Handphone ku terus saja berdering
itu panggilan dari Rial namun tak juga aku jawab, jujur saat itu aku tidak bisa
berpikir jernih, selama 6th ini Rial terlihat sempurna dimataku
tanpa sedikit cacatpun dan sekarang aku mendapati sebuah pertanda bahwa dial
tak sesetia yang aku pikir. Dan ketika
dia berusaha menemui aku, aku enggan untuk bertemu dengannya. Ini seperti bukan
aku. Tapi feelingku mengatakan ada sesuatu yang dia sembunyikan padaku.
***
Malam itu aku memutuskan untuk
pergi ke rumah intan, karena Lisi sedang tidak ada dirumah dalam keadaan
pikiran kacau seperti ini menyendiri bukan jalan yang baik. Aku mencoba
menghubungi intan terlebih dahulu memastikan bahwa dia ada dirumah namun dia
tidak menjawab panngilanku, bahkan bbm yang sedari tadipun belum dia baca,
mungkin dia sedang tertidur karena dia memang seperti itu. Aku pun mulai
menyusuri setiap jalan sendiri menuju kediaman sabahatku itu. Setibanya didepan
rumah dia, pintu rumah nya tiba-tiba terbuka dan keluarlah intan dengan sosok
seorang laki-laki yang sangat akrab aku kenal. Mereka keluar melewati pintu
rumah itu sembari tertawa dan tidak sadar akan keberadaaku. RIAL ! ya laki-laki
itu Rial. Aku menatap mereka tajam diam
tak percaya. Secara tiba-tiba hatiku seperti dihantam batu besar, lemas, sesak.
Ya itu yang aku rasakan. Melihat Rial kekasihku yang keluar dari rumah
sahabatku dengan tertawa riang padahal dia tau keadaan aku sedang seperti apa.
Aku terus menatap mereka dengan tidak percaya. Sampai pada akhirnya mereka sadar
akan keberadaanku disana. Intan kemudian mendekat, aku tau dia terkejut.
“Dinda, sejak kapan lo disini?”
Emosiku pun meledak.
Aku dengan seketika menampar
intan, Rial pun mendekat tidak percaya.
Aku kehilangan kendali, aku
marah, aku kecewa, aku sakit hati Rial
dengan Intan sahabatku. Apa yang Rial lakukan disini malam-malam begini?
Tertawa bersama intan? Ini alasan intan tidak membalas pesan singkatku dan
tidak menerima panggilanku???? Kenapa harus Rial dan Intan??????? Ada apa
dengan ini semua??? Kenapa mereka harus terlihat berada berdua dalam kedaan
yang sepeti ini????? Semua pertanyaan berkecamuk menjadi satu, aku marah dengan
menangis tersedu-sedu. Aku pun melihat intan dengan tangisnya, tapi apa dia tau
sesakit apa aku sekarang. Dan Rial, dia yang hanya menatapku. Tapi kenapa harus intan????
***
Pagi ini dikampus tanpa ada yang
bertanya padaku dimana intan, karena seperti yang mereka tau dimana ada intan
disitu ada dinda. Tapi pagi ini dikelas hanya ada aku tanpa intan. Sepanjang
perkuliahan aku hanya melalun masih tidak percaya dengan kejadian-kejadian yang
aku alami beberapa hari ini. Dan saat itu aku berpikir seandaikan malam itu aku
dan Rial tidak datang ketempat itu, seandainya aku tidak bertemu dengan orang
itu seandainya aku tidak datang kerumah intan seandainya seandainyaaa aaahhhhh
pikiranku makin kacau, lamunan kacauku pun terhenti oleh suara Ari yang
memberikan buku yang waktu itu aku titip. Lalu kemudia dia pergi. Aku menatap
Ari dari belakang.
Tiba-tiba aku mendapati di handphone
ku sebuah pesan dari Rial
Rial : aku mau kita ketemu sore
ini, aku jelasin semuanya. Kamu ga bisa terus-terusan ngindar kaya gini. Kita
ketemu di bukit itu jam5.
Aku hanya bisa menghela napas.
Kemudia handphone ku pun
menunjukan signal keberadaan 1 pesan lagi
Intan : apa yang kamu lihat belum
tentu yang sebenarnya !!!!
***
Dalam perasaan ragu aku menunggu Rial di tempat
yang dia janjikan. Disini semua akan ditunjukan kebenarannya, kenyataan bahwa
Rial telah curang, dan Intan telah betul-betul membuat aku kecewa. Bagiku ini
adalah penghianatan besar-besaran. Kekasih dan sahabatku membuat lingkaran
dalam lingkaranku sendiri. Jujur aku sulit menerima ini semua. Aku belum siap.
Aku menghela napas panjang sebagai kode bahwa aku harus kuat aku bisa.
Terlihat dari kejauhan Rial
sedikit menghampiriku, ya saat melihat dia hati ini
juga berdebar dengan kecangnya namun berbeda dengan ketika saat kita pertama
memutuskan untuk menjalani sebuah hubungan. Berdebarnya jantung ini sakit
sekali. Dia menghampiriku dengan tersenyum. Dan aku hanya terus menatap dia.
Aku menatap dia dengan mata yang terlihat sangat kecewa, ini pertama kalinya
Rial membuat aku menangis. Kemudiaanf langkah Rial yang menghampiri aku diikuti
seorang wanita yang aku sangat kenal, iya kenal sekali.
“Adinda” sahut Rial
Aku tetap diam
“Jika ada seseorang yang harus
kamu caci maki, itu adalah aku, jika ada sesorang yang harus kamu tampar itu
aku, jika ada seseorang yang melukai hati kamu itu juga aku dan jika ada
seseorang yang harus kamu benci itu adalah aku. Aku minta maaf, aku curang”
Sedikit demi sedikit air mataku
pun turun juga padahal aku sudah berusaha susah payah untuk menahannya. Bukan ini
yang ingin aku dengar, bukan mengakuan ini. Aku ingin kamu bilang tidak , ini
salah paham Dinda. Aku ingin kamu ucapkan itu. Aku diam tak bertanya, aku takut
kamu menjelaskan karena aku takut itu benar. Aku takut kamu yang bagiku
sempurna malah menjadi orang yang benar-benar membuat aku kecewa dan menjadi
orang yang aku benci. Aku takut kehilangan kamu Rial . aku mencintai kamu, tapi
kenapa harus begini, dan kenapa kamu menggenggam tangan wanita yang ada
disampingmu itu . Ucapku dalam hati sambil terus menatap Rial dengan air mata
yang ikut mengalir. Ini lebih sesak, ini lebih sulit dipercaya, aku betul-betul
ingin menjerit sekuatnya mengeluarkan rasa sakit ini. Apakah harus sesakit
ini?? Kenapa kenapa harus begini??? Ada apa ini????
“Adinda, bukan intan. Tapi Lisi .
wanita itu Lisi”
Ini pernyataan yang betul-betul
tidak aku bayangkan sebelumnya. Wanita itu Lisi. Lisi sepupuku yang sudah
seperti adik kandungku. Lisi yang tinggal bersama ku. Seperti tiba-tiba tersambar
petir aku dapatin seorang wanita disamping Rial digenggam erat dan itu Lisi.
Bukan intan. Lisi orang yang tidak aku duga sama sekali .
***
Hembusan angin itu membawaku
kembali kealam sadarku. Masih ku genggam kebaya itu. Masih tetap menatap langit. Tiba-tiba suara
pintu kamarku terbuka, itu Intan yang pernah menjadi sasaran salahku yang
sedang dipenuhi emosi dulu.
“ Selamat yaaaaaa” tutur Intan sambil
memelukku
“Terimakasih ibu Intan Putri
Pribowo”
“Kebayanya bagus, pasti lo
keliatan cantik deh besok”
Kebaya itu akan aku kenakan
besok. Dihari pernikahan tapi bukan pernikahanku melaikan pernikahan sepupuku
Lisi dengan dia cinta pertama dan pacar pertamaku Rial. 3 tahun sudah sejak kejadian itu mereka
memutuskan untuk menikah. Siapa yang sangka secepat itu. Bahkan aku melupaka
itu semua tidak mudah. Tapi aku yakin ini yang terbaik untuk kita semua.
Lalu bagaimana dengan aku???
Dinda dinda dinda dinda dinda
Terkadang aku membisu dalam
setiap cakap yang keluar dari bibir mungilmu
Aliran darahku bergejolak ketika
aku menatap lekat senyumanmu
Bahkan terkadang ada cemburu yang
membara ketika melihat kamu dengan dia
Kau inpirasi bagiku
Namun
Aku hanya pengagum dekatmu yang
terlihat jauh….
Itu adalah sebait puisi yang aku
temukan dalam buku yang pernah aku titipkan pada Ari. Ya ! saat ini aku sedang
menjalin hubungan yang cukup serius dengan Ari. Seseorang yang dianggap kaku
bahkan bisa menjadi seseorang yang mengagumiku teramat sangat. Ternyata Ari
berbeda dari yang selama ini orang kenal, dia adalah pribadi yang sangat
menyenangkan. Maka, mungkin dari ini lah aku harus belajar untuk lebih mengenal
karakter seseorang. Alasan Rial curang padaku dulu juga katanya aku yang tidak
bisa memberi waktu luang lebih banyak, karena aku lebih focus mengejar targert belajarku,
sedangkan Lisi dan Rial ternyata memiliki beberapa kesamaan mungkin dari sana
mereka merasa saling nyaman dan bisa saling mengisi satu sama lain. Seperti saat
ini aku dengan Ari yang sama-sama sedang mengejar target kita. Ari saat ini
sedang melanjutkan S2 nya di Jerman dia dapat beasiswa. Dan dari kabar yang
baru aku dengar dia akan Slangsung ditarik oleh sebuah perusahaan terkemuka
disana. 1 bulan dari pernikahan Lisi dan Rial besok aku dan Ari akan
melangsungkan pertunangan terlebih dahulu. Dan disini aku belajar untuk lebih
peka terhadap orang-orang disekitarku. Hidup siapa yang tau.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar