Kamis, 21 Maret 2013

Dinda (Part1)


Sore ini hujan turun dengan derasnya, aku duduk termenung didepan jendala kamarku menatap kosong kearah luar yang sesekali aku lihat kebaya warna gold dengan payet payet indahnya yang aku genggam. Perasaan bahagia dan sedih berkecamuk menjadi satu. Suara gemercik hujan membawa aku kembali pada masa itu, masa dimana aku harus mempertanyakan sebuah kejujuran.
Siang itu diperpustakaan kampus aku sedang berdiskusi dengan seorang sebut saja dia Ari mahasiswa yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya. Dia adalah mahasiswa cerdas di jurusan kami saat itu, beruntung nya aku bisa satu kelas dan sering-sering berdiskusi dengan dia. Padahal bisa dibilang kami tidak terlalu dekat, ketika berdiskusipun tidak ada topik lain yang kami bahas selain tentang mata kuliah, walaupun sesekali kami juga membahas beberapa movie yang ceritanya bias dikatakan bagus. Pria berkacamata dengan penampilan sederhana ini pun terkenal tidak banyak bicara bahkan cenderung kaku. Maka dari itu sahabatku Intan paling malas ikut serta dengan kami untuk memebahas beberapa pelajaran yang aku rasa tidak begitu aku mengerti. Intan lebih memilih untuk makan dikantin . Sabahatku yang satu itu memang sedikit pemalas tapi dia cukup membuat beberapa pria  terpesona. Kami bersahabat sejak duduk dikelas 6 SD saat itu dia murid pindahan. Dari sana hingga sekarang pun kami masih tetap satu sekolah dan satu Universitas. Bisa dibilang dimana ada Intan disitu ada Dinda tapi tidak ketika aku sedang membahas pelajaran. Intan itu memiliki daya tarik yang cukup kuat menurutku, bagaimana tidak dari pertama aku kenal intan sampe sekarang aku sudah tidak bisa menghitung lagi berapa banyak laki-laki yang pernah menjadi pendampingnya. Oke bisa dibilang dia itu playgirl. Beda dengan aku yang telah menjalin sebuah hubungan selama kurang lebih 6th dengan Rial teman sekelas ku waktu mulai masuk ke SMA. Walaupun sekarang aku tidak satu Universitas lagi dengan dia, tapi hubungan kami berjalan cukup baik. Tidak banyak pertengkaran yang terjadi. Bahkan Rial itu tipe seorang laki-laki yang penyabar dan tidak banyak menuntut dan dia adalah cinta pertama dan pacar pertamaku. Itu lah sebabnya aku sangat mencintainya, dimataku tidak ada seorang laki-laki yang sempurna dalam hidupku selain Rial  terkecuali Papah.
“Nah jadi ketika sebuah perusahaan memiliki manajemen sumber daya manusia yang buruk maka perusaan itu harus siap ketika produk yang mereka produksi pun tidak sesuai harapan” jelas Ari padaku, yang hanya mangguk-mangguk tanda mengerti.
Terdengar suara dering handphone ku, yang tertera dilayar adalah LOVE ,
“Hallo yang “
“Kamu udah selesai kuliah yang ? Aku di depan kampus kamu nih. Pulang yuk “
“Ya udah kamu tunggu sebentar ya” telpon pun diakhiri.
Sudat mataku sedikit melihat ari yang tengan memuliskan sesuatu disecarik  dikertas putih.
“Ari, besok dilanjutin lagi ya belajarnya, aku udah dijemput nih, maaf ya jadi sering ngerepotin kamu”
“Iya gapapa din, duluan aja masih ada yang mau aku cari diisini ”
Setelah merapikan buku-buku dan alat tulis,  aku langsung berpamitan pada Ari dan meluncur kedepan kampus menemui pangeran semata wayangku itu. Ternyata disana sudah ada Intan yang terlihat berbincang dengan Rial seperti biasa obrolan yang selalu mereka bahas adalah lempar umpatan pada satu sama lain. Aku bahkan lebih melihat mereka seperti tom and jery.
“Dinda, lo nemuin makhluk ini dimana sih, harusnya ya lo tuh musiumin dia bukan lo jadiin pacar” sahut intan mencari pembela.
“Alah, kalian tuh sama aja berisik tauuu” jawab ku santai. Sedangkan rial hanya tertawa cekikikan melihat tingkah laku sahabatku itu.

                                                                                                ***

Malam ini adalah malam peringatan aku dan Rial yang ke 6th. Yaa hari ini genap hubungan kami menginjak tahun ke6. Aku pun mulai bersolek dengan bahagia. Rencananya kami akan makan malam bersama entah dimana itu tapi yang pasti rial selalu memberika kejutan—kejutan istimewa yang tak terduga untukku.
“Lisiiiiiiiiiiiii” teriakku memanggil sepupuku yang tinggal serumah bersamaku, usia doa 2 th dibawah aku. Kami kuliah di universiyas yang sama tapi berbeda jurusan, dia sudah tinggal bersama dengan aku mamah dan papah sejak dia masih duduk di kelas 12 SMA. Karena orang tua dia yang dipindah tugaskan ke Dubai maka dia lebih memilih tinggal bersama aku disini. Dia adalah tempat ceritaku setelah Intan, terlalu banyak kesamaaan antara aku dengan lisi, bahkan mimic wajah kami itu mirip, meskipun postur tubuh lisi lebih kecil dari aku.
‘Iyaa, iyaa kaaaa”
“Gimana? Aku udah cantik belum? Haduhh nervous nih. Kira-kira Rial bakal ngasih aku kejutan apa lagi ya??”
“Ngajakin tunangan kali ya kaa”
“Tunangan? Mana mungkin, kuliah aja kita belum selesai”
“Yaelah kaa, apanya yang ga mungkin, nunggu apa lagi coba?”
“Iya sih ya? Tapi masa sih”
Dengan senyum-senyum bahagia aku sudah membayangkan bagaimana kalau apa yang Lisi katakan itu benar, lengkap sudah kebahagiaan ini. Tidak lama kemudian Rial datang menjemputku, kami pun segera meluncur ke tempat yang kami tuju. Ternyata dia membawaku ke tempat dimana pertama kali dia dan aku meresmikan hubungan kami, sudah lama rasanya tidak datang ke tempat ini. Sebuah tempat yang berada diketinggian yang dimana disini bisa melihat sinar lampu-lampu kota dan juga jajanan tradisional dengan music akustik dari alat-alat bekas  yang aku rasa ini cukup romantic, aku hanya tersenyum tersipu dengan bahagia. Satu kata yang aku rasakan pada malam itu bahagia.6th sudah aku melewati berbagai macam hal dengan Rial, tawa canda sedih kecewa haru bahagia, rasa toleransi, perhatian pengertian,kepercayaan dan kejujuran. Aku pun duduk disalah satu bangku yang disediakan memang, bukan dengan makan malam yang mewah ditempat mewah tapi ini lebih dari sekedar menyenangkan. Aku dan Rial sangat menikmati malam itu memandang hiruk pikuk kota dengan hanya segelas jeruk hangat dan mie tektek favoritku, untungnya aku tidak berpakaian yang berlebihan. “ feeling feeling feelingku kuat “ sahutku dalam hati.
“Sederhana tapi berarti” ucapku pada Rial
”Makasih ya buat semuanya selama ini, terimakasih dinda kamu telah memberi hari-hari ku tidak membosankan dengan adanya kamu”
Aku hanya menatap Rial dalam dengan senyuman khasku.
Jarum jam sudah menunjukan pukul 22.15 WIB aku dan rial pun segera beranjak dari tempat itu, Rial mendekati seorang bapa untuk membayar apa yang tadi kami makan, dan aku mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punggungku
“hey nona rial, kemaren kemana ko pulang duluan”
Aku menatap tajam pria itu, pria yang tidak aku kenal. Aku hanya diam tak menjawab mungkin dia salah orang pikirku,
“Eh, gue salah orang ya?? maaf ya”
Aku hanya tersenyum simpul. Kemudia dia mendekati Rial yang saat itu masih tidak sadar dengan keberadaan pria yang menyebutkan salah orang padaku tadi.
“Yal, itu siapa? Yang kemaren mana?” bisiknya yang tidak sengaja aku denngar karena aku cepat-cepat mendekat.
Rial hanya menepiskan pria itu.
“eh bro udah lama ya kita ga ketemu” sahut rizal pada pria itu. Dan tiba-tiba si pria itupun membalas ucapan rizal seolah mengiyakan. Aku melihat wajah rizal yang tiba-tiba sedikit diam.
Dia pun segera berpamitan dengan orang itu dan mengajak aku segera beranjak dari tempat tadi. Sepanjang perjalanan pulang tak ada satu katapun yang keluar dari mulutku, berbeda dengan Rial yang terus berbicara panjang lebar entah apa yang dia bicarakan saat itu, karena pikiranku masih terpenuhi dengan kata-kata yang diucapkan pria itu.
                                                                                                ***
“Hey nona Rial, kemaren kemana ko pulang duluan”
“Yal, itu siapa? Yang kemaren mana”
Semua perkataan itu masih sangat jelas ditelinga dan pikiranku. Siapa laki-laki itu, setelah 6th aku berhubungan dengan Rial tapi kenapa aku tidak mengenal pria itu. Apa maksud nya? Apa mungkin Rial dibelakangku membuat sebuah kecurangan? Selingkuh???? Pikiranku terus menerka nerka sampe pada akhirnya Intan menyadarkan aku dengan teriakannya.
‘Lo tuh ya gue ajakin nngomong malah bengong, capedeh abangnya” gerutu Intan kesal.
Aku hanya tetap mamandang kosong pada intan.
“Tan menurut lo Rial itu gimana?”
“Lo kenapa sih?”
“Jawab aja dulu, Rial tuh gimana?”
“Rial cowo lo? Oke dia ganteng, tajir, bodynya oke. Ga bego-bego amat juga, dan punya daya tarik. Walaupun emang rese sih tapi ya kalau gue bukan teman lo bisa ada kemungkinan tuh gue suka sama dia hahahahahha”
“Terus menurut lo, dia ada bahan buat selingkuh ga?”
Intan menatap ku “ Ya klo menurut gue setiap orang itu bisa aja sih selingkuh ga menutup kemungkinan toh juga para uztad banyak yang istrinya lebih dari 1 iya ga, lo ko nanyanya kaya gitu Din, knp? Rial selingkuh?“
Aku terdiam ejenak. kemudian menceritakan apa yang terjadi pada intan tadi malam. Jelas dia syok tak percaya, karena selama ini Intan tau kalau Rial itu tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat aku kecewa bahkan segalanya Rial lakukan untuk ku. Dan dia memberi aku nasihat untuk bertanya pada Rial tentang masalah yang menggangu pikiranku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar