dikemudian hari. Tapi cukup pahami dan tersenyum namun jika kamu berkenan, bisakah kau jadikan aku ilusi dalam satu tulisan magismu. Hanya itu. Kamu boleh menggunakan daun kering untuk alasnya kemudian daun itu bisa kamu simpan dalam sebuah kotak lusuh yang kamu tumpuk dengan kenangan-kenangan manismu. Lalu pada kemudian hari kamu menemukan kotak itu, membukanya dan menemukan aku kembali disana sebagai zat yang pernah menjadi diam untuk beberapa alasan klasikmu.
                                                                                 
                                                                               ***

Aku menemukan sehelai daun kering didalam kotak kayu  disudut atas lemari bajuku setelah 8th berlalu. Aku tersenyum sendiri ketika aku membaca bait demi bait kata yang tertulis tak karuan diatas daun itu.

diam itu suara kita
diam itu bahasa kita
diam itu cara kita
diam yang mempertemukan kita

                         *
rinai hujan menyambut angin dengan suka cita
aku melihatmu tersenyum dlm kabut rintik
kita menari dengan hujan berjarak kabut
kita lekat tapi seolah enggan menjadi pekat
kita jeda yang ingkar terhadap jarak
aku menyukaimu dalam diamku.


Ingatanku melesat jauh kembali pada 8th yang lalu ketika aku tidak sengaja menemukan selembar kertas coklat bertuliskan sebuah kalimat dalam buku temanku yang membuat aku ingin menulis di atas sehalai daun kering.

Sabtu, 29 Juni 2013

Angin Kehilangan Hujan

Sunyi malam angin bergemuruh menerbangkan puingpuing rumah lumpuh. Tak ada suara yang terdengar sedikitpun kecuali bisikan angin yang mencari rintik hujan yang hilang, sesekali ia pun mengaduh dan meringgis. Angin kehilangan rintik hujan. Rintik hujan yang selalu membawakannya irama yang sendu. Sendu yang terkadang ia acuhkan dalam topan yang berusaha mengusir hujan.
Namun,
sendu itu membuat ia candu.

"bukankah semesta sering sekali memasangkan rintik hujan dengan angin? bahkan pada setiap hujan anggin selalu hadir ikut andil dalam menyatukan ketukan irama." bisik ranting pohon yang daunnya mulai berguguran pada pucuk pohon.

Angin hanya diam dan pura-pura tidak mendengar. ia hanya ingin mendengar rintik hujan. Seperti seorang kekasih yang merindukan kekasihnya yang sering ia acuhkan.

Kamis, 27 Juni 2013

seperti tali

Tuhan tegur saya dengan cara yang berbeda dari sebelumnya !
Harap ini jangan dibuat melambung terlalu tinggi hingga jatuhnya sakit bukan main. Sampai tulangnya seolah meremuk dalam kubangan keraguan dan harap tak sampai. Penyesalan dan keinginan yang melambung tinggi yang kemudian berkali-kali tertarik mundur ke sisi paling akhir...
Hancurrrrrrrrr......
Tapi kenapa semesta seolah dekatkan saya pada kesakitan yang berulang???
Tuhan tolong tegur saya lebih jelas !
Rasa ini bukan tali layangan yang siap ditarik ulur sang pengendali. Jangan biarkan rongganya semakin menyempit, jika ingin pergi maka biarkanlah pergi, jangan tarik lagi tali yang sudah dilepaskan. Jangan lagi siram luka basah yang sulit mengering lagi dan lagi. Biarkan talinya terbang seperti layang-layang, dan melebur bersama angin melayang ketepian awan menjemput nila.
Hingga akhirnya berlabuh pada kabut jingga nya senja....

Rabu, 12 Juni 2013

ketika...

aku ingin menjadi aku ketika kau menjemput senja jingga itu
aku ingin menjadi aku ketika hujan membasahimu dengan rintiknya
aku ingin menjadi aku ketika jejak kakimu mengarungi tepian pantai
aku ingin menjadi aku ketika malam datang menemani heningmu

dan aku tetap ingin  menjadi aku ketika kau lupa tentang segalaku

Senin, 10 Juni 2013

Lelaki Itu

Siang itu aku merebahkan tubuhku pada kasur berwarnakan merah hitam yang dipadupadankan dengan corak absrak favoritku. Segala perasaan berkecamuk menjadi satu. Perjodohan. Itu yang tengah menguasai fikiranku. Cinta datang karena terbiasa itu terdengar sangat klise, tapi setidaknya hanya kata itu yang membuat aku merasa sedikit tenang. Tapi apa betul bisa semudah itu? Sedangkan aku sendiri bukan sosok wanita yang mudah jatuh cinta. Contohnya saat ini aku masih tetap setia berkutat dengan cinta pertamaku. Lekaki itu yang sudah sejak lama menjadi sahabatku dan juga mengejar cintaku satengah mati. Terlalu banyak momen yang kita lewati bersama namun sering sekali aku mengabaikan itu sampai pada akhirnya dia menyerah dan aku baru menyadari aku kehilangannya.

Sejak 5th yang lalu. Sejak dia memutuskan ikut dengan tantenya kuliah di Malaysia. Memang tak pernah terjadi pertengkaran hebat ketika itu hanya saja aku menolak dia untuk kesekiankalinya. Dan ketika esoknya aku hanya mendapatkan sepucuk surat yang isinya permintaan maaf dan ucapan selamat tinggal. Sebetulnya aku marah, kenapa dia tidak berterus terang namun aku sadar dia pasti punya pemikiran yang lain. Apalagi setelah aku menolaknya. Awal-awal kepergiannya bukan suatu hal yang terlalu buruk namun selang 1 minggu dari sana aku tiba-tiba menangis meraung sendiri. Aku kehilangan dia. Aku merindukan dia.

Itu lah manusia dia cenderung tidak peka terhadap hal-hal yang sudah menjadi keterbiasaanya, terlalu nyaman dengan keadaan hingga tak dasar ada sepotong rasa yang terbalas. Iya aku baru menyadarinya aku pun mencintai dia seperti dia mencintai aku. Meski tak sempat kata itu keluar di hadapannya. Dan sampai saat ini aku masih menunggu dia untuk kembali. Berharap dia kembali.

[  Segera persiapkan dirimu nak, untuk pertemuan nanti malam. Calon suami mu beserta keluarganya akan datang. Jangan membuat malu bapak dengan keputusanmu nanti. Bapak tau kamu pasti sudah paham apa yang bapak harapkan ]

Pesan singkat yang aku dapatkan dari bapak ku sontak saja membuat kepalaku semakin tak karuan.

                                                                                ***

Malam itu mungkin akan menjadi malam yang tersulit bagiku, sangat sulit. Ingin rasanya aku melewati saja fase ini. Tapi bagaimana dengan keluargaku yang berharap banyak pada keputusanku. Aku akan dijodohkan dengan lekaki yang tak aku kenal. Yang kata bapak adalah anak dari sodara teman lamanya bapak. Tau namanya saja tidak dan dalam pertemuan pertama sudah disebut calon suami. Oke ini bukan zaman nya siti nurbaya. Negara kita ini sudah bebas mengeluarkan pendapatnya sama hal nya dengan ini bukan? Tapi apa yang dapat aku lakukan di usia ku yang akan menginjak 30th ini. Yang setia dengan pekerjaan dan kesendirian, aku paham orang tuaku khawatir tentang itu sedangkan sodara-sodara perempuanku saja di usia 25th sudah menikah dan bahkan ada yang sudah memiliki anak.

"Indri, ayo kita keluar nak, keluarga calon mu akan segera datang"

" iya bu, sebentar lagi indri keluar"

"jangan membiarkan mereka terlalu lama menunggu ya nak"

"iya bu"

Ibu pun keluar dari kamarku, sedangkan aku masih duduk bimbang di depan cermin.
Seandainya dulu aku lebih awal menyadari perasaanku apa mungkin saat ini aku sedang berbahagia dengan sosok lelaki yang aku tunggu sampai saat ini? dengan membangun sebuah rumah sederhana di pinggir pantai dengan pemandangan yang tepat menghadap senja. lalu membersarkan dua orang anak. Lengkap sudah rasanya kebahagiaaku. Tapi bagaimanapun itu tidak mungkin terjadi. yang saat ini aku harus lakukan ialah keluar dari kamar ini lalu bertemu dengan seorang lelaki yang kan menjadi suamiku kelak. Aku yakin ini yang terbaik untukku, untuk kebahagiaan aku, untuk membahagiakan orang tuaku.

Akupun segera bergegas merapikan pakaian dan keluar dari kamar.

"terimakasih sekali pak. atas kesediaan hadirnya kemari, rasanya jadi saya yang deg deg an gitu ya"

"aaahh sama-sama pak, jangan kan bapak saya pun juga demkian. semoga saja niat baik kita semua ini di ridhoi sama Allah SWT ya pak"

"amiiinnn, nah ini pak putri saya Indri. nak ini keluarganya calon mu. Pak Gusti dan Istrinya beliau ini Uwa nya"

Aku pu memberikan salam dan senyuman khasku meskipun sedikit pilu.

"Calon mu sedang ketoilet sebentar"

"Iya pak"

Aku memang harus benar-benar melepaskan dia disini. Sekarang dan memulai lagi hidup baruku. Memulai semua dari awal, mencoba untuk lebih peka lagi. dan berusaha menciptakan perasaan yang seharusnya. Disini aku harus lebih berpikir secara logika bukan dengan perasaan. Melanjutkan hidupku yang nyata dan mengubur rasaku yang anggan.

"maaf saya membuat semuanya menunggu"

"nah, ini dia keponakan saya. Rangga Aldiputra"

Sekejap aku sadar dari lamunanku dan membalikan pandangan pada sosok yang tadi disebutkan namanya. Aku Terpaku. Mata ku membelalak seolah ingin meloncat. Lelaki itu yang duduk didepanku tersenyum hangat, nyaman, akrab. Tiba-tiba air mataku meleleh.

                                                                            ***

Lelaki yang aku lihat saat itu Rangga Aldiputra sahabatku dan cinta pertamaku, lelakipun yang kini sedang tertidur pulas disampingku  yang juga telah memberikanku dua buah hati. Lelaki yang sepertinya tuhan gariskan untukku. Menjadi satu-satunya lelaki dalam hidupku. Yang membuat aku sadar cinta itu bisa datang karena terbiasa, yang membuat aku menyesal tak peka akan kehadirannya, membuat aku paham sepi ketika kehilangannya, bahkan tetap setia berharap menunggu akan semuanya kembali lagi dan menangis haru ketika kita dipertemukan kembali.

Dan aku sangat mencintai Lelaki itu. Suamiku.

Masih Tentang Rasa Yang Sama

aku sisipkan setitik asa yang ku gurat halus
jemariku ku biarkan menjelajah setiap hurup
yang kemudian tersusun sebuah kalimat.

termenung......

rasa yang harus kutinggalkan
namamu tersisip pada kalimat yang tak berintuisi itu
masih tentang rasa yang samakah?

terbang bersama lalu yang menyisikan luka tak kering
bangkit dari duri namun terperosok pada jerami
hatiku tergores lagi mengingat kamu

Kamis, 06 Juni 2013

Sepotong Sesal


Semilir angin menerobos lewati jendela yang aku biarkan sedikit terbuka. Rintik hujan itu masih terdengar samar-samar seolah sedang menghabiskan sisa-sisa air hujan yang turun sampai tetes terakhir.  Malam kian larut,  tapi keramaian diluar sana masih terdengar gaduh dan aku  hanya menatap tajam pada cermin yang sesekali mata ku melirik ponsel yang sedari tadi aku letakan tak jauh dari tempat aku duduk. Tidak.  Bukan sesekali tapi berkali-kali. Dingin mulai merasuk kedalam ruangan kecilku disana  hanya ada aku dan sepotong harapan yang kian ku pungkiri. Sekali lagi aku lirik kembali ponsel ku dan meraihnya, membuka-buka siapa tau tiba-tiba ada pesan masuk atau panggilan yang tak terduga tapi ternyata memang tidak. Aku letakan kembali ponsel itu aku manatap cermin lagi. Mengingat tentang aku yang acuh.  Seolah buta dan Lupa akan segalaku yang kata sahabatku, konyol.

“menyimpan harap pada dia yang tak mungkin, lalu mengacuhkan ia yang peduli, ini konyol bukan?”

“ia yang peduli? Siapa?”

“kamu ini polos, bodoh, atau memang pura-pura bodoh? Pada akhirnya kamu sendiri yang akan merasakan setelah ia benar-benar pergi. Jangan sampai sadar setelah menyesal itu akan menyakitkan lagi. ingat jangan jadi orang yang selalu telat dan tidak tepat waktu”

Perkataan itu masih betul-betul terngiang jelas.

Dadaku lambat laun seolah menyempit. Tubuhku lemas. Aliran darahku seolah mendidih. Pikiranku tak karuan lagi. Ada sepotong sesal disana. Tiba-tiba aku ingin manangis dan menjerit lagi kali ini bukan karena dia. Bukan dia yang aku sesalkan bukan karena perasaan ku tak sampai pada dia. Tapi aku merasa kehilangan ia. Ia yang tak pernah aku lihat, ia yang aku acuhkan. Ia yang selalu ada dan memberi ruang nyaman di sebagian waktu. Ia yang seolah tempatku berlari ketika aku jatuh pada luka yang tak sengaja dia sematkan. Ia yang mencoba meraihku dari rasa terpuruk karena dia. Dan ia yang kini mengjauh perlahan.

Aku kembali menatap ponsel yang masih saja tak bergeming.

Minggu, 28 April 2013

Lewat Hujan

Eluh ku padamu malam ,,



Hujan kemarin mengantar sepucuk surat yang berisikan aku dan dia. Itu bukan surat cinta. Isinya juga bukan permohoman, itu saran dari hujan yang menyaksikan kita. Hujan tau setiap keluhku. Dia seperti saksi yang bisu. Tapi dia terlalu jeli untuk tau isi hatiku, terkadang aku memang bercerita padanya hingga mungkin ia terlalu mengerti aku. Hujan setia menemani rindu yang tak tersanpaikan atau bahkan kata yang tak terejah. Maka hujan menyuruh ku berhenti. Betul-betul berhenti, tanpa syarat. Dia bilang itu untukku. Untuk menjaga hatiku. Aku sekilas termenung hanya menebak-nebak mungkin itu surat yang salah alamat, tapi sekali lagi kudapati surat serupa, dia memintaku  untuk benar-benar melepaskan.  Terkadang apa yang kita harapkan tak selalu sesuai dengan apa yang Allah berikan. Apa yang kita harapkan belum tentu sama dengan apa yang kita butuhkan. Begitupun seperti apa yang hujan sampaikan, aku melepaskan bukan berarti aku gagal. Hanya saja aku melangkah satu kali lebih awal dari aku sekarang. Bukan untuk meninggalkan tapi mungkin untuk menitipkan, Jika nanti ketika dia menjadi yang aku butuhkan dia akan melangkah dan berjalan sejajar denganku.
Itu yang hujan sampaikan,,,

Sabtu, 27 April 2013

Sebatas Rindu


Aku rindu, rindu kamu yang setia dengan segala kekonyolanmu. Aku rindu kamu yang dulu, rindu kamu yang selalu ada untukku. Aku rindu kamu yang bodoh akan rasaku. Namun saat ini kau terasa jauh dari ku. Sungguh. Sekilas ku pandang gambar yang memahatkan kita yang tetawa lepas yang ku pajang di meja kamarku. Ingin rasanya aku putar kembali pada masa-masa itu. Masa dimana kamu selalu berikan sebagian banyak waktumu untukku. Dulu. Dan saat ini aku disini hanya sendiri ditempat kita tanpa kamu.

"hallo, dimanaaa?"
"dirumah"
"aku ditempat biasa nih"
"oh"
"rese ya,"
"sensitif deh"
"kamu kesini dong!"
"gaa ah"
"ko gitu?"
"udah ada janji"
"sama siapa?"
"pacar laah, emangnya kamu jomblooo total"
"oke, have fun"

Aku pun menutup panggilan pada sahabatku itu. Iya sahabat. Sebatas Rindu yang tak terbalas.

Siluet


Tak ada sepatah katapun keluar dari bibir kami, keluh rasanya. Dia masih tetap tak menatapku bahkan bertanyapun tidak. Ini menyimpang dari keterbiasaanya. Kami diam menatap keheningan malam ini sudah sedari tadi dan memang belum ada percakapan sedikitpun yang kami lumat. Geli rasanya diam seolah bisu, aku memang tidak suka ketika di hadapkan dengan suasana seperti malam ini jauh dari kebiasaanku sehari-hari yang selalu membuat gaduh. Aku sudah beberapa kali mencoba mencairkan suasana yang ku pikir kaku, tapi dia tetap diam tak bergeming. Aku juga mencoba memutar isi otakku mengingat beberapa hal yang mungkin aku lakukan dan menjadi sebuah kesalahan.

"maaf, jika aku membuat sebuah kesalahan lagi"
"....."
"mohon jangan diam seperti ini"
"......"
"kamu marah?"

Lelaki yang sedari tadi duduk disampingku itu menggangkat tubuhnya lalu berlalu melangkah mendekatkan dirinya pada sayup-sayup sepi.

"sebaiknya kita hentikan saja tentang kita disini"
"kamu tidak salah bicara?"
"tidak, ini yang terbaik"
"yang terbaik? untuk siapa? bukankah kita baik-baik saja? aku tidak membuat sebuah kesalahan patal bukan?"
"bukan kamu yang salah, tapi kita"
"kita? kita salah dimana? salah kita saling memiliki perasaan yang sama?"
"ini untuk sulit kita, kamu harus berpikir tidak selamanya kita akan seperti ini. aku hanya siluet untuk mu"
"aku tidak masalah, aku akan berjuang untuk kita, kamu tidak usah khawatir semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan"
"tidak, kamu yang akan semakin terluka. jangan membuat sakit dirimu sendiri"
"aku bahagia dengan kita, tidak ada rasa sakit yang kamu kira"
"jangan memaksakan, ini sebuah kesalahan. kamu harus sadar dan bangun lihat kenyataan yang sebenarnya. keadaan tidak akan pernah berpihak pada kita"

Aku terisak, air mataku meleleh mungkin ini akan membanjir di setiap lekukan pipiku. Isak itu hanya ia pandang tanpa sedikitpun ia hapuskan. Dia membiarkan aku menangis dalam kebisuan. Tak ada peluk. Hanya ada angin malam yang berlarian disekeliling tubuhku membawa arus air mata yang kian bercucuran mencari muaranya. Angin itupun masih tetap setia disampingku menari-nari dilingkaran kepalaku membuat ayaunan untuk rambut ku yang terurai panjang dan membawa aku kembali ke alam nyata. Iya alam nyata dimana memang tak pernah ada aku dan dia. Dan memang tak pernah ada kita, hanya ada sisa ilusiku yang sebatas siluet !



Jumat, 26 April 2013

4jam Berlalu


"iya aku masih disini, kamu masih lama? oh iyaa ga apa-apa"

Aku letakkan kembali telepon selulerku. Mataku menerawang ke jendela disebuah cafe dipinggir pantai menembus rintikan hujan yang masih belum reda sedari tadi. Menghela napas, antara kecewa dan membesarkan hati, ini sudah kali kesekiannya aku menunggu Randi yang selalu tidak tepat waktu bahkan sering kali membatalkan janjinya untuk bertemu. Sudah 4 jam aku duduk di meja ini. Sudah berkali-kali aku melihat jarum jam yang terlingkar dilengan kiriku berkali-kali juga aku membalikan tubuhku berharap seseorang yang masuk lewat pintu depan cafe itupun dia tapi sepertinya dewi fortuna masih belum berpihak padaku padahal jarak dari tempat ia kemari hanya sekitar 1jam. Apa boleh buat ini sudah seperti menjadi keterbiasaan antara aku dengan kekasihku itu.

Jarum jam sudah menunjukan Pukul 20.15 WIB. Sudah 5 jam ia masih belum datang, perasaan sesak mulai melambai-lambai. imajenasi dan tarikan napasku sudah tak beraturan. Teburan ompak diluar sana makin memicu detak jantung semakin mempercepat, bahkan mungkin ranting pohon yang sedari tadi diguyur hujanpun kini sudah mengering. Aku masih berusahaan untuk membesarkan hatiku tetap duduk manis dengan segala hal yang berkecamuk hanya ditemani hembusan angin malam dan gelas-gelas yang berjejer rapi dimeja. Lalu tiba-tiba ada sosok tubuh tinggi tak terlalu besar dengan aroma parfum yang ku kenal memelukku dari belakang.

"maaf, sayang aku membuatmu lama menunggu,"
"............................."
"aku tau kamu pasti lebih mengerti aku"
" kali ini kenapa lagi?"
"tadi tiba-tiba dia memintaku untuk menemaninya bertemu dengan WO yang akan mengurus untuk pernikahan kami nanti"
.............................................



Selasa, 23 April 2013

Bangku Kosong Taman Kota


Disini masih sama seperti dulu 5 tahun lalu sejak aku meninggalkan kota ini. Sejak malam disini tak indah lagi. Aku memandang luas taman  yang dulu menjadi tempatku bercerita dengan seorang gadis yang tak sempat aku genggam, kenangan itu masih melekat seperti wangi tanah basah selekas hujan.Tak ku lepaskan pandanganku dari bangku yang menjadi tempat terakhir aku dengan kenanganku. Saat ini disana hanya ada sepotong ingatan dan seorang anak perempuan umur nya sekitar 4th yang sedang asik bermain sendiri. Tak bisa dipungkiri aku tersenyum melihat tingkah anak  kecil itu, senyumnya mengingatkan aku pada dia. Iya dia dan aku yang tak sampai. Anak itu terlihat kebingungan seperti sedang mencari sesuatu. Pelan-pelan aku pun menghampirinya.

" hay...."
"..............."
"jangan takut, saya bukan orang jahat, kamu sore-sore begini kenapa main disini sendiri, mana orang tuamu"
"maaf ibu saya bilang, saya tidak boleh berbicara dengan orang yang tidak saya kenal"
"anak pintar, lalu mana orang tua kamu nak?"

anak perempuan ini  hanya memandangiku dengan tatapan curiga. Dilihat dari jarak yang dekat pandangan matanya benar-benar seperti membangunkan masa laluku. Aaah mungkin ini hanya halusinasi yang terbawa suasana tempat ini. Atau mungkin karena aku sedang merindukannya. Aku tidak tau.

"ibuu..........."

anak kecil itu belari kebelakangku, mungkin menghampiri sesorang yang ia sebut ibu.

"Bella, sedang mengobrol dengan siapa??"

Sekejab aku terdiam. suara itu......
Dengan ragu aku membalikan tubuhku untuk melihat sumber dari seseorang yang ia sebut ibu itu. Dan aku seperti kembali pada 5 tahun yang lalu disana aku melihat mata yang menjadi kawan berbagi cerita malam ku. Kenanganku. Wanita yang tak pernah sampai padaku. Iya aku menemukan Ranti yang dipeluk anak perempuan itu.

Senin, 22 April 2013

Biar Ku Simpan Indahmu


Sendu kabur lewat sayap dingin yang dititipkan hujan, ia  itu bagai membawa bibit penyemangat rasa meski dingin tapi menyejukan. Seperti hal nya embun dipagi buta, ia sejuk dan memberi keindahan bagi ranting dan dedauanan meski singkat. Atau bahkan keheningan malam yang membuat cerita-cerita  bertebaran terbang pada memilik nya untuk mendapatkan isi  sebuah kisah yang biasa ia sampaikan meski hanya lewat hembusan malam. Begitu halnya kamu sang inspirasi yang tersebunyi indahnya kau memilikinya, sungguh itu tak hanya sekedar isapan jempol semata atau bahkan omong kosong tak bermakna. Tapi begitulah indahmu sejenak ku nikmati namun terkadang timbul dan tenggelam. Tak bisa disentuh hanya dapat disarakan dan dilihat, terkadang tertawa menggelitik menonton jarak yang terlampau menjulang. Mungkin bagi menikmat cinta mereka sebut itu LDR long distance reasonship tapi menurut kita itu disebut LDI long distance inspiration. Iyaa jarak ku pada inspirasiku yang jauh disana. Dan kamu tak perlu tau, cukup tetap diam dengan segala bias-bias yang kau pancarkan pada jemari serta pusat pikiran konyol ini. Kamu terlalu berharga untuk aku acuhkan tapi terlalu sulit untuk aku dapatkan.  Indahmu sungguh dominan dengan segala sukaku mungkin terdapat medan magnet yang membawa aku semakin tertarik maju tapi ku pun tak ingin terlalu banyak bermain dengan angan yang biasanya menjadi kawan kali ini cukup aku rasakan dan nikmati. Biarku simpan indahmu sendiri :)) 

Kamis, 18 April 2013

Pelukis Malam (part2)


Malam ini aku seperti biasa menunggu Ranti. Namun tak ada satupun panggilan Ranti yang aku terima, begitupun ia tidak menerima panggilanku. Aku mencoba singgah ketempat ia bekerja namun tak ada yang melihat Ranti malam itu. Entah dimana perginya Ranti. Dengan cemas aku memberanikan diri untuk datang kerumahnya hanya sekedar memastikan dia baik-baik saja.
“aaaahhhh ini gila, aku mencari seorang wanita di tengah malam seperti ini”ocehku sendiri
Aku sudah berada tepat berada di depan rumahnya. Namun aku urungkan lagi niat itu, kemudian aku tuntun kakiku menjauh dari rumah Ranti menuju persimpangan jalan untuk pulang.
                                                               ***
3hari sudah aku tak bertemu Ranti, bahkan sekedar memberI kabarpun tidak. Entah kemana perginya ia, apakah aku membuat suatu kesalahan?? Aku tidakl tau. Mungkin pertemuanku dengan Ranti memang ditakdirkan sampai saat itu saja. Di malam yang sepi ini, bulan sabit seolah memberi restu pada aku dan Ranti, itupun jika ada. langit malam ini indah bertaburan bintang dengan sinarnya seolah memberikan atmosfir. Kami duduk berdua dikursi taman kota seperti hari-hari sebelumnya, itu yang aku bayangkan. menatap langit penuh harap, sayup-sayup suara yang ku kenal terdengar melirih samar-samar namu  kiat jelas, mendekat.
"arman....."
suara itu kini sepertinya tengah berada dibelakangku. namun aku masih tak lepas dari pandangannku pada langit malam hari. suara itu tak terdengar lagi. mungkin memang itu hanya halusinasiku. Aku kembali konsentrasi menatap langit membayangkan seolah Ranti memng sedang berada disana tersentum melihatku. namun konsentrasi ku kini terganggu lagi, tapi kali ini bukan suara namun sentuhan seseorang pada bahu kananku. tangannya terasa dingin sedingin malam ini.
"arman .... "
suara itu kembali terdengar, suara seseorang yang memanggil namaku. suara yang jelas aku kenal. aku membalikan tubuhku dan aku mendapati Ranti tepat dibelakang kursi tempat aku duduk. dengan matanya yang sayu dia tersenyum yang membuat jantungku tiba-tiba berdesir hebat.
"kamu terlihat seperti melihat hantu"
aku masih diam
" sedang apa malam-malam disini sendiri?"
Ranti menghiriku dan duduk disebelahku ikut memandang langit.
" kamu masih hidup?"
"menurutmu?"
"oh kupikir kau sudah mati. terbunuh dingin"
"aku tak sebodoh mu"
Ranti tertawa
"untuk apa tertawa?"
"untuk hidupku yang memang bodoh"
aku mengalihkan pandanganku pada Ranti.
"ada apa? kemana saja?"
"ada"
"sudah tidak kerja disana lagi?"
"sepertinya tidak"
"pindah kerja? tidak malam lagi ya? selamat"
"aku juga tidak kerja siang hari"
"lalu?"
"aku ingin mendengar ucapan selamat dari mu"
"......."
"aku akan menikah"
"oh"
"besok akadnya pukul 09.00 WIB. dirumah, setelah itu aku akan pindah. kamu pasti tidak bisa datang. jelas kamu harus kuliah bukan?"
"hmmmm, iyaaa"
"tidak memberiku selamat?"
"oh, selamat yaa"
"iya terimakasih"
suasana malam ini sangat tidak didugaa. kami terdiam tak bergeming tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun kecuali suara jangkrik yang bernyanyian seperti mencuri dengar.
"dia laki-laki yang umurnya setara dengan almarhum ayahku. laki-laki itu pengunjung ditempat aku bekerja. dia sudah menyukaiku 3bulan ini. awalnya aku tidak mau. tapi ibu sudah tidak bisa lagi bekerja dia sakit. hanya aku tulang punggung keluarga"
Ranti menjelaskan panjang lebar tanpa menoleh kemanapun dia hanya luruh menatap langit.
"oh, iya"
Ranti tiba-tiba mengangkat tubuhnya dari bangku itu. Dia berdiri. tersenyum padaku. dengan pipinya yang basah oleh air matanya, aku tidak tau sejak kapan dia menangis.
"aku sepertinya harus segera pulang, Arman, terimakasih untuk selalu menemani ku beberapa malam ini, jangan habiskan hidup kamu ditepi jalan seperti ini kelak ketika kita bertemu lagi kamu sudah menjadi orang yang berhasil" dengan singkat tiba-tiba Ranti memelukku yang masih duduk. Iya dia memelukku seperti tak ingin lepas erat sekali, itu pelukan untuk pertama kali dan mungkin yang terakhir. aku tidak berbicara apapun masih diam kaku. kemudian ia melepaskan pelukkannya dan pergi melangkah meninggalkan aku dengan air matanya yang basah dibahuku.
aliran darahku tiba-tiba seperti mendidih. entah bergemuruh atau akan pecah. Menikah ! itu yang aku dengar. lelucon apa ini. Aku menatap ranti yang berjalan kemudian berlari menjauh dan menjauh. hanya tinggal aku dengan bangku kosong dan jangkring-jangkrik itu yang tak percaya dengan yang ku dengar bahkan aku belum sempat mengakatan perasaanku tapi kau sudah pergi meninggalkan aku.

                                                                  end



Nyanyian Anak Ingusan

Disini hanya ada ...............................................................................

Tolong Buat Aku Berhenti

hay, malam.....untuk kesekian kalinya, 
apa kabarmu???
takkah kau tanyakan kabarku, kau lupa?iya sama seperti dia yang lupa aku !!
sudah ku coba, tapi muncul lagi...
ku pikir itu hanya akan menjadi benang kusut yang sementara,
kira ku salah.
ku rasa ini akan melebur pelahan,
sepertinya butuh waktu lama.
sulit melepasakan diri dari orbitnya,
perasaan yang menumpuk.
Kecam ku pada rasa yang tak tercapai,
sesak.
Sayatan ini mengaga seolah tak mengering,
malah makin tersiram cuka panas.
bodoh bukan main...
bolehkah aku menyesal???
dengan isak melumat habis air mata yang membanjir
tapi ini masih terjadi lagi.
apa ini namanya???
teriakkanku tak akan dia dengar.
ini memang kesalahan
kemelut yang berakhir berduri
tolong buat aku berhenti...........!

Selasa, 16 April 2013

Kamu Tau Jadi Aku???

sudah lama ingin ku sudahi
tapi tetap tak karam
terlalu kuat hingga masih tetap setia
setia menyaksikan kalian yang setelah kita


kamu tau jadi aku?
ketika kamu bilang aku tak pernah lenyap dari relungmu
kamu tau jadi aku?
ketika kamu minta carikan hadiah termanis untuk pasanganmu
kamu tau jadi aku?
ketika kamu bilang kita tidak boleh saling melupakan
kamu tau jadi aku?
ketika kamu bilang dia tak tergantikan


kamu seharusnya tau jika aku perlahan harus melepaskan,,

Jumat, 12 April 2013

Kita Yang sulit Ada




Entah lega atau semakin terluka.

Kita bicara dan keluar dari bisu.
Rindu mu kentara mampu meluluhkan sisi ragu kita.
Harum yang terbelegu jauh lebih lama pecah.
Kita saling terbuka.
Dengan hujan,
Itu jelas hujan mengiring kita.
Kamu bahagia???
Tapi kenapa aku merasa seperti ditunjuk titik yang sama.
Kita sudah jelas berbeda.
Otak ku berputar menuntun sepasang penopang jalan,
mundur perlahan-lahan.
Dan kamu mendekat pelan-pelan.
Berlapis tanya itu masih mengepakan sayap-sayapnya.
Salahkan kita???
Berirama dalam tawa seorang pelita,
Dan kamu seolah buta dengan segala tulimu.
Aku terlalu pasih untuk seolah-olah tidak tau,
terlalu bodoh untuk merasa baik-baik saja.
Tapi berderai haru untuk setia mu.
Tak apa aku baik-baik saja.
Masih sama seperti pertama dulu,
ketika tatapan mata mu melekad pada dinding kekosongan.
Melihat mu tertawa saja sudah menjadi penawar.
Tak perlu kau dekap,
sapa mu sudah menjadi pelukan ternyaman.
jangan cemas aku tidak lagi duduk dalam sepi,
bukan kah kau tak akan pernah pergi dalam pandanganku.
Berhenti untuk terus mendekat,
Berada dalam jarak bembumbung bukan masalah.
Tenang masih ada aku dan kamu yang tau rasa itu ada dan tak akan pernahmenjadi kita...

Sabtu, 06 April 2013

Penanti



Masih setia  berkutat dengan bisu. Hamparan biru itu masih sama tidak berubah sejak dilepaskan. Diteguk manisnya madu yang disuguhkan seorang idaman. Aaaaaaaaah siapa yang tak terbuai tutur lembut ucapan simpul dengan senyuman hangat yang tersirat jelas diwajah sang idaman. Entah palsu atau tidak, idaman itu tak kunjung datang melewati desiran angin yang tak bosan diterjangnya. Malam sudah tidak terhitung seperti barisan pohon-pohon karet yang berjajar rapi beribu-ribu disudut pantai tempatnya duduk manis. Memandang lepas pada laut yang kosong. Hanya mengenggam selembar janji yang dipahat dalam hati dan salam perpisahan. Seorang penanti.

"Hay.....
Engkau bodohkah?? Menanti sesuatu yang tak pasti !"

"tidak, aku yakin dia akan datang, seperti rasa yang selalu ia titipkan pada angin laut malam hari"

"tidak kah kau berpikir, idaman mu sedang tertawa bahagia disebrang sana dengan pelitanya sekarang?"

"tidak, aku yakin dia sibuk dengan tugasnya untuk membawa aku tetap berada disampingnya selamanya"

"dari mana kau tau?? bahkan bertukar kabar saja kalian tidak pernah?? jangan bodoh "

"aku tau dari langit yang selalu menyampaikan pesan-pesan ku dengan dia lewat sinar bintang, dan dari hati yang tidak bisa dibohongi. Aku mencintai dan menyayanginya tulus, dia akan merasakannya disana"


Hati yang tak bisa dibohongi, tulus.......

Jumat, 05 April 2013

Entahlah,,


Hari ini tidak banyak yang ingin saya tulis, meskipun sebetulnya ada objek yang harus saya selesaikan tapi ilusi saya sedang pecah berhamburan. Malam ini saya hanya ingin menulis apa yang ada dalam pikiran bodoh ini. Beberapa perasaan yang saya dapati dan sangat mengganggu jalan pikiran.

Kamis, 04 April 2013

3 dalam 3 dan hujan

Langit sore ini tak menampakan hangatnya, senjapun hilang. Dingin merasuk dalam sekujur tubuh. Dua anak manusia dipertemukan dengan tatapan pertama dalam hujan. Mulai bernyanyian cerita picisan, dengan iringan tingkah bodoh. Malu dibalut pandangan datar. Pertemuan yang lama dinantikan.

Langit malam ini juga tak menunjukan indahnya sinar bintang. Dua anak manusia terhanyut dalam tawa yang mengabaikan gemercik hujan. Pertemuan ke-2 mereka berakhir menyenangkan. Meninggalkan bekas senyuman yang melekat dan rasa takut kehilangan.

Langit siang ini kembali tak bersahabat, hujan turun deras. Mengiringi mereka yang saling melepas rasa. Rindukah????? Iya rindu yang berbalut ragu. Tapi tak ada ucap kata yang sudah menumpuk didada meski terlalu sesak tapi bibir terkunci rapat.

~Saya pertaruhkan perasaan ini +3th dalam 3 pertemuan dengan hujan !!!!!

Selasa, 02 April 2013

Kerinduan

Senja sore ini tertutup kabut kilu, gelap.
Sepoy-sepoy angin ikut mengiringi senja yang hilang itu.
Kini tinggal awan gelap. 
Mendung. Hujan
Rintikan hujan bercerita pada malam akan sebuah kerinduan yang terpendam.
Dari mata yang tak mampu melihat,
hati yang dingin membeku,
dan bibir yang tak mampu berucap.
Kerinduan akan hasrat yang terpendam.
Malam dengan hujan mengantarkan rindu itu pada pemiliknya
Sang hening. 
Rindu yang hanya ia terka-terka
Kerinduan yang terselimut ragu.
Rindu itu hanya terbalas sapa.
Ya sekedar sapa!
Namun sapa membuat dingin malam dengan hujan berubah seperti terbitnya fajar dengan senja yang hilang.
Malam dengan hujan kini tak sedingin itu. 



Senin, 01 April 2013

Sudah, Aku Ingin Menyerah

kamu tau aku tiba-tiba ingin menyerah????

aku menyerah untuk rasa yang ingin ku mulai
ini ragu yang tak terjawab waktu
sudah cukup kita saling menunggu,
menunggu tanpa tau akhir yang kita tuju
waktu tau kita yang membisu tak bergeming
tapi hati kita saling berbisik
ini bodoh
aku menunggumu yang mungkin kau tak tau
aku bahkan hanya seperti seorang pejuang penantian
menanti tanpa kepastian
kau juga tak sadar dan mungkin juga tak menganggapku ada
atau mungkin berpura-pura dan tetap diam seperti aku
aku seolah-olah berjalan diatas jembatan dengan satu bambu
salah-salah melangkah terperosok dalam kesemuan.
aku ingin menyerah
berhenti
bukan terhenti karena koma, tapi berhenti dengan titik.
aku lelah
lelah dengan kita yang hanya menjadi beku
tak ada kata yang dulu pernah ada
kenapa tak kau tepiskan saja aku????
jika hanya menjadi angan-angan naif mu
kau terluka??? lalu bagaimana aku???
tetap tersenyum dalam kata dan pandangan yang tak  ingin aku tau.
berpura-pura bodoh untuk melihat sisi lain dari hatimu
atau mungkin aku hanya batu pijak ketika tau terluka
dan ketika aku terluka??? aku atur lukaku dalam senyum serta tawa
ingin berlari kearah waktu yang pernah kita buat
tidak itu hanya akan membuat kita terluka
sudah aku ingin menyerah.............!

Jumat, 29 Maret 2013

Perhatian dan Pengertian

Dulu"


Dulu aku pernah  sangat  dalam mengenal apa itu cinta
Hingga terkadang logika tak tercipta
Yang terlihat hanya anugrah itu.
CINTA.
Semua terlihat sempurna tanpa benat kusut terselip didalamnya.
Setiap sesalahan ku anggap pigura kehidupan
Rasa sakit ku telan dalam senyuman.

Cinta membawa aku pada sangkar yang sulit aku jelajahi.
Aku terperangkap didalamnya.
Cinta yang dulu anugrah berubah menjadi pil pahit.
Aku mulai sesak, terikat dan sulit untuk keluar.
Kesakitan yang ku pendam tertumpuk, membentuk gundukan kekecewaan.
Aku ingin lepas, aku lelah.
Ini bukan cinta. Cinta tidak sesulit ini.

“bukankah cinta itu saling memahami??
Cinta itu tidak membuat terkurung dalam ketidak nyamanan
Cinta bukan hanya sekedar ingin diberi
Cinta itu saling membahagiakan.”

Aku temukan titik muakku
Gundukan kekecewaan itu meledak,
bersamaan dengan melemburnya cinta itu.
Aku terlalu kecewa
Kesakitan itu tertanam jelas dalam fikiran
Perkataan itu masih tergiang
Cinta itu membuat aku jera
Membuat  ragu untuk cinta yang baru. 

Kamis, 28 Maret 2013

Sesederhana itu,,,

"View of The Nearest"
Hubungan itu harus dilandasi rasa nyaman dan percaya. Sesederhana itu.
***
Saya sudah pernah bertemu yang cemburuan, atau yang cuek bukan kepalang.
Tapi saya pun pernah menemukan dia yang percaya saya sepenuhnya, seutuhnya. Lalu akhirnya saya ingin selalu menghabiskan waktu bersamanya. Selamanya kalau boleh.
Sepasang kekasih, adalah sepasang teman baik. Seharusnya dia bisa menjadi seseorang, yang sayangnya tidak mengintimidasimu. Yang mampu membuatmu nyaman dengan dirimu sendiri. Dan yang kamu tahu dia jujur, tanpa perlu kamu curigai.
Sesederhana itu.
Selamat jatuh cinta, kamu..#NonaSenja

Rabu, 27 Maret 2013

Cerita Keheningan Malam


Kesunyian mana yang kamu jadikan ketakutan, saat kamu meraihku dan  mulai mengukir nama kita dalam malam dengan lihainya kamu gariskan setiap bentuk yang ada dalam pikiran itu tanpa jeda. Kita bahkan lupa dingin menjelma menjadi gelak tawa. Kamu tanpa lelah menuntun malam pada keindahan. Padahal kita tau kita terbentur waktu. Tidak bukan kita tapi aku.
kamu masih setia berkutat dengan hatimu, hingga malam membuat waktuku menjadi hangat untukmu. Malam tidak sedingin dulu, dan itu karena kamu.
Namun egoku tak hancur lebur seketika, hangat malam aku tepis. aku lemparkan dingin yang menjadi jarak kita.
Hingga akhirnya kita sama-sama tersayat ujung yang berduri.

Aku Yang Terlupakan


Hay langit, apakabar mu?

Pesanku pada awan sudah kau sampaikan?

Lewat angin aku juga titip rindu itu namun tak kunjung ada balasan

Langit, awan tak membalas pesan rindu ini

Apa aku terlupakan???

Aku masih tetap disudut ini,

Bahkan ketika aku terhempas ombak,aku masih kembali


Aku masih menunggu awan, disini dipantai ini.

Senin, 25 Maret 2013

Pelukis Malam (part1)


Berbagai macam kendaraan berlalu lalang, lampu-lampu jalan bersinar redup-redup terang sebagai menerangan dikota yang penuh sesak dengan berbagai suku yang datang. Angin dinginpun merasuk dalam tubuh yang memang tidak gemuk ini. Dengan gitar lusuh yang aku lingkarkan pada bahu dan pinggang, aku menelusuri setiap jalanan yang ada dikota ini. Bergegas berlari mengejar bis-bis yang melintas. Aku petikan senar gitar yang selalu ku bawa sembari mengalunkan sebuah lagu dari penyanyi ibu kota. Recehan yang aku dapatkan dari setiap menumpang yang ada menjadi penolong bagi hidup ku saat ini. Sebut saja namaku Arman. Aku hanyalah seorang pengamen jalanan pada malam hari. Aku memakukan pekerjaan ini sudah sejak 2th terakhir. Ini aku lakukan untuk menghidupi diriku sendiri dikota yang jauh dari orang tua. Pada pagi dan siang hari aku melakukan kewajiban utamaku sebagai seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri. Aku mendapatkan beasiswa. Hidup dikota orang dengan seorang diri itu tidak mudah. Kedua orang tuaku sudah tidak mampu membiayai untuk hidupku disini jangankan untuk membiayai hidupku untuk mereka makan pun ayah harus bekerja keras, kami memang bukan keluarga yang digolongkan mampu. Bapak ku pun hanya seorang pemulung botol-botol plastic. Karena itulah malam hari aku berprofesi sebagai pengamen, meskipun pendapatannya tidak seberapa tapi ini cukup untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari.
Jarum jam sudah menunjukan pukul 04.30 WIB. Aku harus segera pulang pagi ini ada kuliah pukul08.00WIB. aku laju kakiku menuju sebuah gang yang tidak terlalu besar. Gelap.
“baru pulang man? “ sapa seorang bapak yang tinggal tidak jauh dari tempat kost ku
“iya pak,  udah mau subuh”
“ga kemesjid dulu?”
“mau pulang dulu pak, mau mandi kan tidak enak masuk mesjid bau asem keringet”
“oh ya sudah, bapak kemesjid duluan ya”
Pak Natno pun berpamitan dan segera beranjak dari tempat kami bertegur sapa
Aku kembali melangkahkan kakiku menuju kost. Namun baru 2 langkah aku berjalan aku terhenti karena sosok wanita yang ada dihadapanku. Wanita dengan perawakan tinngi kecil, putih, berambut hitam sebahu, mata sipit kecoklatan, hidung mancung. Wanita itu melihat kearah ku. Wanita yang baru-baru ini pernah aku temui dari jarak yang dekat.
                                                                                ***
Malam itu perutku terasa sangat lapar, aku memutuskan untuk mampir sebentar ke sebuah warteg yang ada disamping terminal yang baru saja aku jelajahi. Disana terlihat ada beberapa orang bapa-bapa yang sepertinya  supir bis dan kernek-kernek nya. Perut lapar itu ku isi dengan nasi putih dan telor rendang yang dipadukan dengan the panas. Lega rasanya jika perut sudah di isi, itu artinya aku bisa melanjutkan pekerjaanku kembali. Dari kejauhan terlihat seorang wanita yang mengenakan rok mini dengan hak tinnginya berjalan mendekati warteg itu dengan sedikit tergesa-gesa.
“ehm , hey cantik mau kemana neng malam-malam begini? Mau nemuin abang yaa?” celetuk seorang bapa yang ada dihadapanku, ketika wanita itu mulai ada di dekat warteg. Wanita itupun hanya melirik sibapa dengan pandangan tak suka.
“kenapa neng? Ko jutek gitu?jangan takut ga dibayar, saya bayar deh kalau mau “
Wanita itupun masih tidak menjawab dan mulai melangkahkan kakinya
“alah, sok jual mahal lu, cewe ga bener aja belagu. Lu pikir gua ga mampu bayar lu”
Langkah wanita itupun terhenti
“maaf ya, sepertinya anda salah paham sekali, saya bukan  wanita seperti  yang ada pikir”
“hah, jadi lu wanita baik-baik? Mana ada wanita baik-baik tengah malam gini masih bersiliweran pake rok mini. Mau manggal dimana lu?” Tutur sibapa yang satunya lagi
Terlihat jelas amarah wanita itu mulai terpancing, aku segera membayar makan pada pemilik warteg, tanpa basa-basi dan entah kenapa aku langsung menarik tangan wanita itu. Membawa dia pergi dari tempat itu.
                                                                                                ***

Wanita itu masih berada ditempatnya, masih melihat kearah ku. Tanpa aku pedulikan aku melanjutkan lagi langkahku. Semakin dekat dan semakin dekat, aku melewatinya dan dia tiba-tiba ia memanggilku.
“arman, “
Aku menghentikan langkahku tanpa menoleh, dari mana dia tau namaku, karena ketika malam itu, aku hanya menolong dia menghindarin percekcokan dengan para bapa-bapa itu tanpa memberi tahu  siapa namaku, meskipun aku tau namanya Ranti. Jauh sebelum kejadian itu aku sering secara tidak sengaja melihat Ranti pulang selarut itu, karena jarak tempat tinggal kita yang ternyata tidak begitu jauh. Aku mengetahui nama dia dari penjual sate yang sering nongkrong depan gang kostku.
“kamu arman kan?” perjelasan Ranti
Aku pun membalikan badanku melihat Ranti.
“iya, ada apa?”
“terimakasih, aku Ranti” sembari mengulurkan tangannya dangan senyum manis dibibirnya yang munggil.
                                                                                                ***
Sejak saat itu, aku dengan Ranti menjadi sering bertemu, aku bahkan selalu Menjemput Ranti ketika dia pulang bekerja. kita saling bertukar pikiran dan bercerita banyak hal, jujur saja meskipun aku sudah tinggal dikota ini hampir 4th tapi aku masih belum menemukan lawan untuk bertukar pikiran yang pas, ah mungkin saja karena aku juga seorang pengamen jalanan yang keluyuran malam-malam jadi orang-orang enggan berteman terlalu dekat denganku, tetapi mungkin juga aku yang minder dekat dengan mereka. Ranti pun juga bercerita tentang dia yang ternyata bekerja disebuah club malam sebagai pelayan. Dia berusia 1tahun dibawahku. Dia harus bekerja untuk menghidupi seluruh keluarganya, ayahnya meninggal ketika dia kelas 12SMA. Ibu nya hanya buruh cuci keliling yang sudah mulai sakit-sakitan, sedangkan adik-adiknya masih sangat kecil-kecil. Mau tidak mau Ranti harus berjuang untuk kebutuhan keluarganya, menjadi tulang punggung keluarga karena dia adalah anak sulung. Ranti wanita dengan berparas cantik dengan kulit putih, bibir yang munggil, hidung yang mancung, mata yang sipit dan rambut yang indah. Siapa yang tak suka dengan wanita ini. Namun siapa juga yang mengira hidupnya seberat ini. Jujur saja aku merasa iba, dia harus bekerja ditempat yang seperti itu yang dimana seperti yang Ranti ceritakan tidak sedikit pria hidung belang yang berkunjung kesana dan minta ditemani ini itu. Tempat yang dipandang kurang bagus untuk seorang wanita yang baik-baik.
Sepulang Ranti bekerja, sekitar pukul 03.00 WIB. Aku dan Ranti duduk disebuah bangku taman kota.
“man, gimana hari ini banyak dapet duitnya?”
“aah ya begitu , ga jauh beda sama hari-hari biasanya”
“kamu kenapa ga nyoba nyanyi ditempat aku kerja aja, suara kamu bagus. Dan bukannya gajinya lebih banyak dari pada mengamen”
“gak ah ti, aku lebih suka ngamen aja”
"tapi bukankah penghasilannya tidak seberapa tapi kamu harus berlari sana sini untuk mendapatkan bis yang juga hanya sesekali datang."
"ya itulah ti bedanya,aku lebih menikmati ini semua. ada kepuasan sendiri yang aku rasakan"
sebelum menjadi seorang pengamen aku pernah ikut teman kampusku membentuk sebuah group band tapi ternyata tidak berjalan sesuai kenyataan menyatukan beberapa kepala menjadi satu itu tidak mudah. aku harus bisa mengatur waktu untuk kuliah dengan bermain band. jujur saja aku tidak mau kuliahku keteteran.
"hidup itu tidak selamanya kita harus megejar kenikmati duniawi kan ti?"
sahutku pada Ratni yangt sejak tadi diam mendengar ucapanku.
"ti, kamu kenapa  ga kerja sambil kuliah saja? bukannya waktunya nya ada. seperti aku ini siang ya kuliah malam ya bekerja. walaupun sebetulnya aku lelah"
Ranti tertawa melirik kearahku
"uang dari mana man? untuk biaya hidup aja aku harus melaukan pekerjaan samapi selarut ini"
Sebetulnya aku mengerti dengan apa yang Ranti katakan. ya begitulah hidup terkadang tidak semuanya bisa sesuai kenyataan. Apa yang kita harapkjan justru sangat berbanding terbalik dengan kenyataanya. Namun dengan bersyukur semuanya akan lebih mudah untuk dijalani.
Kami pun terdiam dalam keheningan malam itu, sesekali aku menatap Ranti yang menutup mata sambil menghirup udara dingin malam ini. Ranti yang beberapa waktu ini selalu ada dalam hari-hariku. Ranti gadis malam yang selalu tersenyum simpul. Ya Ranti Wanita yang terkadang membuat jantungku berdegup kencang.