Jumat, 29 Maret 2013
Dulu"
Dulu aku pernah sangat dalam mengenal apa itu cinta
Hingga terkadang logika tak tercipta
Yang terlihat hanya anugrah itu.
CINTA.
Semua terlihat sempurna tanpa benat kusut terselip didalamnya.
Setiap sesalahan ku anggap pigura kehidupan
Rasa sakit ku telan dalam senyuman.
Cinta membawa aku pada sangkar yang sulit aku jelajahi.
Aku terperangkap didalamnya.
Cinta yang dulu anugrah berubah menjadi pil pahit.
Aku mulai sesak, terikat dan sulit untuk keluar.
Kesakitan yang ku pendam tertumpuk, membentuk gundukan kekecewaan.
Aku ingin lepas, aku lelah.
Ini bukan cinta. Cinta tidak sesulit ini.
“bukankah cinta itu saling memahami??
Cinta itu tidak membuat terkurung dalam ketidak nyamanan
Cinta bukan hanya sekedar ingin diberi
Cinta itu saling membahagiakan.”
Aku temukan titik muakku
Gundukan kekecewaan itu meledak,
bersamaan dengan melemburnya cinta itu.
Aku terlalu kecewa
Kesakitan itu tertanam jelas dalam fikiran
Perkataan itu masih tergiang
Cinta itu membuat aku jera
Membuat ragu untuk cinta yang baru.
Kamis, 28 Maret 2013
Sesederhana itu,,,
"View of The Nearest" |
Hubungan itu harus dilandasi rasa nyaman dan percaya. Sesederhana itu.
***
Saya sudah pernah bertemu yang cemburuan, atau yang cuek bukan kepalang.
Tapi saya pun pernah menemukan dia yang percaya saya sepenuhnya, seutuhnya. Lalu akhirnya saya ingin selalu menghabiskan waktu bersamanya. Selamanya kalau boleh.
Sepasang kekasih, adalah sepasang teman baik. Seharusnya dia bisa menjadi seseorang, yang sayangnya tidak mengintimidasimu. Yang mampu membuatmu nyaman dengan dirimu sendiri. Dan yang kamu tahu dia jujur, tanpa perlu kamu curigai.
Sesederhana itu.
Selamat jatuh cinta, kamu..#NonaSenja
Rabu, 27 Maret 2013
Cerita Keheningan Malam
Kesunyian mana yang kamu jadikan ketakutan, saat kamu meraihku dan mulai mengukir nama kita dalam malam dengan lihainya kamu gariskan setiap bentuk yang ada dalam pikiran itu tanpa jeda. Kita bahkan lupa dingin menjelma menjadi gelak tawa. Kamu tanpa lelah menuntun malam pada keindahan. Padahal kita tau kita terbentur waktu. Tidak bukan kita tapi aku.
kamu masih setia berkutat dengan hatimu, hingga malam membuat waktuku menjadi hangat untukmu. Malam tidak sedingin dulu, dan itu karena kamu.
Namun egoku tak hancur lebur seketika, hangat malam aku tepis. aku lemparkan dingin yang menjadi jarak kita.
Hingga akhirnya kita sama-sama tersayat ujung yang berduri.
Aku Yang Terlupakan
Pesanku pada awan sudah kau sampaikan?
Lewat angin aku juga titip rindu itu namun tak kunjung ada
balasan
Langit, awan tak membalas pesan rindu ini
Apa aku terlupakan???
Aku masih tetap disudut ini,
Bahkan ketika aku terhempas ombak,aku masih kembali
Aku masih menunggu awan, disini dipantai ini.
Senin, 25 Maret 2013
Pelukis Malam (part1)
Berbagai macam kendaraan berlalu lalang, lampu-lampu jalan
bersinar redup-redup terang sebagai menerangan dikota yang penuh sesak dengan
berbagai suku yang datang. Angin dinginpun merasuk dalam tubuh yang memang
tidak gemuk ini. Dengan gitar lusuh yang aku lingkarkan pada bahu dan pinggang,
aku menelusuri setiap jalanan yang ada dikota ini. Bergegas berlari mengejar
bis-bis yang melintas. Aku petikan senar gitar yang selalu ku bawa sembari
mengalunkan sebuah lagu dari penyanyi ibu kota. Recehan yang aku dapatkan dari
setiap menumpang yang ada menjadi penolong bagi hidup ku saat ini. Sebut saja
namaku Arman. Aku hanyalah seorang pengamen jalanan pada malam hari. Aku
memakukan pekerjaan ini sudah sejak 2th terakhir. Ini aku lakukan untuk menghidupi
diriku sendiri dikota yang jauh dari orang tua. Pada pagi dan siang hari aku
melakukan kewajiban utamaku sebagai seorang mahasiswa di sebuah perguruan
tinggi negeri. Aku mendapatkan beasiswa. Hidup dikota orang dengan seorang diri
itu tidak mudah. Kedua orang tuaku sudah tidak mampu membiayai untuk hidupku
disini jangankan untuk membiayai hidupku untuk mereka makan pun ayah harus
bekerja keras, kami memang bukan keluarga yang digolongkan mampu. Bapak ku pun
hanya seorang pemulung botol-botol plastic. Karena itulah malam hari aku
berprofesi sebagai pengamen, meskipun pendapatannya tidak seberapa tapi ini
cukup untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari.
Jarum jam sudah menunjukan pukul 04.30 WIB. Aku harus segera
pulang pagi ini ada kuliah pukul08.00WIB. aku laju kakiku menuju sebuah gang
yang tidak terlalu besar. Gelap.
“baru pulang man? “ sapa seorang bapak yang tinggal tidak
jauh dari tempat kost ku
“iya pak, udah mau
subuh”
“ga kemesjid dulu?”
“mau pulang dulu pak, mau mandi kan tidak enak masuk mesjid
bau asem keringet”
“oh ya sudah, bapak kemesjid duluan ya”
Pak Natno pun berpamitan dan segera beranjak dari tempat
kami bertegur sapa
Aku kembali melangkahkan kakiku menuju kost. Namun baru 2
langkah aku berjalan aku terhenti karena sosok wanita yang ada dihadapanku.
Wanita dengan perawakan tinngi kecil, putih, berambut hitam sebahu, mata sipit
kecoklatan, hidung mancung. Wanita itu melihat kearah ku. Wanita yang baru-baru
ini pernah aku temui dari jarak yang dekat.
***
Malam itu perutku terasa sangat lapar, aku memutuskan untuk
mampir sebentar ke sebuah warteg yang ada disamping terminal yang baru saja aku
jelajahi. Disana terlihat ada beberapa orang bapa-bapa yang sepertinya supir bis dan kernek-kernek nya. Perut lapar
itu ku isi dengan nasi putih dan telor rendang yang dipadukan dengan the panas.
Lega rasanya jika perut sudah di isi, itu artinya aku bisa melanjutkan pekerjaanku
kembali. Dari kejauhan terlihat seorang wanita yang mengenakan rok mini dengan
hak tinnginya berjalan mendekati warteg itu dengan sedikit tergesa-gesa.
“ehm , hey cantik mau kemana neng malam-malam begini? Mau
nemuin abang yaa?” celetuk seorang bapa yang ada dihadapanku, ketika wanita itu
mulai ada di dekat warteg. Wanita itupun hanya melirik sibapa dengan pandangan
tak suka.
“kenapa neng? Ko jutek gitu?jangan takut ga dibayar, saya
bayar deh kalau mau “
Wanita itupun masih tidak menjawab dan mulai melangkahkan
kakinya
“alah, sok jual mahal lu, cewe ga bener aja belagu. Lu pikir
gua ga mampu bayar lu”
Langkah wanita itupun terhenti
“maaf ya, sepertinya anda salah paham sekali, saya bukan wanita seperti yang ada pikir”
“hah, jadi lu wanita baik-baik? Mana ada wanita baik-baik
tengah malam gini masih bersiliweran pake rok mini. Mau manggal dimana lu?”
Tutur sibapa yang satunya lagi
Terlihat jelas amarah wanita itu mulai terpancing, aku
segera membayar makan pada pemilik warteg, tanpa basa-basi dan entah kenapa aku
langsung menarik tangan wanita itu. Membawa dia pergi dari tempat itu.
***
Wanita itu masih berada ditempatnya, masih melihat kearah
ku. Tanpa aku pedulikan aku melanjutkan lagi langkahku. Semakin dekat dan
semakin dekat, aku melewatinya dan dia tiba-tiba ia memanggilku.
“arman, “
Aku menghentikan langkahku tanpa menoleh, dari mana dia tau
namaku, karena ketika malam itu, aku hanya menolong dia menghindarin
percekcokan dengan para bapa-bapa itu tanpa memberi tahu siapa namaku, meskipun aku tau namanya Ranti. Jauh
sebelum kejadian itu aku sering secara tidak sengaja melihat Ranti pulang
selarut itu, karena jarak tempat tinggal kita yang ternyata tidak begitu jauh.
Aku mengetahui nama dia dari penjual sate yang sering nongkrong depan gang
kostku.
“kamu arman kan?” perjelasan Ranti
Aku pun membalikan badanku melihat Ranti.
“iya, ada apa?”
“terimakasih, aku Ranti” sembari mengulurkan tangannya
dangan senyum manis dibibirnya yang munggil.
***
Sejak saat itu, aku dengan Ranti menjadi sering bertemu, aku
bahkan selalu Menjemput Ranti ketika dia pulang bekerja. kita saling bertukar
pikiran dan bercerita banyak hal, jujur saja meskipun aku sudah tinggal dikota
ini hampir 4th tapi aku masih belum menemukan lawan untuk bertukar
pikiran yang pas, ah mungkin saja karena aku juga seorang pengamen jalanan yang
keluyuran malam-malam jadi orang-orang enggan berteman terlalu dekat denganku,
tetapi mungkin juga aku yang minder dekat dengan mereka. Ranti pun juga
bercerita tentang dia yang ternyata bekerja disebuah club malam sebagai
pelayan. Dia berusia 1tahun dibawahku. Dia harus bekerja untuk menghidupi
seluruh keluarganya, ayahnya meninggal ketika dia kelas 12SMA. Ibu nya hanya
buruh cuci keliling yang sudah mulai sakit-sakitan, sedangkan adik-adiknya
masih sangat kecil-kecil. Mau tidak mau Ranti harus berjuang untuk kebutuhan
keluarganya, menjadi tulang punggung keluarga karena dia adalah anak sulung.
Ranti wanita dengan berparas cantik dengan kulit putih, bibir yang munggil,
hidung yang mancung, mata yang sipit dan rambut yang indah. Siapa yang tak suka
dengan wanita ini. Namun siapa juga yang mengira hidupnya seberat ini. Jujur
saja aku merasa iba, dia harus bekerja ditempat yang seperti itu yang dimana
seperti yang Ranti ceritakan tidak sedikit pria hidung belang yang berkunjung
kesana dan minta ditemani ini itu. Tempat yang dipandang kurang bagus untuk
seorang wanita yang baik-baik.
Sepulang Ranti bekerja, sekitar pukul 03.00 WIB. Aku dan
Ranti duduk disebuah bangku taman kota.
“man, gimana hari ini banyak dapet duitnya?”
“aah ya begitu , ga jauh beda sama hari-hari biasanya”
“kamu kenapa ga nyoba nyanyi ditempat aku kerja aja, suara
kamu bagus. Dan bukannya gajinya lebih banyak dari pada mengamen”
“gak ah ti, aku lebih suka ngamen aja”
"tapi bukankah penghasilannya tidak seberapa tapi kamu harus berlari sana sini untuk mendapatkan bis yang juga hanya sesekali datang."
"ya itulah ti bedanya,aku lebih menikmati ini semua. ada kepuasan sendiri yang aku rasakan"
sebelum menjadi seorang pengamen aku pernah ikut teman kampusku membentuk sebuah group band tapi ternyata tidak berjalan sesuai kenyataan menyatukan beberapa kepala menjadi satu itu tidak mudah. aku harus bisa mengatur waktu untuk kuliah dengan bermain band. jujur saja aku tidak mau kuliahku keteteran.
"hidup itu tidak selamanya kita harus megejar kenikmati duniawi kan ti?"
sahutku pada Ratni yangt sejak tadi diam mendengar ucapanku.
"ti, kamu kenapa ga kerja sambil kuliah saja? bukannya waktunya nya ada. seperti aku ini siang ya kuliah malam ya bekerja. walaupun sebetulnya aku lelah"
Ranti tertawa melirik kearahku
"uang dari mana man? untuk biaya hidup aja aku harus melaukan pekerjaan samapi selarut ini"
Sebetulnya aku mengerti dengan apa yang Ranti katakan. ya begitulah hidup terkadang tidak semuanya bisa sesuai kenyataan. Apa yang kita harapkjan justru sangat berbanding terbalik dengan kenyataanya. Namun dengan bersyukur semuanya akan lebih mudah untuk dijalani.
Kami pun terdiam dalam keheningan malam itu, sesekali aku menatap Ranti yang menutup mata sambil menghirup udara dingin malam ini. Ranti yang beberapa waktu ini selalu ada dalam hari-hariku. Ranti gadis malam yang selalu tersenyum simpul. Ya Ranti Wanita yang terkadang membuat jantungku berdegup kencang.
Sayap-Sayap Patah (part2)
Satu minggu dari hari itu kondisi ayah sudah mulai terlihat
pulih, ia terlihat sudah mulai sehat. Namun siapa yang tau ketika melakukan cek
up, ia malah justru harus melakukan rawat inap. Ketika aku mendengar kabar itu
dari kakaku, aku hanya menerka-nerka, dan membayangkan nanti bagaimana jika
ayah dirawat dan siapa yang mengurus aku dan adik-adik, apalagi Falan yang
usianya masih 3th dan kenapa harus dirawat diRS bukankah ayah sudah sembuh. Tanpa menunggu banyak waktu, ibu menyuruh
beberapa orang untuk mengambil keperluan apa saja yang nanti dibutuhkan selama
diRS. Aku hanya bisa menghela napas panjang dan berdoa semoga ayah baik-baik
saja, dan segera kembali berkumpul bersama.
***
Aneh rasanya keadaan rumah sekarang ini, disini aku serta
kaka dan adik-adikku jadi sering dikunjungi sodara-sodara yang bergantian
mengurusi keperluan kami. Apaboleh buat demi kesembuhan ayah aku bahkan rela
mengurus keperluanku sendiri. Tidak seperti malam-malam sebelumnya dirumah
tidak ada ayah dan ibu. Rindu rasanya saat-saat berkumpul bersama. Ini sudah 1
minggu ayah diRS dan belum diizinkan pulang. Aku melihat keseluruh penjuru
ruangan , disana ada tanteku yang sedang berusaha menidurkan Falan yang rewel
sejak tadi. Kasian dia sudah beberapa hari ini sulit bertemu ibu. Tepat didepan
tv ka Rizky dan Ridho sedang menonton kapten stubasa. Dan aku sendiri berdiri
memperhatikan mereka semua. Perlahan aku berjalan mendekat ka Rizky.
“ka, aku mau liat ayah kerumah sakit” mintaku pada ka rizky
“iya de, nanti ya. Tanya dulu ibu sama ayah. Kamu boleh atau
ga kesana. Anak kecil itu ga boleh sering-sering ada di RS”
“kaka, boleh kesana setiap pulang sekolah, kenapa aku ga.
Aku kan juga anak ayah”
“kamu masih kecil de, jangan khawatir sebentar lagi ayah
pulang ko, jadi kamu ga harus kesana”
jelas ka risky menenangkan , yang aku balas dengan lipatan pipiku tanda aku
sedikit kesal.
Mungkin pada saat ini aku sedang merindukan ayah dan ibu,
namun mungkin aku tak begitu paham akan hal ini. Beberapa kali aku diajak ke RS
untuk melihat kondisi ayah. Bahkan aku juga pernah mencoba untuk nekad sepulang
sekolah ke sana sendiri. Menurutku terlalu lama ayah dan ibu tidak pulang
kerumah. Tapi ayah memang seseorang yang kuat dia tidak terlihat sesakit itu.
Tapi bukankah katanya ayah akan segera pulang tapi kenapa sampai saat ini tidak
juga kunjung pulang. Hampir1 bulan ayah dirawat di RS. 1 bulan juga rumah tanpa
ayah dan ibu. Sepi.
***
Dinginnya angin merasuk dalam tubuh yang munggil ini, namun
bayangan yang akbar aku lihat itu menghangatkan tubuhku, ia memelukku erat,
mencium keningku dan berbisik “Filry jadi anak yang sholeh ya, nurut sama orang
tua. Ga boleh sakit-sakitan terus, ayah sangat sayang Firly anak perempuan ayah
satu-satunya ini. Ayah juga sangat sayang ka RIzky, Ridho dan Falan. Jangan
sering berantem harus saling jaga satu lain. Jangan bikin ibu kesal juga ya
harus jagain ibu” Lalu dia memeluku
semakin erat seperti tak tau lepas, nyaman rasanya berada dalam pelukan ayah.
Sudah lama sekali ayah tidak memelukku sehangat ini. Namun aku tidak menegrti
kenapa ayah harus berkata seperti ini.
“firly, bangun nak. Ayo bangun dulu”
Sebuah suara samar-samar terdengar ditelingaku, tapi aku
masih berada dalam pelukan ayah. Namun
suara itu semakin jelas terdengar. Tiba-tiba ayah yang memeluku menghilang dan
mataku sedikit-sedikit mulai terbuka. Aku mulai terbangun dari mimpi indahku
itu. Suara itu berasal dari salah seorang keluarga. Ketika aku membuka mata
seisi rumah sepertinya gaduh, aku mendengar tanteku berteriak air keran yang tiba-tiba naik. Tangisan bayi
keponakanku dan berbagai hal lainnya. Mataku masih begitu enggan untuk membuka
sepenuhnya, tetapi suara itupun tidak henti untuk membangunkan aku. Dengan rasa
kantuk yang teramat sangat itu akupun memaksakan diri untuk bangun.
“fir, cuci muka dulu yuk “ minta suara yang membangunkan aku
itu
“kenapa sekarang? Kan masih malam. Aku masih ngantuk”
“jenguk ayahh dulu yuk”
“sepagi ini?” sembari melirik jam dinding yang tergantung
didinding kamarku. Ia menunjukan pukul 04.00 WIB. Aku pun memutuskan untuk beranjak
dari tempat tidur dan membasuh wajah dengan air. Kemudian aku , kaka ayah dan
seorang sodara segera bergegas menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan aku
bertanya-tanya kenapa harus sekarang? Memangnya tidak bisa besok pagi? Ada apa
dengan ayah? Berbagai pertanyaan bermunculan dipikiranku. Sesampainya disana
aku menuntun kakiku menyusuri setiap koridor yang ada menuju sebuah kamar yang
mana dari arah kejauhan sudah terlihat banyak orang didepannya. Ketika aku
sampai semua mata tertuju padaku. Ya semua mata sendu sembab itu. Pikiranku
mulai tak karuan, aku langkahkan kakiku lagi menuju pintu yang mengarah ke
dalam ruang kamar ayahku. Disana aku melihat ibu dengan kerudung yang menutupi
kepalanya duduk disamping ayah mengalunkan ayat suci alquran sembari menangis dan
kakaku disampingnya yang melakukan hal yang sama, disudut lain aku melihat ada
seorang dokter dan suster yang sedang memeriksa keadaan ayah. Dan disebuah
ranjang, aku melihat ayah dengan tubuh besarnya dengan tangan dan kaki terikat,
selang oksigen yang terpasang dihidungnya, selang infusan di salah satu
tangannya dan berbagai alat medis lain yang melekat pada tubuh ayah yang
terbaring. Aku terdiam melihat ayah yang baru rasanya memelukku hangat dalam
mimpi yang indah, mimpi yang seakan nyata. Aku menyentuh tangannya, aku cium
tangan yang terikat itu.
“yah, ini aku firly”bisikku pada ayah yang saat itu membuka
matanya untukku. Aku melihat betul dia menatapku. Menatap anak perempuan
satu-satunya. Matanya terlihat berkaca-kaca. Dia menatapku lama penuh
ketulusan. Tidak lama sebuah tangan menarik aku keluar dari ruangan itu,
terdengar suara adzan subuh berkumandang. Tangan itu memeluk dan menggendongku.
Tangan yang berasal dari tangan kaka laki-laki ayah. Dia menggendongku menjauh
dari ruangan itu. Dia memeluku erat menangis dan berkata “ kamu anak ayah, anak
ayah, “ . suara itu mirip suara ayah, sama persis. Dari arah ruang kamar ayah
aku mendengar suara nangisan yang dalam, tangis kehilangan.
Innalillahiwainnailaihirojiun…………………………………………………………………
Tangisan akupun pecah. Aku minta diturunkan dari gendongan
itu. Sekujur tubuhku lemas, seperti dihantam batu besar, sesak rasanya bukan
main. Di usiaku yang masih 9th aku harus kehilangan ayahku sebagai
penyempurna hidupku. Rasanya ini tidak adil, bagaimana mungkin bisa, ia
meninggalkan kami diusia yang masih sangat membutuhkan sosok seorang ayah.
Bagaimana mungkin ayah yang saat itu selalu terlihat kuat harus dengan cepat menghadap
sang khalik. Tidak akan ada lagi ayah yang bertubuh besar lagi untuk kami,
tidak akan ada lagi ayah yang ditakuti kami, tidak akan ada lagi suara
dengkuran ayah untuk kami, tidak akan ada lagi cerita bahagia kami dengan ayah.
Ayah, jika engkau pergi saat ini bagaimana kami nanti??? Siapa menyempurna
kami? Siapa sosok kebanggaan kami?belum sempat kami membalas budi engkau sudah
pergi. Ayah jangan pernah tinggalkan kami.
Aku menangis dalam
gendongan kaka ayahku yang juga ikut menangis. Aku melihat ibu yang tiba-tiba
jatuh tak sadarkan diri. Kakaku yang menangis sesengukan disamping tubuh ayah
yang kaku tak bernapas lagi. Ya Allah ini kah akhir dari dunia kami?????? Ia
menghembuskan panasnya setelah aku datang, apa mungkin karena kehadiranku? Jika
aku tak datang apakah engkau akan tetap ada bersama kami?? Ayah aku belum
mengerti betul arti ditinggalkan. Tapi kenapa engkau yang lebih dulu
meninggalkan kami.Sayap ini tak utuh lagi, kami hayalah sayap-sayap patah
tanpamu ayah.
Diusia yang masih sangat kecil ini aku gadis 9th yang belum
banyak mnegerti berbagai hal, harus ikhlas dan sabar merelakan penyempurna
hidupnya untuk pergi selamanya menghadap sang pencipta untuk hidupnya yang
lebih kekal. Aku gadis kecil yang yang kehilangan sayap kokohnya bangga
memiliki ayah yang luar biasa. Aku gadis kecil yang sakit-sakitan mengucapkan begitu
banyak terimakasih untuk ayah yang samapai saat ini ada dalam jiwa dan raga
kami. Dan kami akan selalu mendoakan engkau bahagia disana , hingga saatnya
nanti kita akan bertemu dan berkumpul kembali menjadi sayap-sayap yang utuh.
*Ayah, aku selipkan rindu ini pada angin malam
yang berhembus malam ini.
Minggu, 24 Maret 2013
Sayap-Sayap Patah (part1)
Malam ini tidak berbeda dengan malam-malam yang lainnya,
tetap sunyi dan sepi. di sebuah ruang tidur
yang ditempeli poster-poster kartun favorit, disatu sudut yang merupakan
sisi nyaman, aku duduk sendiri tanpa bergeming berkutat dengan PR. Mengeluh
pada setiap soal yang guru berikan dan yang aku anggap sulit. Hanya ada aku,
kakaku didalam kamarnya dan ayah yang tertidur diruang keluarga saat ini dirumah.
Suara dengkuran ayah membuat aku tertawa
menggelitik. “bagaimana bisa ibu tidur ketika ayah mengeluarkan suara sekeras
ini”sahutku .
“Rizky, Firly, Ridho, Falan” suara lembut penuh kasih saying
itu terdengar jelas dari ruang keluarga. Ayah memanggil nama anak-anaknya. Aku
pun segera menghampiri ayah. Perlahan aku berjalan mendekati ayah .
“iyaa yah , kenapa” tukas ku.
Aku diam tidak bicara, heran melihat ayah masih dengan mata
tertutup,menatap dalam-dalam. Namun dia
terus berbicara entah apa yang ia katakan karena intonasinya yang kurang begitu
jelas. Aku sedikit terkejut perasaan takut dan ingin tertawa. Dia ternyata
mengigau memanggil nama anak nya satu persatu dengan urutan yang tepat. Rizky
kaka laki-lakiku sebagai anak pertama yang saat itu baru duduk dikelas 1 SMA.
Firly namaku sendiri siswa kelas 4 SD. Ridho adik laki-lakiku yang pertama yang
baru saja masuk kelas 1 SD, dan Falan sibungsu laki-laki yang usianya masih
3th. Dirumah itu memang hanya ada 2 wanita, aku dan ibuku.
“yahhh bangun, kenapa ko ngigonya manggil-manggil nama anak
ayah” sembari menggoyangkan tubuh ayah
agar terbangun. Dengan nada yang parau
ayah terbangun.
“hhmmmm , siapa yang ngigo ka?”
“ayah tidurnya berisik, udah ngorok ngigo juga. Aku ga mau
deh kalau tidur ditemeni ayah”
“iyaa maaf, ayah kecoplosan” sahutnya dengan penuh kasih
sayang.
***
Selesai main dengan teman-teman aku segera pulang kerumah,
ternyata diluar rumah terlihat banyak orang. Ya aku tau itu kakaku dan beberapa
sodara yang baru saja pulang dari sebuah tempat pariwisata.
“assalamualaikummmmm………….”
Teriakku memberikan salam pada orang-orang yang banyak itu.
“waalaikumsalam”
Dengan polos aku berlari dank u teguk segelas air dingin
yang ada dihadapan kakaku untuk membasahi tenggorokanku yang kering sendari
tadi sambil melihat satu persatu orang yang ada dihadapan ku, disana ada kaka
dari ayahku dan istrinya, adik ibuku, dan beberapa sodara lainnya. Aku melihat
beberapa expresi wajah yang tak wajar dengan obrolan yang kurang begitu aku
mengerti . Mereka terlihat tak begitu bahagia, sedangkan yang aku tau mereka
baru saja kembali dari bersenang-senang. Raut wajah itu tidak bisa mereka
sembunyikan, di usia yang masih sekecil aku pun tau bahwa mereka sedang dalam
perasaan yang sedih. Sekilas aku melihat ibu yang terlihat duduk sendu dan ayah
disampingnya. Entah apa yang terjadi , aku tanpa berani bertanya hanya diam
menunngu jawaban yang mungkin saja akan aku dapatkan.
“ka, mandi dulu sana. Udah sore ntar sakit lagi kalau mandi
terlalu sore, udah dibikinin air panas tuh.” minta tanteku yang memang tau aku
ini sakit-sakitan. aku pun menggangguk mengiyakan. Sambil berjalan masuk
kedalam rumah terdengar suara ayah meyakinkan semua orang yang ada disana.
“tenang . ayah pasti sembuh. Jangan banyak yang
dikhawatirkan doain aja”
Aku diam mendengar pernyataan yang baru saja ayah berikan.
Ternyata ayah sakit, tapi sakit apa? Memang benar beberapa hari ini ayah
terlihat tidak begitu sehat lebih sering tertidur tanpa pergi kerja, tetapi seserius
itukah hingga ayah meyakinkan semua orang, dan membuat mereka begitu khawatir?
***
Kanker hati atau sering dikenal dengan Liver. Itu yang aku
dengar. Ayah divonis mengidap kanker
hati. Tanpa sedikitpun ia memperlihatkan kesedihan itu, dia selalu terlihat
menyenangkan dan kuat. Dia bahkan tidak membuat orang-orang disekitarnya
kerepotan, dia tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit. Padahal pada aku
mendengar liver itu sulit disembuhkan. Ayah engkau memang mengagumkan. Tanpa
perlu dirawat inap, ayah menjalani hari-harinya dengan berbagai kegiatan, tidak
seperti orang sakit kebanyakan dia sama sekali tidak terlihat sakit, aku bahkan
melihat dia seperti super hiro.
Kamis, 21 Maret 2013
Embun Dan Kenangan
tidak ada secercah penghangatan
hitam kau jadikan putih
bias-bias pengharapan itu sedikit-sedikit meredup
bersama dengan sisa embun dari daun yang bergelantungan pada ranting yang basah itu
embun itu kenangan
kenangan yang terkikis
kenangan yang tersirat rapi dalam tumpukan kehidupan-kehidupan yang semu
dulu itu pernah ada sekeping cerita
cerita yang ingin ditutup rapat
dan embun membuka kembali tumpukan-tumpukan cerita itu
dingin dan hanya bisa membisu
rasa yang menggejolak sudah tidak ada lagi
Dinda (Part2)
Handphone ku terus saja berdering
itu panggilan dari Rial namun tak juga aku jawab, jujur saat itu aku tidak bisa
berpikir jernih, selama 6th ini Rial terlihat sempurna dimataku
tanpa sedikit cacatpun dan sekarang aku mendapati sebuah pertanda bahwa dial
tak sesetia yang aku pikir. Dan ketika
dia berusaha menemui aku, aku enggan untuk bertemu dengannya. Ini seperti bukan
aku. Tapi feelingku mengatakan ada sesuatu yang dia sembunyikan padaku.
***
Malam itu aku memutuskan untuk
pergi ke rumah intan, karena Lisi sedang tidak ada dirumah dalam keadaan
pikiran kacau seperti ini menyendiri bukan jalan yang baik. Aku mencoba
menghubungi intan terlebih dahulu memastikan bahwa dia ada dirumah namun dia
tidak menjawab panngilanku, bahkan bbm yang sedari tadipun belum dia baca,
mungkin dia sedang tertidur karena dia memang seperti itu. Aku pun mulai
menyusuri setiap jalan sendiri menuju kediaman sabahatku itu. Setibanya didepan
rumah dia, pintu rumah nya tiba-tiba terbuka dan keluarlah intan dengan sosok
seorang laki-laki yang sangat akrab aku kenal. Mereka keluar melewati pintu
rumah itu sembari tertawa dan tidak sadar akan keberadaaku. RIAL ! ya laki-laki
itu Rial. Aku menatap mereka tajam diam
tak percaya. Secara tiba-tiba hatiku seperti dihantam batu besar, lemas, sesak.
Ya itu yang aku rasakan. Melihat Rial kekasihku yang keluar dari rumah
sahabatku dengan tertawa riang padahal dia tau keadaan aku sedang seperti apa.
Aku terus menatap mereka dengan tidak percaya. Sampai pada akhirnya mereka sadar
akan keberadaanku disana. Intan kemudian mendekat, aku tau dia terkejut.
“Dinda, sejak kapan lo disini?”
Emosiku pun meledak.
Aku dengan seketika menampar
intan, Rial pun mendekat tidak percaya.
Aku kehilangan kendali, aku
marah, aku kecewa, aku sakit hati Rial
dengan Intan sahabatku. Apa yang Rial lakukan disini malam-malam begini?
Tertawa bersama intan? Ini alasan intan tidak membalas pesan singkatku dan
tidak menerima panggilanku???? Kenapa harus Rial dan Intan??????? Ada apa
dengan ini semua??? Kenapa mereka harus terlihat berada berdua dalam kedaan
yang sepeti ini????? Semua pertanyaan berkecamuk menjadi satu, aku marah dengan
menangis tersedu-sedu. Aku pun melihat intan dengan tangisnya, tapi apa dia tau
sesakit apa aku sekarang. Dan Rial, dia yang hanya menatapku. Tapi kenapa harus intan????
***
Pagi ini dikampus tanpa ada yang
bertanya padaku dimana intan, karena seperti yang mereka tau dimana ada intan
disitu ada dinda. Tapi pagi ini dikelas hanya ada aku tanpa intan. Sepanjang
perkuliahan aku hanya melalun masih tidak percaya dengan kejadian-kejadian yang
aku alami beberapa hari ini. Dan saat itu aku berpikir seandaikan malam itu aku
dan Rial tidak datang ketempat itu, seandainya aku tidak bertemu dengan orang
itu seandainya aku tidak datang kerumah intan seandainya seandainyaaa aaahhhhh
pikiranku makin kacau, lamunan kacauku pun terhenti oleh suara Ari yang
memberikan buku yang waktu itu aku titip. Lalu kemudia dia pergi. Aku menatap
Ari dari belakang.
Tiba-tiba aku mendapati di handphone
ku sebuah pesan dari Rial
Rial : aku mau kita ketemu sore
ini, aku jelasin semuanya. Kamu ga bisa terus-terusan ngindar kaya gini. Kita
ketemu di bukit itu jam5.
Aku hanya bisa menghela napas.
Kemudia handphone ku pun
menunjukan signal keberadaan 1 pesan lagi
Intan : apa yang kamu lihat belum
tentu yang sebenarnya !!!!
***
Dalam perasaan ragu aku menunggu Rial di tempat
yang dia janjikan. Disini semua akan ditunjukan kebenarannya, kenyataan bahwa
Rial telah curang, dan Intan telah betul-betul membuat aku kecewa. Bagiku ini
adalah penghianatan besar-besaran. Kekasih dan sahabatku membuat lingkaran
dalam lingkaranku sendiri. Jujur aku sulit menerima ini semua. Aku belum siap.
Aku menghela napas panjang sebagai kode bahwa aku harus kuat aku bisa.
Terlihat dari kejauhan Rial
sedikit menghampiriku, ya saat melihat dia hati ini
juga berdebar dengan kecangnya namun berbeda dengan ketika saat kita pertama
memutuskan untuk menjalani sebuah hubungan. Berdebarnya jantung ini sakit
sekali. Dia menghampiriku dengan tersenyum. Dan aku hanya terus menatap dia.
Aku menatap dia dengan mata yang terlihat sangat kecewa, ini pertama kalinya
Rial membuat aku menangis. Kemudiaanf langkah Rial yang menghampiri aku diikuti
seorang wanita yang aku sangat kenal, iya kenal sekali.
“Adinda” sahut Rial
Aku tetap diam
“Jika ada seseorang yang harus
kamu caci maki, itu adalah aku, jika ada sesorang yang harus kamu tampar itu
aku, jika ada seseorang yang melukai hati kamu itu juga aku dan jika ada
seseorang yang harus kamu benci itu adalah aku. Aku minta maaf, aku curang”
Sedikit demi sedikit air mataku
pun turun juga padahal aku sudah berusaha susah payah untuk menahannya. Bukan ini
yang ingin aku dengar, bukan mengakuan ini. Aku ingin kamu bilang tidak , ini
salah paham Dinda. Aku ingin kamu ucapkan itu. Aku diam tak bertanya, aku takut
kamu menjelaskan karena aku takut itu benar. Aku takut kamu yang bagiku
sempurna malah menjadi orang yang benar-benar membuat aku kecewa dan menjadi
orang yang aku benci. Aku takut kehilangan kamu Rial . aku mencintai kamu, tapi
kenapa harus begini, dan kenapa kamu menggenggam tangan wanita yang ada
disampingmu itu . Ucapku dalam hati sambil terus menatap Rial dengan air mata
yang ikut mengalir. Ini lebih sesak, ini lebih sulit dipercaya, aku betul-betul
ingin menjerit sekuatnya mengeluarkan rasa sakit ini. Apakah harus sesakit
ini?? Kenapa kenapa harus begini??? Ada apa ini????
“Adinda, bukan intan. Tapi Lisi .
wanita itu Lisi”
Ini pernyataan yang betul-betul
tidak aku bayangkan sebelumnya. Wanita itu Lisi. Lisi sepupuku yang sudah
seperti adik kandungku. Lisi yang tinggal bersama ku. Seperti tiba-tiba tersambar
petir aku dapatin seorang wanita disamping Rial digenggam erat dan itu Lisi.
Bukan intan. Lisi orang yang tidak aku duga sama sekali .
***
Hembusan angin itu membawaku
kembali kealam sadarku. Masih ku genggam kebaya itu. Masih tetap menatap langit. Tiba-tiba suara
pintu kamarku terbuka, itu Intan yang pernah menjadi sasaran salahku yang
sedang dipenuhi emosi dulu.
“ Selamat yaaaaaa” tutur Intan sambil
memelukku
“Terimakasih ibu Intan Putri
Pribowo”
“Kebayanya bagus, pasti lo
keliatan cantik deh besok”
Kebaya itu akan aku kenakan
besok. Dihari pernikahan tapi bukan pernikahanku melaikan pernikahan sepupuku
Lisi dengan dia cinta pertama dan pacar pertamaku Rial. 3 tahun sudah sejak kejadian itu mereka
memutuskan untuk menikah. Siapa yang sangka secepat itu. Bahkan aku melupaka
itu semua tidak mudah. Tapi aku yakin ini yang terbaik untuk kita semua.
Lalu bagaimana dengan aku???
Dinda dinda dinda dinda dinda
Terkadang aku membisu dalam
setiap cakap yang keluar dari bibir mungilmu
Aliran darahku bergejolak ketika
aku menatap lekat senyumanmu
Bahkan terkadang ada cemburu yang
membara ketika melihat kamu dengan dia
Kau inpirasi bagiku
Namun
Aku hanya pengagum dekatmu yang
terlihat jauh….
Itu adalah sebait puisi yang aku
temukan dalam buku yang pernah aku titipkan pada Ari. Ya ! saat ini aku sedang
menjalin hubungan yang cukup serius dengan Ari. Seseorang yang dianggap kaku
bahkan bisa menjadi seseorang yang mengagumiku teramat sangat. Ternyata Ari
berbeda dari yang selama ini orang kenal, dia adalah pribadi yang sangat
menyenangkan. Maka, mungkin dari ini lah aku harus belajar untuk lebih mengenal
karakter seseorang. Alasan Rial curang padaku dulu juga katanya aku yang tidak
bisa memberi waktu luang lebih banyak, karena aku lebih focus mengejar targert belajarku,
sedangkan Lisi dan Rial ternyata memiliki beberapa kesamaan mungkin dari sana
mereka merasa saling nyaman dan bisa saling mengisi satu sama lain. Seperti saat
ini aku dengan Ari yang sama-sama sedang mengejar target kita. Ari saat ini
sedang melanjutkan S2 nya di Jerman dia dapat beasiswa. Dan dari kabar yang
baru aku dengar dia akan Slangsung ditarik oleh sebuah perusahaan terkemuka
disana. 1 bulan dari pernikahan Lisi dan Rial besok aku dan Ari akan
melangsungkan pertunangan terlebih dahulu. Dan disini aku belajar untuk lebih
peka terhadap orang-orang disekitarku. Hidup siapa yang tau.
***
Dinda (Part1)
Sore ini hujan turun dengan derasnya,
aku duduk termenung didepan jendala kamarku menatap kosong kearah luar yang
sesekali aku lihat kebaya warna gold dengan payet payet indahnya yang aku
genggam. Perasaan bahagia dan sedih berkecamuk menjadi satu. Suara gemercik
hujan membawa aku kembali pada masa itu, masa dimana aku harus mempertanyakan
sebuah kejujuran.
Siang itu diperpustakaan kampus
aku sedang berdiskusi dengan seorang sebut saja dia Ari mahasiswa yang tak perlu
diragukan lagi kemampuannya. Dia adalah mahasiswa cerdas di jurusan kami saat
itu, beruntung nya aku bisa satu kelas dan sering-sering berdiskusi dengan dia.
Padahal bisa dibilang kami tidak terlalu dekat, ketika berdiskusipun tidak ada topik
lain yang kami bahas selain tentang mata kuliah, walaupun sesekali kami juga
membahas beberapa movie yang ceritanya bias dikatakan bagus. Pria berkacamata
dengan penampilan sederhana ini pun terkenal tidak banyak bicara bahkan
cenderung kaku. Maka dari itu sahabatku Intan paling malas ikut serta dengan
kami untuk memebahas beberapa pelajaran yang aku rasa tidak begitu aku
mengerti. Intan lebih memilih untuk makan dikantin . Sabahatku yang satu itu
memang sedikit pemalas tapi dia cukup membuat beberapa pria terpesona. Kami bersahabat sejak duduk dikelas
6 SD saat itu dia murid pindahan. Dari sana hingga sekarang pun kami masih
tetap satu sekolah dan satu Universitas. Bisa dibilang dimana ada Intan disitu
ada Dinda tapi tidak ketika aku sedang membahas pelajaran. Intan itu memiliki
daya tarik yang cukup kuat menurutku, bagaimana tidak dari pertama aku kenal
intan sampe sekarang aku sudah tidak bisa menghitung lagi berapa banyak
laki-laki yang pernah menjadi pendampingnya. Oke bisa dibilang dia itu
playgirl. Beda dengan aku yang telah menjalin sebuah hubungan selama kurang
lebih 6th dengan Rial teman sekelas ku waktu mulai masuk ke SMA.
Walaupun sekarang aku tidak satu Universitas lagi dengan dia, tapi hubungan
kami berjalan cukup baik. Tidak banyak pertengkaran yang terjadi. Bahkan Rial
itu tipe seorang laki-laki yang penyabar dan tidak banyak menuntut dan dia
adalah cinta pertama dan pacar pertamaku. Itu lah sebabnya aku sangat
mencintainya, dimataku tidak ada seorang laki-laki yang sempurna dalam hidupku
selain Rial terkecuali Papah.
“Nah jadi ketika sebuah
perusahaan memiliki manajemen sumber daya manusia yang buruk maka perusaan itu
harus siap ketika produk yang mereka produksi pun tidak sesuai harapan” jelas
Ari padaku, yang hanya mangguk-mangguk tanda mengerti.
Terdengar suara dering handphone
ku, yang tertera dilayar adalah LOVE ,
“Hallo yang “
“Kamu udah selesai kuliah yang ?
Aku di depan kampus kamu nih. Pulang yuk “
“Ya udah kamu tunggu sebentar ya”
telpon pun diakhiri.
Sudat mataku sedikit melihat ari
yang tengan memuliskan sesuatu disecarik dikertas putih.
“Ari, besok dilanjutin lagi ya
belajarnya, aku udah dijemput nih, maaf ya jadi sering ngerepotin kamu”
“Iya gapapa din, duluan aja masih
ada yang mau aku cari diisini ”
Setelah merapikan buku-buku dan alat
tulis, aku langsung berpamitan pada Ari dan
meluncur kedepan kampus menemui pangeran semata wayangku itu. Ternyata disana
sudah ada Intan yang terlihat berbincang dengan Rial seperti biasa obrolan yang
selalu mereka bahas adalah lempar umpatan pada satu sama lain. Aku bahkan lebih
melihat mereka seperti tom and jery.
“Dinda, lo nemuin makhluk ini
dimana sih, harusnya ya lo tuh musiumin dia bukan lo jadiin pacar” sahut intan
mencari pembela.
“Alah, kalian tuh sama aja
berisik tauuu” jawab ku santai. Sedangkan rial hanya tertawa cekikikan melihat
tingkah laku sahabatku itu.
***
Malam ini adalah malam peringatan
aku dan Rial yang ke 6th. Yaa hari ini genap hubungan kami menginjak
tahun ke6. Aku pun mulai bersolek dengan bahagia. Rencananya kami akan makan malam
bersama entah dimana itu tapi yang pasti rial selalu memberika kejutan—kejutan
istimewa yang tak terduga untukku.
“Lisiiiiiiiiiiiii” teriakku
memanggil sepupuku yang tinggal serumah bersamaku, usia doa 2 th dibawah aku.
Kami kuliah di universiyas yang sama tapi berbeda jurusan, dia sudah tinggal
bersama dengan aku mamah dan papah sejak dia masih duduk di kelas 12 SMA.
Karena orang tua dia yang dipindah tugaskan ke Dubai maka dia lebih memilih
tinggal bersama aku disini. Dia adalah tempat ceritaku setelah Intan, terlalu
banyak kesamaaan antara aku dengan lisi, bahkan mimic wajah kami itu mirip,
meskipun postur tubuh lisi lebih kecil dari aku.
‘Iyaa, iyaa kaaaa”
“Gimana? Aku udah cantik belum?
Haduhh nervous nih. Kira-kira Rial bakal ngasih aku kejutan apa lagi ya??”
“Ngajakin tunangan kali ya kaa”
“Tunangan? Mana mungkin, kuliah
aja kita belum selesai”
“Yaelah kaa, apanya yang ga
mungkin, nunggu apa lagi coba?”
“Iya sih ya? Tapi masa sih”
Dengan senyum-senyum bahagia aku
sudah membayangkan bagaimana kalau apa yang Lisi katakan itu benar, lengkap
sudah kebahagiaan ini. Tidak lama kemudian Rial datang menjemputku, kami pun
segera meluncur ke tempat yang kami tuju. Ternyata dia membawaku ke tempat
dimana pertama kali dia dan aku meresmikan hubungan kami, sudah lama rasanya
tidak datang ke tempat ini. Sebuah tempat yang berada diketinggian yang dimana
disini bisa melihat sinar lampu-lampu kota dan juga jajanan tradisional dengan
music akustik dari alat-alat bekas yang
aku rasa ini cukup romantic, aku hanya tersenyum tersipu dengan bahagia. Satu
kata yang aku rasakan pada malam itu bahagia.6th sudah aku melewati
berbagai macam hal dengan Rial, tawa canda sedih kecewa haru bahagia, rasa
toleransi, perhatian pengertian,kepercayaan dan kejujuran. Aku pun duduk
disalah satu bangku yang disediakan memang, bukan dengan makan malam yang mewah
ditempat mewah tapi ini lebih dari sekedar menyenangkan. Aku dan Rial sangat
menikmati malam itu memandang hiruk pikuk kota dengan hanya segelas jeruk
hangat dan mie tektek favoritku, untungnya aku tidak berpakaian yang
berlebihan. “ feeling feeling feelingku kuat “ sahutku dalam hati.
“Sederhana tapi berarti” ucapku pada
Rial
”Makasih ya buat semuanya selama
ini, terimakasih dinda kamu telah memberi hari-hari ku tidak membosankan dengan
adanya kamu”
Aku hanya menatap Rial dalam
dengan senyuman khasku.
Jarum jam sudah menunjukan pukul
22.15 WIB aku dan rial pun segera beranjak dari tempat itu, Rial mendekati seorang
bapa untuk membayar apa yang tadi kami makan, dan aku mengikutinya dari
belakang. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punggungku
“hey nona rial, kemaren kemana ko
pulang duluan”
Aku menatap tajam pria itu, pria
yang tidak aku kenal. Aku hanya diam tak menjawab mungkin dia salah orang
pikirku,
“Eh, gue salah orang ya?? maaf
ya”
Aku hanya tersenyum simpul.
Kemudia dia mendekati Rial yang saat itu masih tidak sadar dengan keberadaan
pria yang menyebutkan salah orang padaku tadi.
“Yal, itu siapa? Yang kemaren
mana?” bisiknya yang tidak sengaja aku denngar karena aku cepat-cepat mendekat.
Rial hanya menepiskan pria itu.
“eh bro udah lama ya kita ga
ketemu” sahut rizal pada pria itu. Dan tiba-tiba si pria itupun membalas ucapan
rizal seolah mengiyakan. Aku melihat wajah rizal yang tiba-tiba sedikit diam.
Dia pun segera berpamitan dengan
orang itu dan mengajak aku segera beranjak dari tempat tadi. Sepanjang
perjalanan pulang tak ada satu katapun yang keluar dari mulutku, berbeda dengan
Rial yang terus berbicara panjang lebar entah apa yang dia bicarakan saat itu,
karena pikiranku masih terpenuhi dengan kata-kata yang diucapkan pria itu.
***
“Hey nona Rial, kemaren kemana ko
pulang duluan”
“Yal, itu siapa? Yang kemaren
mana”
Semua perkataan itu masih sangat
jelas ditelinga dan pikiranku. Siapa laki-laki itu, setelah 6th aku
berhubungan dengan Rial tapi kenapa aku tidak mengenal pria itu. Apa maksud
nya? Apa mungkin Rial dibelakangku membuat sebuah kecurangan? Selingkuh????
Pikiranku terus menerka nerka sampe pada akhirnya Intan menyadarkan aku dengan
teriakannya.
‘Lo tuh ya gue ajakin nngomong
malah bengong, capedeh abangnya” gerutu Intan kesal.
Aku hanya tetap mamandang kosong
pada intan.
“Tan menurut lo Rial itu gimana?”
“Lo kenapa sih?”
“Jawab aja dulu, Rial tuh
gimana?”
“Rial cowo lo? Oke dia ganteng,
tajir, bodynya oke. Ga bego-bego amat juga, dan punya daya tarik. Walaupun
emang rese sih tapi ya kalau gue bukan teman lo bisa ada kemungkinan tuh gue
suka sama dia hahahahahha”
“Terus menurut lo, dia ada bahan
buat selingkuh ga?”
Intan menatap ku “ Ya klo menurut
gue setiap orang itu bisa aja sih selingkuh ga menutup kemungkinan toh juga
para uztad banyak yang istrinya lebih dari 1 iya ga, lo ko nanyanya kaya gitu Din,
knp? Rial selingkuh?“
Aku terdiam ejenak. kemudian
menceritakan apa yang terjadi pada intan tadi malam. Jelas dia syok tak
percaya, karena selama ini Intan tau kalau Rial itu tidak pernah melakukan
hal-hal yang membuat aku kecewa bahkan segalanya Rial lakukan untuk ku. Dan dia
memberi aku nasihat untuk bertanya pada Rial tentang masalah yang menggangu
pikiranku ini.
Kamis, 14 Maret 2013
Inspirasi Indahmu
Indah ketika penggambaran akan sebuah aspek yang kamu anggap itu angan-angan,
kiasan yang tertulis juga menjadikan mu lebih bernyawa,
bukan hanya sekedar imajinasi dalam tatapan mata yang terlihat percaya,
namun kamu membuat seni berdasarkan apa yang kamu lihat yang kamu dengarkan dan rasakan.
Keindahan dalam mata yang kau anggap itu vitamin yang memabukan,
membuat kamu terbuai hingga tak sadarkan diri,
tatapan yang tajam melukiskan bahwa keindahan yang kamu liat itu surga,
alunan sebuah musik indah pun tak dapat meyadarkan kamu ketika ilusi itu sampai di hati dan pikiran.
Sentuhan itu masih terasa dibenak sampai membuat mu enggan untuk masuk alam nyata,
senyuman yang tersungging itu menjadi awal sebuah kesemuan yang membuat mu meloncat pada imajinasi tak terkendali itu,
hingga ketika kamu mendengarnya kamu takan menghiraukan berguncang suara yang ada disisi kanan kirimu,
kamu hanya mendengar suara yang kamu anggap itu berharga ,
Inspirasi indahmu !!!
Inspirasi indahmu !!!
Selasa, 12 Maret 2013
Karena Terbiasa
kita dipertemukan oleh waktu
dan kita saling mengenal lewat waktu
kau beriku secercah harapan,
kau tegukanku kenyamanan
kau nyatakan sebuah perasaan
hingga kau sulit terkendali
kau mungkin rapuh
tapi
dibawah sadarku perasaan itu ada
muncul tiba-tiba
namun
prinsip dan hati bergemuruh
seakan pengajak untuk tak sekawan,,,
Teruntuk Tanpanama :
kita yang berdampingan namun tak berpandangan
|
Aku mengenalmu lewatin waktu dan keterbiasaan, tak terpisah jarak, tak terbayangkan dan tak semudah yang mereka pikirkan. kamu menganggapku ilusi namun aku penikmat ilusi itu, tak sejalan dengan kenyataan. kamu menyelinap ke dalam hati yang ingin aku tutup rapat ini, kamu merasuk tanpa aku sadar, kamu benar-benar buat aku terbuai. Kamu yang tak terduga mengisi relung ini dengan rapi berada di dalamnya. Kamu pengagumku yang nyata tapi aku mengagumimu lewat diam. Mungkin kita sejalan tapi kita tak saling berpandangan, diam ku punya arti, diam yg tak sekedar yang kamu lihat.
Bahkan ketika kamu putuskan untuk tak berdampingan lagi, kamu menyerah??? Yaa aku tau! Sedikit sesak. Aku hanya bisa menghela nafas. Sedih ! Kamu tau ketika prinsip dan perasaan itu tidak sejalan? Ya keduanya bergemuruh saling berebut posisi. Dan itu karena kamu. Kamu yang saat ini hanya terlihat di hati dan pikiran ini. Kamu yang terlihat namun kamu yang sulit aku raih dan bisakah kamu sedikit sabar untuk tetap berada disini disampingku seperti dulu, ya dulu ………………………
Secret admire ,
Sabtu, 09 Maret 2013
Dear kesempurnaa
Kali ini aku ingin bercerita tentang dia, yang kuberi nama "malaikat" dia kekasihmu yang sangat merindukanmu, aku sebut saja KECEWA !!! entah aku yang kecewa atau bahkan dia, entahlah ...........
Dia surga bagiku
Dia pelengkapku
Penyejuk bagi ragaku
tempat keluh kesahku
Seketika dia hempaskan aku dalam bisa yang membiru
apakah ini isi hatinya????
dia ucapkan kata yang seakan dapat menghempaskan aku
luka yang tersirat direlung nya dia taburkan juga di serat-serat hatiku
terlinang dalam kelompak mata yang sayu
penuh harap
namun sudah teriris dan seolah sulit mengering
dalam pikirannya, hatinya bahkan jiwanya
dia kecewa !!!
yaa aku tau dia kecewa
bertahan untuk pelengkapnya
menjadi malaikat
seperti selimut ketika hujan turun deras
namun menjadi angin ketika panas datang
dan seperti batu yang kokoh
dia tangguh
namun dia hanya manusia biasa dia teguk rasa pedih itu sendiri
dulu ya itu dulu .....
Rabu, 06 Maret 2013
I can see even when I close the eyes
I can not even explain it why and how,
but when I close my eyes I still see you,
in which there is a figure that I know that you,
when you're not around me as if you are on my side, in my eyes I see only you,
this like a stupid,
do not pretend there's nothing but you did no disappear from my mind..............................
Disini semua hanya ada bayangan, Disini hanya ada aku dan kehampaan
Bukan sebuah pengharapan atau hanya khayalan tapi terkadang aku hanya merasa lebih nyaman dengan dunia ini, ya ! dunia yang ku buat sendiri, dengan peran-peran yang baru yang tak nyata, namun membuat aku lebih merasa bernyawa, mungkin aku merindukan sebuah kehangantan yang nyata, tentang cinta???? tidak !!!! tidak selalu tentang cinta.
Aku sedih !
ya terkadang aku sedih ketika membuka mata, pertama yang aku rasakan adalah sakit hati, sedih. melihat bahwa dunia nyataku yang bagiku tak senyaman dunia khayalku, kenyaman dan kehangatan dulu yang ku dapat telah enyah lama sekali, bahkan aku lupa rasanya seperti apa.
Aku senang !
memang senang karena disini aku bebas memberikan rasa, rasa senang , haru, sedih, karena aku pengendali, karena aku telah terbulai dengan ini semua,
Dan mungkin juga aku terjebak didalamnya, disana yang hanya bayangan dan hanya ada aku sendiri yang merasa sepi, sepi tanpa menghuni !!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)