"jangan dulu matiin lampunya !"
"kenapa? ini udah lewat tengah malem, kamu masih aja belum tidur, aku udah mulai ngantuk nih"
"aku masih nunggu, kayanya ia juga belum tidur, kamu tidur duluan aja"
"aaaaahh asas praduga!!! siapa tau ia udah terbang ke negeri mimpi, lagi pula dari mana kamu tau kalau ia belum tidur"
"feeling !"
"sejak kapan kamu mulai main-main sama feeling, bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau feeling kamu itu dibawah rata-rata"
"aaahhh biarin yang jelas aku tetep mau nunggu ia sampai ia tidur"
"aneh ! kenapa ga coba kamu sms atau bbm ia aja sih"
"itu karena kita udah ga kaya dulu lagi. kamu juga lebih tau itu kan?"
"yaaah, sekedar membuktikan penasaran sama feeling kamu aja, tiap malem bela-belain begadang cuman buat nunggu orang yang belum tentu juga nunggu kamu, berharap dia ngasih kabar tanpa ada sebab. Kamu ga cape?"
"ya nikmatin aja, kamu juga ga cape berantem tiap malem sama pacar kamu?"
"hahahahha iyaa nikmatin aja juga"
Percakapan seperti ini sering kali terjadi pada pukul 12 malam lewat di dalam sebuah kamar kost yang sempit antara aku dan sahabatku. Dia dengan pacarnya memang sering kali terlibat sebuah konspirasi huru hara yang ga pernah ketemu titik akhirnya, sedangkan aku sendiri malah menjadi seorang pengharap yang tingkat harapannya mencapai titik puncak selama hampir 1th. Berharap pada seseorang yang sebelumnya pernah aku abaikan. Mungkin ini lah kuasa Tuhan akan sebuah keadilan. Hanya sekedar berharap setiap malam ia kirim sms atau bbm ga penting itu rasanya udah kaya terbang sejauh-jauhnya. Membolak-balikan halaman twiiternya atau sosial media yang lain itu udah kaya rutinitas yang ga boleh kelewat setiap harinya. Sebelum tidur dan ketika bangun. Atau mendadak bikin personal message di bbm tengah malem karena liat ia recent semata-mata itu buat mancing ia agar bbm. Dan ga tau kenapa feeling yang buruk ini bilang ia masih sama seperti dulu, masih berharap adanya kita diantara aku dan ia meskipun itu ga sebesar dulu. Ia kecewa ya! aku tau itu.
Kila sepertinya sudah tertidur lelap. Ya bagaimana tidak dia baru saja menyelesaikan perdebatan rutinnya dengan seseorang yang disebut pacar yang sudah 6th tahun lamanya. Terkadang aku yang menyaksikan perdebatan itu merasa jengkel dan cape sendiri apalagi dia yang mengalaminya. Tapi inilah kenikmatan hidup yang sering kali kami sebutkan. Aku mengenal Kila sejak kami kuliah, 3tahun lebih. Kami dipertemukan ketika ospek, dia orang pertama yang aku lihat ketika masuk ke dalam kelas. Waktu itu Kila sembalas senyumku dengan ramah, kami pun mulai akrab lalu memutuskan untuk tinggal satu kamar kost karena kami adalah sama-sama pendatang ke kota tempat kami kuliah ini. Aku hanya memperhatikan raut lelah yang tersirat diwajah Kila. Perempuan yang kuat dan sabar :)
Handphoneku tetap saja tidak menunjukan kehadiran sms bbm atau pun yang lainnya, padahal ini sudah hampir pukul 01:30 malam. Mungkin memang sepertinya ia sudah tidur, apa sebaikanya aku juga tidur? pertanyaan itu menghampiri pikiranku. Tapi rasa penasaranku tetap tidak hilang juga.
"Ya sudahlah tidur mungkin lebih baik, siapa tau ketika bangun ada sms, bbm, atau panggilan tak terjawab dari ia. heemmm Selamat Malam"
Mematikan lampu kamar, kemudian meletakan ponsel di samping kepalaku yang bersejajar dengan kepala Kila dan ponselnya lalu pejamkan mata.
"Selamat Tidur"
Dddrrrrrrrtttttttt dddrrrrrrttttt ddrrrrttttttt dddrrrrrttttttt
Aku memaksakan bangun dari setengah alam sadarku, memaksakan bangun dari rasa kantun yang datang setelah dipejamkan. Aku meraih handphone yang ada disamping kepalaku, ada panggilan masuk. Mataku kontan membelalak seperti akan keluar, nama yang tertera dia layar handphone itu nama ia. 3 panggilan tak terjawab. Kemudian handphone tersebut bergetar kembali ketika aku akan menekan tombol hijau panggilan itu tiba-tiba mati, kemudian LED ponsel menujukan ada sebuah pesan masuk. Tak perlu pikir panjang aku pun membukanya.
" sayang maaf ya, tadi aku ketiduran. kamu ga apa-apa kan? pasti udah tidur ya, ya udah salamat malam :* "
Aku mulai menerka-nerka isi pesan singkat ini. Sayang??? kamu ga apa-apa??? tanda titik dua bintang???
Aku hanya diam, memperhatikan nya. Ini sms tertuju kepadaku atau salah kirim???
Aku mulai lebih seksama memperhatikan pesan itu, kemudian tersadar satu hal yang aku gengam bukan handphone milikku sendiri tapi milik Kila. Karena handphone kami sama itu membuat kami sering salah mengambil handphone masing-masing. Lalu kenapa yang keluar namanya dari handphone ini nama ia bukan nama pacarnya???
Perasaan tidak karuan mulai menderaku. Aku meraih handphone satunya lagi untuk lebih memastikannya kemudian menuju phone book untuk menyamakan no yang tertera dan ternyata. SAMA.
Aku hanya menatap pasif kedua handphone lalu melihat Kila yang lelap dalam tidurnya.