Minggu, 28 April 2013

Lewat Hujan

Eluh ku padamu malam ,,



Hujan kemarin mengantar sepucuk surat yang berisikan aku dan dia. Itu bukan surat cinta. Isinya juga bukan permohoman, itu saran dari hujan yang menyaksikan kita. Hujan tau setiap keluhku. Dia seperti saksi yang bisu. Tapi dia terlalu jeli untuk tau isi hatiku, terkadang aku memang bercerita padanya hingga mungkin ia terlalu mengerti aku. Hujan setia menemani rindu yang tak tersanpaikan atau bahkan kata yang tak terejah. Maka hujan menyuruh ku berhenti. Betul-betul berhenti, tanpa syarat. Dia bilang itu untukku. Untuk menjaga hatiku. Aku sekilas termenung hanya menebak-nebak mungkin itu surat yang salah alamat, tapi sekali lagi kudapati surat serupa, dia memintaku  untuk benar-benar melepaskan.  Terkadang apa yang kita harapkan tak selalu sesuai dengan apa yang Allah berikan. Apa yang kita harapkan belum tentu sama dengan apa yang kita butuhkan. Begitupun seperti apa yang hujan sampaikan, aku melepaskan bukan berarti aku gagal. Hanya saja aku melangkah satu kali lebih awal dari aku sekarang. Bukan untuk meninggalkan tapi mungkin untuk menitipkan, Jika nanti ketika dia menjadi yang aku butuhkan dia akan melangkah dan berjalan sejajar denganku.
Itu yang hujan sampaikan,,,

Sabtu, 27 April 2013

Sebatas Rindu


Aku rindu, rindu kamu yang setia dengan segala kekonyolanmu. Aku rindu kamu yang dulu, rindu kamu yang selalu ada untukku. Aku rindu kamu yang bodoh akan rasaku. Namun saat ini kau terasa jauh dari ku. Sungguh. Sekilas ku pandang gambar yang memahatkan kita yang tetawa lepas yang ku pajang di meja kamarku. Ingin rasanya aku putar kembali pada masa-masa itu. Masa dimana kamu selalu berikan sebagian banyak waktumu untukku. Dulu. Dan saat ini aku disini hanya sendiri ditempat kita tanpa kamu.

"hallo, dimanaaa?"
"dirumah"
"aku ditempat biasa nih"
"oh"
"rese ya,"
"sensitif deh"
"kamu kesini dong!"
"gaa ah"
"ko gitu?"
"udah ada janji"
"sama siapa?"
"pacar laah, emangnya kamu jomblooo total"
"oke, have fun"

Aku pun menutup panggilan pada sahabatku itu. Iya sahabat. Sebatas Rindu yang tak terbalas.

Siluet


Tak ada sepatah katapun keluar dari bibir kami, keluh rasanya. Dia masih tetap tak menatapku bahkan bertanyapun tidak. Ini menyimpang dari keterbiasaanya. Kami diam menatap keheningan malam ini sudah sedari tadi dan memang belum ada percakapan sedikitpun yang kami lumat. Geli rasanya diam seolah bisu, aku memang tidak suka ketika di hadapkan dengan suasana seperti malam ini jauh dari kebiasaanku sehari-hari yang selalu membuat gaduh. Aku sudah beberapa kali mencoba mencairkan suasana yang ku pikir kaku, tapi dia tetap diam tak bergeming. Aku juga mencoba memutar isi otakku mengingat beberapa hal yang mungkin aku lakukan dan menjadi sebuah kesalahan.

"maaf, jika aku membuat sebuah kesalahan lagi"
"....."
"mohon jangan diam seperti ini"
"......"
"kamu marah?"

Lelaki yang sedari tadi duduk disampingku itu menggangkat tubuhnya lalu berlalu melangkah mendekatkan dirinya pada sayup-sayup sepi.

"sebaiknya kita hentikan saja tentang kita disini"
"kamu tidak salah bicara?"
"tidak, ini yang terbaik"
"yang terbaik? untuk siapa? bukankah kita baik-baik saja? aku tidak membuat sebuah kesalahan patal bukan?"
"bukan kamu yang salah, tapi kita"
"kita? kita salah dimana? salah kita saling memiliki perasaan yang sama?"
"ini untuk sulit kita, kamu harus berpikir tidak selamanya kita akan seperti ini. aku hanya siluet untuk mu"
"aku tidak masalah, aku akan berjuang untuk kita, kamu tidak usah khawatir semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan"
"tidak, kamu yang akan semakin terluka. jangan membuat sakit dirimu sendiri"
"aku bahagia dengan kita, tidak ada rasa sakit yang kamu kira"
"jangan memaksakan, ini sebuah kesalahan. kamu harus sadar dan bangun lihat kenyataan yang sebenarnya. keadaan tidak akan pernah berpihak pada kita"

Aku terisak, air mataku meleleh mungkin ini akan membanjir di setiap lekukan pipiku. Isak itu hanya ia pandang tanpa sedikitpun ia hapuskan. Dia membiarkan aku menangis dalam kebisuan. Tak ada peluk. Hanya ada angin malam yang berlarian disekeliling tubuhku membawa arus air mata yang kian bercucuran mencari muaranya. Angin itupun masih tetap setia disampingku menari-nari dilingkaran kepalaku membuat ayaunan untuk rambut ku yang terurai panjang dan membawa aku kembali ke alam nyata. Iya alam nyata dimana memang tak pernah ada aku dan dia. Dan memang tak pernah ada kita, hanya ada sisa ilusiku yang sebatas siluet !



Jumat, 26 April 2013

4jam Berlalu


"iya aku masih disini, kamu masih lama? oh iyaa ga apa-apa"

Aku letakkan kembali telepon selulerku. Mataku menerawang ke jendela disebuah cafe dipinggir pantai menembus rintikan hujan yang masih belum reda sedari tadi. Menghela napas, antara kecewa dan membesarkan hati, ini sudah kali kesekiannya aku menunggu Randi yang selalu tidak tepat waktu bahkan sering kali membatalkan janjinya untuk bertemu. Sudah 4 jam aku duduk di meja ini. Sudah berkali-kali aku melihat jarum jam yang terlingkar dilengan kiriku berkali-kali juga aku membalikan tubuhku berharap seseorang yang masuk lewat pintu depan cafe itupun dia tapi sepertinya dewi fortuna masih belum berpihak padaku padahal jarak dari tempat ia kemari hanya sekitar 1jam. Apa boleh buat ini sudah seperti menjadi keterbiasaan antara aku dengan kekasihku itu.

Jarum jam sudah menunjukan Pukul 20.15 WIB. Sudah 5 jam ia masih belum datang, perasaan sesak mulai melambai-lambai. imajenasi dan tarikan napasku sudah tak beraturan. Teburan ompak diluar sana makin memicu detak jantung semakin mempercepat, bahkan mungkin ranting pohon yang sedari tadi diguyur hujanpun kini sudah mengering. Aku masih berusahaan untuk membesarkan hatiku tetap duduk manis dengan segala hal yang berkecamuk hanya ditemani hembusan angin malam dan gelas-gelas yang berjejer rapi dimeja. Lalu tiba-tiba ada sosok tubuh tinggi tak terlalu besar dengan aroma parfum yang ku kenal memelukku dari belakang.

"maaf, sayang aku membuatmu lama menunggu,"
"............................."
"aku tau kamu pasti lebih mengerti aku"
" kali ini kenapa lagi?"
"tadi tiba-tiba dia memintaku untuk menemaninya bertemu dengan WO yang akan mengurus untuk pernikahan kami nanti"
.............................................



Selasa, 23 April 2013

Bangku Kosong Taman Kota


Disini masih sama seperti dulu 5 tahun lalu sejak aku meninggalkan kota ini. Sejak malam disini tak indah lagi. Aku memandang luas taman  yang dulu menjadi tempatku bercerita dengan seorang gadis yang tak sempat aku genggam, kenangan itu masih melekat seperti wangi tanah basah selekas hujan.Tak ku lepaskan pandanganku dari bangku yang menjadi tempat terakhir aku dengan kenanganku. Saat ini disana hanya ada sepotong ingatan dan seorang anak perempuan umur nya sekitar 4th yang sedang asik bermain sendiri. Tak bisa dipungkiri aku tersenyum melihat tingkah anak  kecil itu, senyumnya mengingatkan aku pada dia. Iya dia dan aku yang tak sampai. Anak itu terlihat kebingungan seperti sedang mencari sesuatu. Pelan-pelan aku pun menghampirinya.

" hay...."
"..............."
"jangan takut, saya bukan orang jahat, kamu sore-sore begini kenapa main disini sendiri, mana orang tuamu"
"maaf ibu saya bilang, saya tidak boleh berbicara dengan orang yang tidak saya kenal"
"anak pintar, lalu mana orang tua kamu nak?"

anak perempuan ini  hanya memandangiku dengan tatapan curiga. Dilihat dari jarak yang dekat pandangan matanya benar-benar seperti membangunkan masa laluku. Aaah mungkin ini hanya halusinasi yang terbawa suasana tempat ini. Atau mungkin karena aku sedang merindukannya. Aku tidak tau.

"ibuu..........."

anak kecil itu belari kebelakangku, mungkin menghampiri sesorang yang ia sebut ibu.

"Bella, sedang mengobrol dengan siapa??"

Sekejab aku terdiam. suara itu......
Dengan ragu aku membalikan tubuhku untuk melihat sumber dari seseorang yang ia sebut ibu itu. Dan aku seperti kembali pada 5 tahun yang lalu disana aku melihat mata yang menjadi kawan berbagi cerita malam ku. Kenanganku. Wanita yang tak pernah sampai padaku. Iya aku menemukan Ranti yang dipeluk anak perempuan itu.

Senin, 22 April 2013

Biar Ku Simpan Indahmu


Sendu kabur lewat sayap dingin yang dititipkan hujan, ia  itu bagai membawa bibit penyemangat rasa meski dingin tapi menyejukan. Seperti hal nya embun dipagi buta, ia sejuk dan memberi keindahan bagi ranting dan dedauanan meski singkat. Atau bahkan keheningan malam yang membuat cerita-cerita  bertebaran terbang pada memilik nya untuk mendapatkan isi  sebuah kisah yang biasa ia sampaikan meski hanya lewat hembusan malam. Begitu halnya kamu sang inspirasi yang tersebunyi indahnya kau memilikinya, sungguh itu tak hanya sekedar isapan jempol semata atau bahkan omong kosong tak bermakna. Tapi begitulah indahmu sejenak ku nikmati namun terkadang timbul dan tenggelam. Tak bisa disentuh hanya dapat disarakan dan dilihat, terkadang tertawa menggelitik menonton jarak yang terlampau menjulang. Mungkin bagi menikmat cinta mereka sebut itu LDR long distance reasonship tapi menurut kita itu disebut LDI long distance inspiration. Iyaa jarak ku pada inspirasiku yang jauh disana. Dan kamu tak perlu tau, cukup tetap diam dengan segala bias-bias yang kau pancarkan pada jemari serta pusat pikiran konyol ini. Kamu terlalu berharga untuk aku acuhkan tapi terlalu sulit untuk aku dapatkan.  Indahmu sungguh dominan dengan segala sukaku mungkin terdapat medan magnet yang membawa aku semakin tertarik maju tapi ku pun tak ingin terlalu banyak bermain dengan angan yang biasanya menjadi kawan kali ini cukup aku rasakan dan nikmati. Biarku simpan indahmu sendiri :)) 

Kamis, 18 April 2013

Pelukis Malam (part2)


Malam ini aku seperti biasa menunggu Ranti. Namun tak ada satupun panggilan Ranti yang aku terima, begitupun ia tidak menerima panggilanku. Aku mencoba singgah ketempat ia bekerja namun tak ada yang melihat Ranti malam itu. Entah dimana perginya Ranti. Dengan cemas aku memberanikan diri untuk datang kerumahnya hanya sekedar memastikan dia baik-baik saja.
“aaaahhhh ini gila, aku mencari seorang wanita di tengah malam seperti ini”ocehku sendiri
Aku sudah berada tepat berada di depan rumahnya. Namun aku urungkan lagi niat itu, kemudian aku tuntun kakiku menjauh dari rumah Ranti menuju persimpangan jalan untuk pulang.
                                                               ***
3hari sudah aku tak bertemu Ranti, bahkan sekedar memberI kabarpun tidak. Entah kemana perginya ia, apakah aku membuat suatu kesalahan?? Aku tidakl tau. Mungkin pertemuanku dengan Ranti memang ditakdirkan sampai saat itu saja. Di malam yang sepi ini, bulan sabit seolah memberi restu pada aku dan Ranti, itupun jika ada. langit malam ini indah bertaburan bintang dengan sinarnya seolah memberikan atmosfir. Kami duduk berdua dikursi taman kota seperti hari-hari sebelumnya, itu yang aku bayangkan. menatap langit penuh harap, sayup-sayup suara yang ku kenal terdengar melirih samar-samar namu  kiat jelas, mendekat.
"arman....."
suara itu kini sepertinya tengah berada dibelakangku. namun aku masih tak lepas dari pandangannku pada langit malam hari. suara itu tak terdengar lagi. mungkin memang itu hanya halusinasiku. Aku kembali konsentrasi menatap langit membayangkan seolah Ranti memng sedang berada disana tersentum melihatku. namun konsentrasi ku kini terganggu lagi, tapi kali ini bukan suara namun sentuhan seseorang pada bahu kananku. tangannya terasa dingin sedingin malam ini.
"arman .... "
suara itu kembali terdengar, suara seseorang yang memanggil namaku. suara yang jelas aku kenal. aku membalikan tubuhku dan aku mendapati Ranti tepat dibelakang kursi tempat aku duduk. dengan matanya yang sayu dia tersenyum yang membuat jantungku tiba-tiba berdesir hebat.
"kamu terlihat seperti melihat hantu"
aku masih diam
" sedang apa malam-malam disini sendiri?"
Ranti menghiriku dan duduk disebelahku ikut memandang langit.
" kamu masih hidup?"
"menurutmu?"
"oh kupikir kau sudah mati. terbunuh dingin"
"aku tak sebodoh mu"
Ranti tertawa
"untuk apa tertawa?"
"untuk hidupku yang memang bodoh"
aku mengalihkan pandanganku pada Ranti.
"ada apa? kemana saja?"
"ada"
"sudah tidak kerja disana lagi?"
"sepertinya tidak"
"pindah kerja? tidak malam lagi ya? selamat"
"aku juga tidak kerja siang hari"
"lalu?"
"aku ingin mendengar ucapan selamat dari mu"
"......."
"aku akan menikah"
"oh"
"besok akadnya pukul 09.00 WIB. dirumah, setelah itu aku akan pindah. kamu pasti tidak bisa datang. jelas kamu harus kuliah bukan?"
"hmmmm, iyaaa"
"tidak memberiku selamat?"
"oh, selamat yaa"
"iya terimakasih"
suasana malam ini sangat tidak didugaa. kami terdiam tak bergeming tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun kecuali suara jangkrik yang bernyanyian seperti mencuri dengar.
"dia laki-laki yang umurnya setara dengan almarhum ayahku. laki-laki itu pengunjung ditempat aku bekerja. dia sudah menyukaiku 3bulan ini. awalnya aku tidak mau. tapi ibu sudah tidak bisa lagi bekerja dia sakit. hanya aku tulang punggung keluarga"
Ranti menjelaskan panjang lebar tanpa menoleh kemanapun dia hanya luruh menatap langit.
"oh, iya"
Ranti tiba-tiba mengangkat tubuhnya dari bangku itu. Dia berdiri. tersenyum padaku. dengan pipinya yang basah oleh air matanya, aku tidak tau sejak kapan dia menangis.
"aku sepertinya harus segera pulang, Arman, terimakasih untuk selalu menemani ku beberapa malam ini, jangan habiskan hidup kamu ditepi jalan seperti ini kelak ketika kita bertemu lagi kamu sudah menjadi orang yang berhasil" dengan singkat tiba-tiba Ranti memelukku yang masih duduk. Iya dia memelukku seperti tak ingin lepas erat sekali, itu pelukan untuk pertama kali dan mungkin yang terakhir. aku tidak berbicara apapun masih diam kaku. kemudian ia melepaskan pelukkannya dan pergi melangkah meninggalkan aku dengan air matanya yang basah dibahuku.
aliran darahku tiba-tiba seperti mendidih. entah bergemuruh atau akan pecah. Menikah ! itu yang aku dengar. lelucon apa ini. Aku menatap ranti yang berjalan kemudian berlari menjauh dan menjauh. hanya tinggal aku dengan bangku kosong dan jangkring-jangkrik itu yang tak percaya dengan yang ku dengar bahkan aku belum sempat mengakatan perasaanku tapi kau sudah pergi meninggalkan aku.

                                                                  end



Nyanyian Anak Ingusan

Disini hanya ada ...............................................................................

Tolong Buat Aku Berhenti

hay, malam.....untuk kesekian kalinya, 
apa kabarmu???
takkah kau tanyakan kabarku, kau lupa?iya sama seperti dia yang lupa aku !!
sudah ku coba, tapi muncul lagi...
ku pikir itu hanya akan menjadi benang kusut yang sementara,
kira ku salah.
ku rasa ini akan melebur pelahan,
sepertinya butuh waktu lama.
sulit melepasakan diri dari orbitnya,
perasaan yang menumpuk.
Kecam ku pada rasa yang tak tercapai,
sesak.
Sayatan ini mengaga seolah tak mengering,
malah makin tersiram cuka panas.
bodoh bukan main...
bolehkah aku menyesal???
dengan isak melumat habis air mata yang membanjir
tapi ini masih terjadi lagi.
apa ini namanya???
teriakkanku tak akan dia dengar.
ini memang kesalahan
kemelut yang berakhir berduri
tolong buat aku berhenti...........!

Selasa, 16 April 2013

Kamu Tau Jadi Aku???

sudah lama ingin ku sudahi
tapi tetap tak karam
terlalu kuat hingga masih tetap setia
setia menyaksikan kalian yang setelah kita


kamu tau jadi aku?
ketika kamu bilang aku tak pernah lenyap dari relungmu
kamu tau jadi aku?
ketika kamu minta carikan hadiah termanis untuk pasanganmu
kamu tau jadi aku?
ketika kamu bilang kita tidak boleh saling melupakan
kamu tau jadi aku?
ketika kamu bilang dia tak tergantikan


kamu seharusnya tau jika aku perlahan harus melepaskan,,

Jumat, 12 April 2013

Kita Yang sulit Ada




Entah lega atau semakin terluka.

Kita bicara dan keluar dari bisu.
Rindu mu kentara mampu meluluhkan sisi ragu kita.
Harum yang terbelegu jauh lebih lama pecah.
Kita saling terbuka.
Dengan hujan,
Itu jelas hujan mengiring kita.
Kamu bahagia???
Tapi kenapa aku merasa seperti ditunjuk titik yang sama.
Kita sudah jelas berbeda.
Otak ku berputar menuntun sepasang penopang jalan,
mundur perlahan-lahan.
Dan kamu mendekat pelan-pelan.
Berlapis tanya itu masih mengepakan sayap-sayapnya.
Salahkan kita???
Berirama dalam tawa seorang pelita,
Dan kamu seolah buta dengan segala tulimu.
Aku terlalu pasih untuk seolah-olah tidak tau,
terlalu bodoh untuk merasa baik-baik saja.
Tapi berderai haru untuk setia mu.
Tak apa aku baik-baik saja.
Masih sama seperti pertama dulu,
ketika tatapan mata mu melekad pada dinding kekosongan.
Melihat mu tertawa saja sudah menjadi penawar.
Tak perlu kau dekap,
sapa mu sudah menjadi pelukan ternyaman.
jangan cemas aku tidak lagi duduk dalam sepi,
bukan kah kau tak akan pernah pergi dalam pandanganku.
Berhenti untuk terus mendekat,
Berada dalam jarak bembumbung bukan masalah.
Tenang masih ada aku dan kamu yang tau rasa itu ada dan tak akan pernahmenjadi kita...

Sabtu, 06 April 2013

Penanti



Masih setia  berkutat dengan bisu. Hamparan biru itu masih sama tidak berubah sejak dilepaskan. Diteguk manisnya madu yang disuguhkan seorang idaman. Aaaaaaaaah siapa yang tak terbuai tutur lembut ucapan simpul dengan senyuman hangat yang tersirat jelas diwajah sang idaman. Entah palsu atau tidak, idaman itu tak kunjung datang melewati desiran angin yang tak bosan diterjangnya. Malam sudah tidak terhitung seperti barisan pohon-pohon karet yang berjajar rapi beribu-ribu disudut pantai tempatnya duduk manis. Memandang lepas pada laut yang kosong. Hanya mengenggam selembar janji yang dipahat dalam hati dan salam perpisahan. Seorang penanti.

"Hay.....
Engkau bodohkah?? Menanti sesuatu yang tak pasti !"

"tidak, aku yakin dia akan datang, seperti rasa yang selalu ia titipkan pada angin laut malam hari"

"tidak kah kau berpikir, idaman mu sedang tertawa bahagia disebrang sana dengan pelitanya sekarang?"

"tidak, aku yakin dia sibuk dengan tugasnya untuk membawa aku tetap berada disampingnya selamanya"

"dari mana kau tau?? bahkan bertukar kabar saja kalian tidak pernah?? jangan bodoh "

"aku tau dari langit yang selalu menyampaikan pesan-pesan ku dengan dia lewat sinar bintang, dan dari hati yang tidak bisa dibohongi. Aku mencintai dan menyayanginya tulus, dia akan merasakannya disana"


Hati yang tak bisa dibohongi, tulus.......

Jumat, 05 April 2013

Entahlah,,


Hari ini tidak banyak yang ingin saya tulis, meskipun sebetulnya ada objek yang harus saya selesaikan tapi ilusi saya sedang pecah berhamburan. Malam ini saya hanya ingin menulis apa yang ada dalam pikiran bodoh ini. Beberapa perasaan yang saya dapati dan sangat mengganggu jalan pikiran.

Kamis, 04 April 2013

3 dalam 3 dan hujan

Langit sore ini tak menampakan hangatnya, senjapun hilang. Dingin merasuk dalam sekujur tubuh. Dua anak manusia dipertemukan dengan tatapan pertama dalam hujan. Mulai bernyanyian cerita picisan, dengan iringan tingkah bodoh. Malu dibalut pandangan datar. Pertemuan yang lama dinantikan.

Langit malam ini juga tak menunjukan indahnya sinar bintang. Dua anak manusia terhanyut dalam tawa yang mengabaikan gemercik hujan. Pertemuan ke-2 mereka berakhir menyenangkan. Meninggalkan bekas senyuman yang melekat dan rasa takut kehilangan.

Langit siang ini kembali tak bersahabat, hujan turun deras. Mengiringi mereka yang saling melepas rasa. Rindukah????? Iya rindu yang berbalut ragu. Tapi tak ada ucap kata yang sudah menumpuk didada meski terlalu sesak tapi bibir terkunci rapat.

~Saya pertaruhkan perasaan ini +3th dalam 3 pertemuan dengan hujan !!!!!

Selasa, 02 April 2013

Kerinduan

Senja sore ini tertutup kabut kilu, gelap.
Sepoy-sepoy angin ikut mengiringi senja yang hilang itu.
Kini tinggal awan gelap. 
Mendung. Hujan
Rintikan hujan bercerita pada malam akan sebuah kerinduan yang terpendam.
Dari mata yang tak mampu melihat,
hati yang dingin membeku,
dan bibir yang tak mampu berucap.
Kerinduan akan hasrat yang terpendam.
Malam dengan hujan mengantarkan rindu itu pada pemiliknya
Sang hening. 
Rindu yang hanya ia terka-terka
Kerinduan yang terselimut ragu.
Rindu itu hanya terbalas sapa.
Ya sekedar sapa!
Namun sapa membuat dingin malam dengan hujan berubah seperti terbitnya fajar dengan senja yang hilang.
Malam dengan hujan kini tak sedingin itu. 



Senin, 01 April 2013

Sudah, Aku Ingin Menyerah

kamu tau aku tiba-tiba ingin menyerah????

aku menyerah untuk rasa yang ingin ku mulai
ini ragu yang tak terjawab waktu
sudah cukup kita saling menunggu,
menunggu tanpa tau akhir yang kita tuju
waktu tau kita yang membisu tak bergeming
tapi hati kita saling berbisik
ini bodoh
aku menunggumu yang mungkin kau tak tau
aku bahkan hanya seperti seorang pejuang penantian
menanti tanpa kepastian
kau juga tak sadar dan mungkin juga tak menganggapku ada
atau mungkin berpura-pura dan tetap diam seperti aku
aku seolah-olah berjalan diatas jembatan dengan satu bambu
salah-salah melangkah terperosok dalam kesemuan.
aku ingin menyerah
berhenti
bukan terhenti karena koma, tapi berhenti dengan titik.
aku lelah
lelah dengan kita yang hanya menjadi beku
tak ada kata yang dulu pernah ada
kenapa tak kau tepiskan saja aku????
jika hanya menjadi angan-angan naif mu
kau terluka??? lalu bagaimana aku???
tetap tersenyum dalam kata dan pandangan yang tak  ingin aku tau.
berpura-pura bodoh untuk melihat sisi lain dari hatimu
atau mungkin aku hanya batu pijak ketika tau terluka
dan ketika aku terluka??? aku atur lukaku dalam senyum serta tawa
ingin berlari kearah waktu yang pernah kita buat
tidak itu hanya akan membuat kita terluka
sudah aku ingin menyerah.............!