Sore ini hujan turun dengan derasnya,
aku duduk termenung didepan jendala kamarku menatap kosong kearah luar yang
sesekali aku lihat kebaya warna gold dengan payet payet indahnya yang aku
genggam. Perasaan bahagia dan sedih berkecamuk menjadi satu. Suara gemercik
hujan membawa aku kembali pada masa itu, masa dimana aku harus mempertanyakan
sebuah kejujuran.
Siang itu diperpustakaan kampus
aku sedang berdiskusi dengan seorang sebut saja dia Ari mahasiswa yang tak perlu
diragukan lagi kemampuannya. Dia adalah mahasiswa cerdas di jurusan kami saat
itu, beruntung nya aku bisa satu kelas dan sering-sering berdiskusi dengan dia.
Padahal bisa dibilang kami tidak terlalu dekat, ketika berdiskusipun tidak ada topik
lain yang kami bahas selain tentang mata kuliah, walaupun sesekali kami juga
membahas beberapa movie yang ceritanya bias dikatakan bagus. Pria berkacamata
dengan penampilan sederhana ini pun terkenal tidak banyak bicara bahkan
cenderung kaku. Maka dari itu sahabatku Intan paling malas ikut serta dengan
kami untuk memebahas beberapa pelajaran yang aku rasa tidak begitu aku
mengerti. Intan lebih memilih untuk makan dikantin . Sabahatku yang satu itu
memang sedikit pemalas tapi dia cukup membuat beberapa pria terpesona. Kami bersahabat sejak duduk dikelas
6 SD saat itu dia murid pindahan. Dari sana hingga sekarang pun kami masih
tetap satu sekolah dan satu Universitas. Bisa dibilang dimana ada Intan disitu
ada Dinda tapi tidak ketika aku sedang membahas pelajaran. Intan itu memiliki
daya tarik yang cukup kuat menurutku, bagaimana tidak dari pertama aku kenal
intan sampe sekarang aku sudah tidak bisa menghitung lagi berapa banyak
laki-laki yang pernah menjadi pendampingnya. Oke bisa dibilang dia itu
playgirl. Beda dengan aku yang telah menjalin sebuah hubungan selama kurang
lebih 6th dengan Rial teman sekelas ku waktu mulai masuk ke SMA.
Walaupun sekarang aku tidak satu Universitas lagi dengan dia, tapi hubungan
kami berjalan cukup baik. Tidak banyak pertengkaran yang terjadi. Bahkan Rial
itu tipe seorang laki-laki yang penyabar dan tidak banyak menuntut dan dia
adalah cinta pertama dan pacar pertamaku. Itu lah sebabnya aku sangat
mencintainya, dimataku tidak ada seorang laki-laki yang sempurna dalam hidupku
selain Rial terkecuali Papah.
“Nah jadi ketika sebuah
perusahaan memiliki manajemen sumber daya manusia yang buruk maka perusaan itu
harus siap ketika produk yang mereka produksi pun tidak sesuai harapan” jelas
Ari padaku, yang hanya mangguk-mangguk tanda mengerti.
Terdengar suara dering handphone
ku, yang tertera dilayar adalah LOVE ,
“Hallo yang “
“Kamu udah selesai kuliah yang ?
Aku di depan kampus kamu nih. Pulang yuk “
“Ya udah kamu tunggu sebentar ya”
telpon pun diakhiri.
Sudat mataku sedikit melihat ari
yang tengan memuliskan sesuatu disecarik dikertas putih.
“Ari, besok dilanjutin lagi ya
belajarnya, aku udah dijemput nih, maaf ya jadi sering ngerepotin kamu”
“Iya gapapa din, duluan aja masih
ada yang mau aku cari diisini ”
Setelah merapikan buku-buku dan alat
tulis, aku langsung berpamitan pada Ari dan
meluncur kedepan kampus menemui pangeran semata wayangku itu. Ternyata disana
sudah ada Intan yang terlihat berbincang dengan Rial seperti biasa obrolan yang
selalu mereka bahas adalah lempar umpatan pada satu sama lain. Aku bahkan lebih
melihat mereka seperti tom and jery.
“Dinda, lo nemuin makhluk ini
dimana sih, harusnya ya lo tuh musiumin dia bukan lo jadiin pacar” sahut intan
mencari pembela.
“Alah, kalian tuh sama aja
berisik tauuu” jawab ku santai. Sedangkan rial hanya tertawa cekikikan melihat
tingkah laku sahabatku itu.
***
Malam ini adalah malam peringatan
aku dan Rial yang ke 6th. Yaa hari ini genap hubungan kami menginjak
tahun ke6. Aku pun mulai bersolek dengan bahagia. Rencananya kami akan makan malam
bersama entah dimana itu tapi yang pasti rial selalu memberika kejutan—kejutan
istimewa yang tak terduga untukku.
“Lisiiiiiiiiiiiii” teriakku
memanggil sepupuku yang tinggal serumah bersamaku, usia doa 2 th dibawah aku.
Kami kuliah di universiyas yang sama tapi berbeda jurusan, dia sudah tinggal
bersama dengan aku mamah dan papah sejak dia masih duduk di kelas 12 SMA.
Karena orang tua dia yang dipindah tugaskan ke Dubai maka dia lebih memilih
tinggal bersama aku disini. Dia adalah tempat ceritaku setelah Intan, terlalu
banyak kesamaaan antara aku dengan lisi, bahkan mimic wajah kami itu mirip,
meskipun postur tubuh lisi lebih kecil dari aku.
‘Iyaa, iyaa kaaaa”
“Gimana? Aku udah cantik belum?
Haduhh nervous nih. Kira-kira Rial bakal ngasih aku kejutan apa lagi ya??”
“Ngajakin tunangan kali ya kaa”
“Tunangan? Mana mungkin, kuliah
aja kita belum selesai”
“Yaelah kaa, apanya yang ga
mungkin, nunggu apa lagi coba?”
“Iya sih ya? Tapi masa sih”
Dengan senyum-senyum bahagia aku
sudah membayangkan bagaimana kalau apa yang Lisi katakan itu benar, lengkap
sudah kebahagiaan ini. Tidak lama kemudian Rial datang menjemputku, kami pun
segera meluncur ke tempat yang kami tuju. Ternyata dia membawaku ke tempat
dimana pertama kali dia dan aku meresmikan hubungan kami, sudah lama rasanya
tidak datang ke tempat ini. Sebuah tempat yang berada diketinggian yang dimana
disini bisa melihat sinar lampu-lampu kota dan juga jajanan tradisional dengan
music akustik dari alat-alat bekas yang
aku rasa ini cukup romantic, aku hanya tersenyum tersipu dengan bahagia. Satu
kata yang aku rasakan pada malam itu bahagia.6th sudah aku melewati
berbagai macam hal dengan Rial, tawa canda sedih kecewa haru bahagia, rasa
toleransi, perhatian pengertian,kepercayaan dan kejujuran. Aku pun duduk
disalah satu bangku yang disediakan memang, bukan dengan makan malam yang mewah
ditempat mewah tapi ini lebih dari sekedar menyenangkan. Aku dan Rial sangat
menikmati malam itu memandang hiruk pikuk kota dengan hanya segelas jeruk
hangat dan mie tektek favoritku, untungnya aku tidak berpakaian yang
berlebihan. “ feeling feeling feelingku kuat “ sahutku dalam hati.
“Sederhana tapi berarti” ucapku pada
Rial
”Makasih ya buat semuanya selama
ini, terimakasih dinda kamu telah memberi hari-hari ku tidak membosankan dengan
adanya kamu”
Aku hanya menatap Rial dalam
dengan senyuman khasku.
Jarum jam sudah menunjukan pukul
22.15 WIB aku dan rial pun segera beranjak dari tempat itu, Rial mendekati seorang
bapa untuk membayar apa yang tadi kami makan, dan aku mengikutinya dari
belakang. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punggungku
“hey nona rial, kemaren kemana ko
pulang duluan”
Aku menatap tajam pria itu, pria
yang tidak aku kenal. Aku hanya diam tak menjawab mungkin dia salah orang
pikirku,
“Eh, gue salah orang ya?? maaf
ya”
Aku hanya tersenyum simpul.
Kemudia dia mendekati Rial yang saat itu masih tidak sadar dengan keberadaan
pria yang menyebutkan salah orang padaku tadi.
“Yal, itu siapa? Yang kemaren
mana?” bisiknya yang tidak sengaja aku denngar karena aku cepat-cepat mendekat.
Rial hanya menepiskan pria itu.
“eh bro udah lama ya kita ga
ketemu” sahut rizal pada pria itu. Dan tiba-tiba si pria itupun membalas ucapan
rizal seolah mengiyakan. Aku melihat wajah rizal yang tiba-tiba sedikit diam.
Dia pun segera berpamitan dengan
orang itu dan mengajak aku segera beranjak dari tempat tadi. Sepanjang
perjalanan pulang tak ada satu katapun yang keluar dari mulutku, berbeda dengan
Rial yang terus berbicara panjang lebar entah apa yang dia bicarakan saat itu,
karena pikiranku masih terpenuhi dengan kata-kata yang diucapkan pria itu.
***
“Hey nona Rial, kemaren kemana ko
pulang duluan”
“Yal, itu siapa? Yang kemaren
mana”
Semua perkataan itu masih sangat
jelas ditelinga dan pikiranku. Siapa laki-laki itu, setelah 6th aku
berhubungan dengan Rial tapi kenapa aku tidak mengenal pria itu. Apa maksud
nya? Apa mungkin Rial dibelakangku membuat sebuah kecurangan? Selingkuh????
Pikiranku terus menerka nerka sampe pada akhirnya Intan menyadarkan aku dengan
teriakannya.
‘Lo tuh ya gue ajakin nngomong
malah bengong, capedeh abangnya” gerutu Intan kesal.
Aku hanya tetap mamandang kosong
pada intan.
“Tan menurut lo Rial itu gimana?”
“Lo kenapa sih?”
“Jawab aja dulu, Rial tuh
gimana?”
“Rial cowo lo? Oke dia ganteng,
tajir, bodynya oke. Ga bego-bego amat juga, dan punya daya tarik. Walaupun
emang rese sih tapi ya kalau gue bukan teman lo bisa ada kemungkinan tuh gue
suka sama dia hahahahahha”
“Terus menurut lo, dia ada bahan
buat selingkuh ga?”
Intan menatap ku “ Ya klo menurut
gue setiap orang itu bisa aja sih selingkuh ga menutup kemungkinan toh juga
para uztad banyak yang istrinya lebih dari 1 iya ga, lo ko nanyanya kaya gitu Din,
knp? Rial selingkuh?“
Aku terdiam ejenak. kemudian
menceritakan apa yang terjadi pada intan tadi malam. Jelas dia syok tak
percaya, karena selama ini Intan tau kalau Rial itu tidak pernah melakukan
hal-hal yang membuat aku kecewa bahkan segalanya Rial lakukan untuk ku. Dan dia
memberi aku nasihat untuk bertanya pada Rial tentang masalah yang menggangu
pikiranku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar