Minggu, 24 Maret 2013

Sayap-Sayap Patah (part1)


 Malam ini tidak berbeda dengan malam-malam yang lainnya, tetap sunyi dan sepi. di sebuah ruang tidur  yang ditempeli poster-poster kartun favorit, disatu sudut yang merupakan sisi nyaman, aku duduk sendiri tanpa bergeming berkutat dengan PR. Mengeluh pada setiap soal yang guru berikan dan yang aku anggap sulit. Hanya ada aku, kakaku didalam kamarnya dan ayah yang tertidur diruang keluarga saat ini dirumah. Suara dengkuran ayah  membuat aku tertawa menggelitik. “bagaimana bisa ibu tidur ketika ayah mengeluarkan suara sekeras ini”sahutku .
“Rizky, Firly, Ridho, Falan” suara lembut penuh kasih saying itu terdengar jelas dari ruang keluarga. Ayah memanggil nama anak-anaknya. Aku pun segera menghampiri ayah. Perlahan aku berjalan mendekati ayah .
“iyaa yah , kenapa” tukas ku.
Aku diam tidak bicara, heran melihat ayah masih dengan mata tertutup,menatap dalam-dalam.  Namun dia terus berbicara entah apa yang ia katakan karena intonasinya yang kurang begitu jelas. Aku sedikit terkejut perasaan takut dan ingin tertawa. Dia ternyata mengigau memanggil nama anak nya satu persatu dengan urutan yang tepat. Rizky kaka laki-lakiku sebagai anak pertama yang saat itu baru duduk dikelas 1 SMA. Firly namaku sendiri siswa kelas 4 SD. Ridho adik laki-lakiku yang pertama yang baru saja masuk kelas 1 SD, dan Falan sibungsu laki-laki yang usianya masih 3th. Dirumah itu memang hanya ada 2 wanita, aku dan ibuku.
“yahhh bangun, kenapa ko ngigonya manggil-manggil nama anak ayah”  sembari menggoyangkan tubuh ayah agar terbangun.  Dengan nada yang parau ayah terbangun.
“hhmmmm , siapa yang ngigo ka?”
“ayah tidurnya berisik, udah ngorok ngigo juga. Aku ga mau deh kalau tidur ditemeni ayah”
“iyaa maaf, ayah kecoplosan” sahutnya dengan penuh kasih sayang.
                                                                                                ***
Selesai main dengan teman-teman aku segera pulang kerumah, ternyata diluar rumah terlihat banyak orang. Ya aku tau itu kakaku dan beberapa sodara yang baru saja pulang dari sebuah tempat pariwisata.
“assalamualaikummmmm………….”  Teriakku memberikan salam pada orang-orang yang banyak itu.
“waalaikumsalam”
Dengan polos aku berlari dank u teguk segelas air dingin yang ada dihadapan kakaku untuk membasahi tenggorokanku yang kering sendari tadi sambil melihat satu persatu orang yang ada dihadapan ku, disana ada kaka dari ayahku dan istrinya, adik ibuku, dan beberapa sodara lainnya. Aku melihat beberapa expresi wajah yang tak wajar dengan obrolan yang kurang begitu aku mengerti . Mereka terlihat tak begitu bahagia, sedangkan yang aku tau mereka baru saja kembali dari bersenang-senang. Raut wajah itu tidak bisa mereka sembunyikan, di usia yang masih sekecil aku pun tau bahwa mereka sedang dalam perasaan yang sedih. Sekilas aku melihat ibu yang terlihat duduk sendu dan ayah disampingnya. Entah apa yang terjadi , aku tanpa berani bertanya hanya diam menunngu jawaban yang mungkin saja akan aku dapatkan.
“ka, mandi dulu sana. Udah sore ntar sakit lagi kalau mandi terlalu sore, udah dibikinin air panas tuh.” minta tanteku yang memang tau aku ini sakit-sakitan. aku pun menggangguk mengiyakan. Sambil berjalan masuk kedalam rumah terdengar suara ayah meyakinkan semua orang yang ada disana.
“tenang . ayah pasti sembuh. Jangan banyak yang dikhawatirkan doain aja”
Aku diam mendengar pernyataan yang baru saja ayah berikan. Ternyata ayah sakit, tapi sakit apa? Memang benar beberapa hari ini ayah terlihat tidak begitu sehat lebih sering tertidur tanpa pergi kerja, tetapi seserius itukah hingga ayah meyakinkan semua orang, dan membuat mereka begitu khawatir?
                                                                                                ***
Kanker hati atau sering dikenal dengan Liver. Itu yang aku dengar.  Ayah divonis mengidap kanker hati. Tanpa sedikitpun ia memperlihatkan kesedihan itu, dia selalu terlihat menyenangkan dan kuat. Dia bahkan tidak membuat orang-orang disekitarnya kerepotan, dia tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit. Padahal pada aku mendengar liver itu sulit disembuhkan. Ayah engkau memang mengagumkan. Tanpa perlu dirawat inap, ayah menjalani hari-harinya dengan berbagai kegiatan, tidak seperti orang sakit kebanyakan dia sama sekali tidak terlihat sakit, aku bahkan melihat dia seperti super hiro.                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar