Masih didalam ruang kosong lembab dan membuat pengap sebuah penantian yang tak berujung tetap menjadi kekuatan kesialan yang dinamakan penyesalan. Tak ada yang berarti disini hanya terus menerus menghirup puing-puing dosa yang menggerogoti keyakinan. Bukan karena ia tak memiliki iman, hanya saja harga dirinya terlalu mahal bahkan untuk membayar senyum di bibirnya pun ia enggan. Ia hanya berharap ada keajaiban datang tiba-tiba bak malaikat pelindung yang turun dari kayangan. Ia tak ingin satu orangpun masuk dalam ruangan itu, ia selalu mengunci rapat-rapat, ia tak pernah keluar atau mungkin dia lupa jalan keluar dan tersesat. Yang ia inginkan hanya suatu omong kosong yang disebut masalalu. Manusia macam apa yang berharap pada tuhannya agar ia kembali pada masalalu. Dunia ini seperti permainan bodoh yang ia anggap mudah sedangkan ia sendiri hanya meratapi diri pada keangkuhan yang ia buat. Ia menangis, merintih, menjerit dan terkadang menahan kenikmatan bernama luka.