Rabu, 03 Juli 2013

Diatas Sehelai Daun Kering

Hay, aku menyukaimu.
aku sudah menyukaimu kali pertama kita bertemu, eh tidak kali pertama aku melihatmu sebagai kamu yang tak pernah kamu tunjukan pada berjuta pasang mata dimuka bumi ini.
Pertemuan kita ini takdir, atau hanya kebetulan yang menyimpan alasan untuk selalu bersama setiap waktu?
Aaaahh aku rasa, aku tak peduli tentang itu.
Aku hanya ingin menjadi bagian terkecil dalam hidupmu, tidak ingin kamu lihat dengan sepasang mata genitmu. Atau kau pikir dalam memori pikirmu yang mungkin nanti akan hilang karena serangan pikun  dikemudian hari. Tapi cukup pahami dan tersenyum namun jika kamu berkenan, bisakah kau jadikan aku ilusi dalam satu tulisan magismu. Hanya itu. Kamu boleh menggunakan daun kering untuk alasnya kemudian daun itu bisa kamu simpan dalam sebuah kotak lusuh yang kamu tumpuk dengan kenangan-kenangan manismu. Lalu pada kemudian hari kamu menemukan kotak itu, membukanya dan menemukan aku kembali disana sebagai zat yang pernah menjadi diam untuk beberapa alasan klasikmu.
                                                                                 
                                                                               ***

Aku menemukan sehelai daun kering didalam kotak kayu  disudut atas lemari bajuku setelah 8th berlalu. Aku tersenyum sendiri ketika aku membaca bait demi bait kata yang tertulis tak karuan diatas daun itu.

diam itu suara kita
diam itu bahasa kita
diam itu cara kita
diam yang mempertemukan kita

                         *
rinai hujan menyambut angin dengan suka cita
aku melihatmu tersenyum dlm kabut rintik
kita menari dengan hujan berjarak kabut
kita lekat tapi seolah enggan menjadi pekat
kita jeda yang ingkar terhadap jarak
aku menyukaimu dalam diamku.


Ingatanku melesat jauh kembali pada 8th yang lalu ketika aku tidak sengaja menemukan selembar kertas coklat bertuliskan sebuah kalimat dalam buku temanku yang membuat aku ingin menulis di atas sehalai daun kering.

2 komentar: