Hujan kemarin mengantar sepucuk surat yang berisikan aku dan dia. Itu bukan surat cinta. Isinya juga bukan permohoman, itu saran dari hujan yang menyaksikan kita. Hujan tau setiap keluhku. Dia seperti saksi yang bisu. Tapi dia terlalu jeli untuk tau isi hatiku, terkadang aku memang bercerita padanya hingga mungkin ia terlalu mengerti aku. Hujan setia menemani rindu yang tak tersanpaikan atau bahkan kata yang tak terejah. Maka hujan menyuruh ku berhenti. Betul-betul berhenti, tanpa syarat. Dia bilang itu untukku. Untuk menjaga hatiku. Aku sekilas termenung hanya menebak-nebak mungkin itu surat yang salah alamat, tapi sekali lagi kudapati surat serupa, dia memintaku untuk benar-benar melepaskan. Terkadang apa yang kita harapkan tak selalu sesuai dengan apa yang Allah berikan. Apa yang kita harapkan belum tentu sama dengan apa yang kita butuhkan. Begitupun seperti apa yang hujan sampaikan, aku melepaskan bukan berarti aku gagal. Hanya saja aku melangkah satu kali lebih awal dari aku sekarang. Bukan untuk meninggalkan tapi mungkin untuk menitipkan, Jika nanti ketika dia menjadi yang aku butuhkan dia akan melangkah dan berjalan sejajar denganku.
Itu yang hujan sampaikan,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar