Sabtu, 27 April 2013

Siluet


Tak ada sepatah katapun keluar dari bibir kami, keluh rasanya. Dia masih tetap tak menatapku bahkan bertanyapun tidak. Ini menyimpang dari keterbiasaanya. Kami diam menatap keheningan malam ini sudah sedari tadi dan memang belum ada percakapan sedikitpun yang kami lumat. Geli rasanya diam seolah bisu, aku memang tidak suka ketika di hadapkan dengan suasana seperti malam ini jauh dari kebiasaanku sehari-hari yang selalu membuat gaduh. Aku sudah beberapa kali mencoba mencairkan suasana yang ku pikir kaku, tapi dia tetap diam tak bergeming. Aku juga mencoba memutar isi otakku mengingat beberapa hal yang mungkin aku lakukan dan menjadi sebuah kesalahan.

"maaf, jika aku membuat sebuah kesalahan lagi"
"....."
"mohon jangan diam seperti ini"
"......"
"kamu marah?"

Lelaki yang sedari tadi duduk disampingku itu menggangkat tubuhnya lalu berlalu melangkah mendekatkan dirinya pada sayup-sayup sepi.

"sebaiknya kita hentikan saja tentang kita disini"
"kamu tidak salah bicara?"
"tidak, ini yang terbaik"
"yang terbaik? untuk siapa? bukankah kita baik-baik saja? aku tidak membuat sebuah kesalahan patal bukan?"
"bukan kamu yang salah, tapi kita"
"kita? kita salah dimana? salah kita saling memiliki perasaan yang sama?"
"ini untuk sulit kita, kamu harus berpikir tidak selamanya kita akan seperti ini. aku hanya siluet untuk mu"
"aku tidak masalah, aku akan berjuang untuk kita, kamu tidak usah khawatir semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan"
"tidak, kamu yang akan semakin terluka. jangan membuat sakit dirimu sendiri"
"aku bahagia dengan kita, tidak ada rasa sakit yang kamu kira"
"jangan memaksakan, ini sebuah kesalahan. kamu harus sadar dan bangun lihat kenyataan yang sebenarnya. keadaan tidak akan pernah berpihak pada kita"

Aku terisak, air mataku meleleh mungkin ini akan membanjir di setiap lekukan pipiku. Isak itu hanya ia pandang tanpa sedikitpun ia hapuskan. Dia membiarkan aku menangis dalam kebisuan. Tak ada peluk. Hanya ada angin malam yang berlarian disekeliling tubuhku membawa arus air mata yang kian bercucuran mencari muaranya. Angin itupun masih tetap setia disampingku menari-nari dilingkaran kepalaku membuat ayaunan untuk rambut ku yang terurai panjang dan membawa aku kembali ke alam nyata. Iya alam nyata dimana memang tak pernah ada aku dan dia. Dan memang tak pernah ada kita, hanya ada sisa ilusiku yang sebatas siluet !



Tidak ada komentar:

Posting Komentar